Korea adalah semenanjung yang berlokasi di kawasan timur laut benua Asia. Pada awalnya semenanjung Korea berada dalam satu wilayah dinasti, hingga kemudian di duduki oleh Jepang. Dan semenjak kekalahan Jepang di Perang Dunia II, semenangjung Korea mulai terbagi dua karena pengaruh dua negara adidaya kala itu yakni Uni Soviet di utara dan Amerika Serikat di selatan.
Sejak zaman dulu, Korea memiliki ragam budaya yang hingga saat ini masih terjaga dengan baik. Bukan hanya warisan budaya berupa bangunan, pakaian, makanan, atau hal-hal yang sifatnya material, tetapi juga budaya non fisik seperti permainan tradisional. Berikut adalah beberapa jenis permainan tradisional korea yang masih terpelihara kelestariaanya hingga saat ini
Permainan tradisional Korea yang pertama adalah Yut Nori. Nama permainan ini diambil dari peralatan yang digunakan, yakni Yut yang artinya tongkat dan Nori yang artinya permainan.
Yut Nori biasanya dimainkan pada saat tahun baru korea atau yang disebut dengan Seollal yang dirayakan selama 3 hari menurut perhitungan kalender lunar. Untuk memainkan Yut Nori, maka dibutuhkan Yut Stick, Malpan (papan permainan yang terbuat dari kain), dan token.
Permainan lompat atau Neolttwigi merupakan permainan tradisional Korea yang mirip dengan jungkat-jungkit (seesaw). Perbedaan dari jungkat-jungkit adalah pemain Neolttwigi melakukan dengan berdiri dan melompat setinggi mungkin dan bukan dengan duduk.
Neolttwigi biasanya dimainkan penduduk Korea tiap hari pertama pergantian tahun menurut kalender Lunar, pada perayaan Festival Dano dan Chuseok Mid-Autum Harvest Festival. Umumnya perempuan lah yang memainkan permainan ini.
Untuk memainkan Neolttwigi, maka digunakan sebuah papan dan gulungan jerami atau balok kayu yang di letakkan di bagian tengah bawah papan.
Jegichagi adalah permainan luar ruangan tradisional Korea yang biasanya dimainkan oleh anak-anak pada musim dingin dan tahun baru Imlek. Permainan ini dilakukan dengan menendang Jaegi terus menerus sebanyak mungkin.
Jaegi sendiri terbuat dari beberapa keping uang logam Korea (Yeopjeon) yang dibungkus kertas (Hanji) dan diikat. Sisa kertas kemudian digunting-gunting hingga membentuk rumbai.
Untuk melestarikan permainan ini, di Korea dibentuk Jaegichagi Association yang secara berkala mengadakan turnamen jaegichagi.
Permainan tradisional dari Korea berikutnya adalah Tuho atau permainan melempar anak panah. Tuho dimainkan dengan cara melemparkan tongkat ke dalam wadah berupa tabung atau guci kecil dari jarak tertentu. Permainan Tuho sering dimainkan pada saat tahun baru Seollal, Imlek, dan Festival Panen Chuseok Mid-Autumn.
Permainan tradisional Korea Yeonnalligi merupakan permainan menerbangkan layang-layang yang populer dimainkan selama Tahun Baru Lunar. Sebagaimana layang-layang tradisional di Indonesia, layang-layang yang digunakan pada permainan Yeonnalligi juga terbuat dari kertas yang ditempelkan pada bilah bambu yang dirangkai.
Korea juga memiliki permainan tradisional gasing yang disebut dengan paengchigi. Paengchigi biasanya dimainkan oleh anak laki-laki pada musim dingin dalam perlombaan adu gasing atau Paengissaum.
Paeng atau gasing tradisional Korea dibuat dari kayu yang dibentuk kerucut dan dilukis dengan warna-warna cerah. Sementara tali gasing terbuat dari sutera dengan dilengkapi pegangan berupa tongkat kayu.
Gonggi Nori adalah permainan tradisional Korea yang mirip dengan permainan bekel di Indonesia, akan tetapi Gonggi Nori dimainkan tanpa bola. Biji-bijian yang digunakan adalah berupa batu gonggi yang terbuat dari kayu atau plastik dan bisa juga dengan menggunakan kerikil.