Daftar isi
Untuk mengetahui kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang diperlukan pendekatan untuk mengukur tingkah laku konsumen tersebut dengan pendekatan kardinal dan ordinal.
Ada beberapa faktor yang membedakan pendekatan kardinal dan ordinal, yaitu:
Perbedaan pendekatan kardinal dan ordinal bila dilihat dari pengertiannya, yaitu:
Merupakan pendekatan nilai guna yang dapat menilai manfaat yang diberikan dengan mengukur dari kuantitas atau pun jumlahnya suatu barang yang dikonsumsi.
Merupakan pendekatan yang dapat menilai manfaat yang diberikan oleh masyarakat dari kegiatan konsumsi suatu barang namun jumlah suatu barang yang dikonsumsi tidak bisa dihitung jumlahnya.
Secara konsep pendekatan kardinal dan ordinal memiliki perbedaan, yaitu:
Dilakukan dengan mengukur secara langsung dari angka-angka atau dengan menggunakan konsep total utility dan marginal utility.
Dilakukan dengan cara membandingkan karena tidak dapat dihitung, dengan menggunakan konsep kurva indiferen dan garis anggaran.
Yaitu, ketika suatu benda A dijual seharga 20 ribu rupiah sedangkan benda B dijual seharga 30 ribu rupiah.
Maka konsumen akan membeli benda B seharga 30 ribu karena satuan yang dinilai yaitu uang, benda B memiliki harga yang lebih tinggi daripada benda A.
Atau contoh lain dari pendekatan kardinal yaitu, ketika seorang konsumen ingin membeli barang disebuah toko namun ketika sampai di toko barang tersebut lebih mahal dari yang diperkirakan.
Maka konsumen tersebut akan menggurungkan niatnya untuk membeli barang tersebut karena ia merasa barang tersebut tidak sepadan dengan harga yang harus dibayar.
Yaitu, ketika suatu benda A dijual seharga 100 ribu rupiah tapi memiliki kualitas yang rendah sedangkan benda B dijual 50 ribu rupiah dengan kualitas yang tinggi.
Maka konsumen akan membeli benda B karena yang dilihat adalah kualitas suatu benda.
Contoh lain dari pendekatan ordinal yaitu, ketika seorang konsumen ingin membeli barang di toko namun ketika sampai di toko, barang tersebut memiliki harga yang jauh lebih mahal dari yang diperkirakan.
Maka konsumen tersebut akan tetap membelinya karena ia mendapatkan kepuasan dari barang tersebut.
Memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu awalnya pendekatan kardinal dikemukakan berdasarkan ilmu ekonomi neo klasik yang mengungkapkan bahwa kardinal bisa diukur dan dinyatakan secara kuantitatif berbentuk angka.
Namun seiring berjalannya waktu pengukuran menggunakan pendekatan kardinal tidak memungkinkan sehingga ada banyaknya kesulitan dalam mengukur kardinal berbentuk angka.
Konsumen saat ini lebih mengkonsumsi barang atau jasa berdasarkan faktor mood, minat dan selera sehingga pendekatan secara kardinal dinilai kurang tepat bila dihitung dengan angka.
yaitu awalnya pendekatan ordinal dikemukakan oleh para ekonom modern yang mengungkapkan bahwa konsumen tidak mungkin tingkat kepuasannya dapat diukur secara kuantitatif berbentuk angka namun berdasarkan fenomena psikologis.
Kesimpulan Perbedaan Pendekatan Kardinal dan Ordinal
Berdasarkan pengertian, konsep, contoh serta kekurangan dan kelebihannya dapat disimpulkan, yaitu: