Daftar isi
Meski terlahir bebas sebagai individu, dalam kehidupannya manusia akan terikat dengan banyak hal saat dia hidup di tengah masyarakat. Sebagai mahluk sosial kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Saat berada ditengah masyarakat manusia harus menggunakan dan mengikuti berbagai aturan dan norma yang berlaku di masyarakat tempat dia berada.
Seperti peribahasa yang mengatakan “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Norma dan aturan yang berlaku merupakan salah satu bentuk pengendalian sosial. Dalam bermasyarakat hal tersebut sangat dibutuhkan karena kita hidup berdampingan dengan orang lain.
Tanpa adanya pengendalian sosial maka kehidupan bermasyarakat dan bernegara akan berantakan, kejahatan bisa marak terjadi, sendi-sendi kehidupan menjadi lumpuh, semrawut, tidak menentu dan berujung pada kekacauan.
Pengendalian sosial merupakan sebuah bentuk dasar solidaritas dan konformitas sosial dalam suatu masyarakat guna meniadakan penyimpangan. Hal ini dibutuhkan dalam mengontrol perilaku, sikap dan tindakan seseorang untuk menyeimbangkan situasi sosial di sekitarnya.
Maksud dari adanya pengendalian sosial adalah supaya individu yang berada dalam masyarakat memiliki batasan sehingga norma dan aturan yang ada di masyarakat dapat berlaku dan dijalankan dengan baik. Jika seorang individu menyimpang dari norma dan aturan sosial yang berlaku di masyarakatnya maka dia akan mendapatkan hukuman.
Hukumannya bisa saja ringan namun bisa juga berat tergantung sejauh mana penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh individu tersebut. Pengendalian sosial merupakan suatu upaya yang digunakan baik oleh perseorangan maupun kelompok untuk membuat seorang individu mengikuti dan menginternalisasi nilai, aturan dan norma yang berlaku di lingkungan atau kelompok tersebut.
Karl Mannheim menyatakan bahwa pengendalian sosial dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Pengendalian langsung biasanya dilakukan oleh kelompok utama seperti keluarga, teman sebaya yang bisa langsung memuji atau mengkritik individu yang bersangkutan.
Pengendalian tidak langsung merupakan pengendalian biasanya dilakukan oleh kelompok sekunder seperti tradisi, adat, institusi.
Menurut Kimble Young pengendalian positif biasanya berupa pujian, hadiah, ketenaran dan penghormatan, sedang pengendalian negatif berbentuk kritikan, hukuman, rasa malu.
Pengendalian dilakukan dengan memberikan tekanan-tekanan kepada para anggota dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Penekanan ini bisa saja berupa pujian, hadiah, tatapan kebencian, kritik, propaganda dan masih banyak lainnya.
Bernarol mengklasifikasikan pengendalian sosial menjadi 2 yaitu secara sadar maupun tidak sadar. Pengendalian secara sadar dibentuk oleh masyarakat sebagai tatanan hukum yang berlaku.
Pengendalian tidak sadar biasanya terlaksana tanpa kesadaran atau niat dari individu yang bersangkutan seperti adat dan tradisi dimana kita secara otomatis melakukan sesuatu tanpa sadar karena hal tersebut sudah menjadi tradisi.
Pengendalian formal ditulis, dirancang dan diatur oleh figur otoritas, contohnya peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengkontrol masyarakat. Pengendalian informal adalah aturan dan peraturan tidak tertulis yang dibuat bukan oleh figur otorita contohnya opini publik, dan kritik.
Pendidikan merupakan bentuk pengendalian konstruktif sedang ancaman, intimidasi, sensor, cancel culture merupakan bentuk pengendalian eksploitatif.
Pengendalian nyata merupakan pengendalian yang dipaksakan oleh masyarakat kepada individu supaya individu tersebut patuh dan memegang teguh aturan yang berlaku karena ketakutan akan hukuman yang diperoleh juka melanggar aturan tersebut.
Pengendalian artifisial merupakan pengendalian yang muncul sebagai kesadaran pribadi dari individu yang bersangkutan tanpa adanya paksaan dari masyarakat.
Setiap kelompok masyarakat baik dalam kelompok kecil maupaun luas menggunakan berbagai mekanisme guna mengkontrol perilaku anggotanya. Tujuan pemberlakuan pengendalian sosial bisa beragam namun tujuan utamanya adalah tercapainya keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat dan menghindari penyimpangan.
Pengendalian sosial preventif dapat dilakukan sebelum penyimpangan terjadi, contohnya orang tua dan sekolah memberikan bekal informasi mengenai kesehatan reproduksi harapannya agar para remaja paham betul bagaimana cara menjaga kesehatan alat reproduksi mereka dan dengan begitu mereka dapat menghindari dampak negatif dari perilaku seks bebas.