Pajak memang memiliki karakteristiknya masing-masing. Salah satu jenis pajak yaitu PPN atau lebih panjang disebut dengan pajak penambahan nilai. PPN sendiri menargetkan pada barang-barang atau jasa yang ada. Dapat dikatakan bahwa barang biasa akan masuk ke ranah PPN.
Pajak penambahan nilai adalah suatu pembayaran yang diwajibkan pada barang/jasa yang ada. Pajak penambahan nilai juga berlaku pada badan yang menjalankan sebuah usaha dan akan dikenakan pajak dalam setiap proses pembuatan dan penyebarannya.
Sama-sama merupakan jenis pajak, PPN dan PPnBM tentunya memiliki sifat yang berbeda satu sama lain. PPN memiliki peran sebagai pajak nilai tambah pada barang dan atau jasa. Pajak PPN memfokuskan nila tambah mulai dari proses pembuatan hingga pendistribusian barang tersebut.
Jadi, setiap barang atau jasa akan dikenakan nilai tambah sesuai dengan taraf yang berlaku. Setiap barang yang ada akan beralih ke konsumen dan konsumen lah tempat akhir bagi pajak PPN. Artinya, setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa akan mengandung pajak.
Selain itu, pajak PPN meliputi semua lapisan yang ada. Dalam hal ini, setiap orang akan memikul tarif pajak PPN yang sama, tanpa memandang status dari setiap orang. Jika PPN tidak memandang status, berbeda dengan PPnBM yang memandang status dari penerimanya.
PPnBM akan berlaku bagi individu yang berasal dari golongan masyarakat tertentu, yang memiliki barang mewah tentunya. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) juga memfokuskan pada produsen yang melakukan proses pembuatan dan impor barang mewah tersebut.
Di sini, setiap barang mewah yang diimpor dan mengalami proses pembuatan akan dikenakan tarif sesuai PPnBM. Setiap barang mewah yang ada akan diwajibkan pajak barang mewah sebanyak satu kali saja.
Berbeda dengan PPN, pajak barang mewah yang akan terkena pajak ketika barang tersebut diserahkan oleh pabrik/produsen dan sewaktu melakukan impor. PPnBM juga memiliki tarif yang lebih tinggi dibanding PPN.