Daftar isi
Indonesia menempati peringkat ketiga (sesudah Brazil dan Zaire) dalam kekayaan hutan hujan tropis, dan memiliki 10% dari sisa sumber daya ini di dunia. Perkiraan resmi mengenai kawasan lahan hutan di Indonesia sangat bervariasi. Hal ini menyebabkan penyebab Deforestasi di Indonesia menyebar menjadi beberapa faktor, yaitu :
“Sistem perladangan berpindah “ mempunyai arti yangberbeda bagi orang yang berbeda. Agar kita dapat benar-benar memahami peranan petani kecil dalam perubahan tutupan hutan di Indonesia, perlu sekali menyadari dan mengakui adanya rangkaian kesatuan usaha tani mulai dari sistem perladangan berpindah tradisional (dengan masa berlaku panjang dan konservasi hutan jangka panjang) pada ujung yang satu, dan budidaya “perambah hutan”(yang seringkali berakibat degradasi dalam jangka panjang dan deforestasi) pada ujung yang lain.
Di Indonesia ada polarisasi ideologi di mana wakil-wakil pemerintah dan LSM Lingkungan cenderung tidak mengakui adanya rangkaian kesatuan tersebut. Apabila pemerintah serius dalam melestarikan hutan, pemerintah harus mendukung usaha pertanian tradisional yang konsisten dengan tujuan konservasi hutan jangka panjang.
Perkebunan rakyat besar implikasinya terhadap luas tutupan hutan, karena sering diusahakan di hutan yang sudah dibuka dan karena berkembang dengan pesat akhir-akhir ini. Barlow dan Tomich (1991:32) mencatat bahwa kira-kira 20% dari seluruh lahan pertanian di Sumatra dan Kalimantan merupakan perkebunan.
Pada tahun 1994 terdapat 8,89 juta ha lahan yang ditanami dengan tiga jenis utama tanaman perkebunan di Indonesia, dengan pembagian sebagai berikut: karet (39%); kelapa (41%); dan kelapa sawit (20%).
Mungkin ada hubungan erat antara produksi perkebunan rakyat dan deforestasi. Chomitz dan Griffiths (1996) menemukan bahwa tanaman keras hasil perkebunan rakyat, dan bukannya kegiatan perladangan berpindah untuk memenuhi kebutuhan pokok, juga berperan penting dalam deforestasi di Indonesia; diantara berbagai jenis tanaman perkebunan, karet nampaknya mempunyai hubungan yang paling erat dengan deforestasi.
Kepadatan penduduk pulau Jawa merupakah salah satu yang tertinggi di dunia. Sejak awal abad kedua puluh telah banyak usaha-usaha untuk mendorong banyak keluarga pindah dari pulau Jawa ke pulau-pulau lain untuk mengurangi tekanan penduduk, kemiskinan dan degradasi lahan.
Ada dua jenis transmigran : transmigran “umum” mendapatkan bantuan penuh dari pemerintah, sedangkan transmigran“spontan” hanya menerima sebagian atau tidak menerima bantuan pemerintah sama sekali.
Dampak transmigrasi umum pada tutupan hutan di luar Jawa dan Madura dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori :
Fraser (1996) mengemukakan bahwa pertumbuhan kepadatan penduduk merupakan penjelasan fundamental akan masalah deforestasi di Indonesia. Data kepadatan penduduk tiap provinsi di Indonesia menunjukkan hubungan terbalik dengan data tutupan hutan.
Laju penebangan hutan di Indonesia rata-rata 40 juta kubik meter setahun, sedangkan laju penebangan yang“lestari berkelanjutan” (sustainable) yang direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan adalah 22 juta kubik meter setahun (World Bank 1995:i).
Estimasi deforestasi yang disebabkan langsung oleh kegiatan pembalakan berkisar antara 77.000 ha sampai 120.000 ha setiap tahun.