Mamuju merupakan sebuah kabupaten dan juga ibu kota dari Provinsi Sulawesi Barat. Letaknya berada di antara Palu, Sulawesi Tengah dan Makassar di Sulawesi Selatan. Dengan kata lain, kabupaten ini menjadi jembatan ekonomi atau budaya antara Kota Palu dan Makassar.
Awal Januari 2021 tepatnya belum lama yakni 14-15 Januari 2021 telah terjadi gempa selama dua hari di kawasan Majene. Gempa yang terjadi adalah gempa serupa dengan sejarah gempa di mana yang pernah menimbulkan tsunami di wilayah tersebut. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo telah menjelaskan bahwa gempa bumi yang terjadi di kawasan Majene itu adalah gempa pengulangan.
Hal itu didasarkan pada sejarah episenter gempa Majene di mana sangat berdekatan dengan sumber-sumber gempa yang mampu memicu adanya tsunami dan akhrinya mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa. Kejadian gempa pertama dalah gempa yang terjadi pada 11 April 1967 dengan magnitudo 6,3 di kawasan Polewali Mandar yang menyebabkan 13 orang meninggal. Sejarah gempa kedua adalah gempa yang terjadi pada 23 Februari 1969 dengan magnitudo 6,3 di Majenen yang menyebabkan 64 orang meninggal, 97 luka-lika, dan 1287 bangunan dan rumah yang rusak di empat desa.
Kemudian gempa terkuat ketiga terjadi di kawasan Mamuju dengan magnitudo 6,7 dan tidak menyebabkan korban meninggal. Dan gempa yang baru-baru ini terjadi yaitu gempa di Majene selama dua hari yakni 14-15 Januari 2021. Gempa bumi tektonik dengan kekuatan magnitudo 5,9 terjadi pada pukul 13.35 WIB. Lokasinya berada di darat di mana jaraknya 4 km ke arah Barat Laut Majene dengan kedalaman 10 km.
Sementara gempa terjadi kembali pada dini hari pukul 01.28 WIB (15 Januari 2021) dengan kekuatan magnitudo 6,2. Gempa kedua ini dianggap sebagai gempa utama yang memiliki episenter tidak terlalu jauh dibandingkan gempa pertama dan lokasinya berada di darak dengan jarak 6 km ke arah Timur Laut Majene dengan kedalaman 10 km.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulbar menyebutkan bahwa terdapat 27 orang yang meninggal di mana diantaranya adalah 18 orang meninggal di Mamuju dan 9 orang lainnya meninggal di Majene.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyebutkan bahwa gempa yang terjadi di kawasan Mamuju dan Majene berasal dari aktivitas Sesar Naik Mamuju. Sesar tersebut di lepas pantai sebagai folt thrust belt yang sangat aktif. Hasil analisis menunjukkan adanya pergerakan naik.
Selain itu, jika dilihat dari lokasi pusat gempa atau episenter dan kedalaman hiposenternya menunjukkan bahwa baik itu gempa pertama dan kedua merupakan jenis gempa kerak dangkal yang dapat menimbulkan kerusakan yang besar karena nilai percepatan gerakan tanah masih cukup tinggi di permukaan.
BMKG juga menyebutkan bahwa mekanisme sesar naik tersebut hampir mirip dengan pembangkit gempa Lombok yang juga terjadi pada tahun 2018 di mana bidang sesar ini membentuk kemiringan bidang sesar ke daratan. Dengan begitu, sesar aktif tersebut wajib diwaspadai karena dapat memicu gempa bertekanan kuat.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah melalukan peninjauan terkait penanganan darurat bencana gempa bumi di Mamuju. Adapun langkah penanganan darurat yang wajib segera diselesaikan sebagai berikut: