2 Peran Ahmad Soebardjo dalam Rengasdengklok

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sebelum pembacaan naskah teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, terdapat sebuah peristiwa yang cukup besar yang dinamakan peristiwa Rengasdengklok. Beberapa orang golongan muda pada 16 Agustus 1945 dini hari melakukan penculikan terhadap Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.

Soekarni, Chaerul Saleh, Aidit, Wikana dan lainnya adalah para pemuda yang terlibat peristiwa Rengasdengklok. Mereka yang tergabung dalam kelompok Menteng 31 melakukan penculikan tersebut dengan tujuan mendesak Bung Karno untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain dari golongan muda tersebut, Ahmad Soebardjo sebagai salah satu dari kelompok golongan tua pun ikut terlibat. Pembujukan yang dilakukan golongan muda terhadap Bung Karno dan Moh. Hatta agar tidak terpengaruh Jepang dan meyakinkan keduanya bahwa Jepang telah menyerah dihadiri juga oleh Ahmad Soebardjo.

Berikut peran Ahmad Soebardjo dalam Rengasdengklok.

1. Menjadi Penengah Antara Golongan Muda dan Golongan Tua

Para golongan muda segera menemui Soekarno-Hatta untuk meyakinkan keduanya bahwa Jepang pada 15 Agustus 1945 telah memberi pernyataan menyerah kepada Sekutu dalam Perang Dunia II. Oleh sebab itu, para pemuda mendesak agar Soekarno-Hatta segera mengambil tindakan untuk memproklamasikan kemerdekaan RI setelah Jepang dipastikan menyerah.

Meski didesak, Soekarno-Hatta tidak serta-merta menyusun naskah teks proklamasi pada saat itu. Keduanya sempat menolak mempercepat proses proklamasi kemerdekaan RI karena mereka perlu memusyawarahkannya lebih dulu dengan para anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Ahmad Soebardjo sebagai salah satu dari anggota golongan tua bersama Soekarno-Hatta tidak ingin terburu-buru dan ingin tetap waspada. Dalam hal ini, golongan tua hendak menyesuaikan keputusan proklamasi kemerdekaan dengan janji Jepang.

Namun karena golongan muda tidak puas oleh keputusan golongan tua, mereka mengadakan rapat sendiri di mana hasil keputusan rapat adalah “menculik” Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok supaya tidak terkena pengaruh Jepang.

Peristiwa Rengasdengklok dengan tujuan pembujukan golongan muda terhadap Soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan RI tidak membuahkan hasil karena kedua golongan tua tersebut tetap pada pendiriannya.

Ketegangan tidak terelakkan di antara dua kubu (golongan muda dan Soekarno-Hatta). Ahmad Soebardjo yang kala itu berupaya mencari kebenaran informasi tentang menyerahnya Jepang kepada Sekutu mengetahui kabar bahwa golongan muda telah membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dari Wikana.

Peran Ahmad Soebardjo sebagai penengah antara golongan muda dan golongan tua berhasil. Melalui sebuah perundingan dengan Wikana, kedua pihak setuju bahwa pelaksanaan proklamasi kemerdekaan RI akan dilakukan di Jakarta.

2. Menjemput Soekarno-Hatta Kembali ke Jakarta

Perundingan yang lancar antara Ahmad Soebardjo dan Wikana disusul dengan pengutusan Yusuf Kunto (salah satu golongan muda) ke Jakarta untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Ahmad Soebardjo bersama Yusuf Kunto berniat menjemput Soekarno-Hatta.

Sesampainya di Rengasdengklok pun, Ahmad Soebardjo masih harus meyakinkan golongan muda agar Soekarno-Hatta segera dibebaskan. Agar para pemuda setuju membebaskan Soekarno-Hatta, Ahmad Soebardjo bahkan menawarkan taruhan nyawanya sebagai jaminan untuk kepastian pelaksanaan proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah Soekarno-Hatta bebas dari peristiwa penculikan Rengasdengklok, golongan muda maupun golongan tua akhirnya kembali ke Jakarta dan tiba sehari sebelum pelaksanaan proklamasi. Sesampainya di Jakarta, sejumlah anggota kelompok muda dan kelompok tua segera melakukan penyusunan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda.

Penyusunan teks proklamasi dilakukan dalam bentuk tulisan tangan lebih dulu sebelum masuk pada proses pengetikan oleh Sayuti Melik. Peran Ahmad Soebardjo dalam Rengasdengklok membawa proses proklamasi kemerdekaan RI berhasil dikumandangkan tepat pada 17 Agustus 1945.

fbWhatsappTwitterLinkedIn