Daftar isi
Dalam KBBI, revolusi berarti perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata). Sedangkan kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Revolusi Kebudayaan atau kebudayaan ini juga dapat disebut Revolusi Kebudayaan Proletarian Besar dikenal sebagai gerakan sosiopolitik yang terjadi pada tahun 1966 sampai 1976 di Cina yang dicanangkan oleh Mao Zedong selaku Ketua Partai Komunis Tiongkok.
Menurut Harianto, Sumardi, dan Sugiyanto (2018), Revolusi Kebudayaan merupakan kampanye besar yang terjadi di Negara Cina dan mengakibatkan kegiatan industri di negara tersebut berhenti total.
Beberapa karakteristik dari Revolusi Kebudayaan, yaitu:
Revolusi kebudayaan awalnya berawal dari Cina. Pada saat itu, Revolusi Kebudayaan lahir karena beberapa faktor, di antaranya:
Awalnya, Revolusi Kebudayaan terjadi di Cina. setelah sekitar tiga dekade melawan kolonialisme dan melewati perang saudara dengan Partai Nasionalis, Republik Rakyat Cina diproklamasikan pada 1 Oktober 1949 dengan Mao Zedong sebagai presidennya (Harmini & Nusyirwan).
Mao berusaha memperbarui Cina dengan tidak hanya mengubah sistem pemerintahan, tetapi juga mendorong terciptanya negara sosialis industri modern. Salah satu upaya yang dilakukan Mao adalah Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (The First Five Year Plan) yang menekankan pada pembangunan industrialisasi (Eipstein, 1956).
Sayangnya perhatian yang lebih condong pada industrialisasi mengakibatkan pembangunan pada bidang yang lain, seperti pertanian menjadi tertinggal jauh.
Mao pun menyadari kesalahan ini dan membuat program baru bernama Lompatan Jauh ke Depan (The Great Leap Forward) pada 1958-1959 dengan harapan dapat memperbaiki kondisi.
Namun, lagi-lagi program itu dianggap gagal dan justru menyebabkan terpecahnya kepemimpinan tidak hanya dalam strategi pembangunan, tetapi juga dalam ideologi sebab tujuan Mao yang menginginkan Cina menjadi negara sosialis industri tanpa melewati tahapan yang seharusnya dilewati dalam pembangunan.
Mao tetap dianggap sebagai pahlawan yang menyelamatkan kehidupan rakyat Cina dan membawa negaranya pada dunia baru yang merdeka dan bebas dari tuntutan negara lain walau banyak korban yang berjatuhan karena pemerintahan tidak berjalan dengan baik.
Meskipun demikian, masyarakat yang menjadi korban revolusi kebudayaan ini tidak terlalu menyalahkan Mao. Mereka merasa bahwa memang tidak ada revolusi yang berjalan dengan mulus dan perlahan tanpa adanya pengorbanan, terutama dari rakyat.
Salah satu contoh dari bentuk Revolusi Kebudayaan adalah pengembangan alat-alat industri menjadi lebih modern, seperti menggunakan teknologi tertentu yang lebih efisien, tetapi dapat menghasilkan produksi yang lebih besar.
Contoh lainnya di Indonesia adalah program Keluarga Berencana yang digunakan pemerintah untuk mengurangi budaya banyak anak banyak rezeki karena keluarga dengan banyak anak, tetapi kurang sesuai dengan kemampuannya justru menyebabkan persoalan baru.
Revolusi Kebudayaan ini secara umum memberikan dampak yang positif tetapi juga negatif. Di satu sisi, Revolusi Kebudayaan mendorong Cina untuk menjadi negara yang lebih mandiri dan kuat karena perkembangan dan kemajuan masyarakatnya.
Akan tetapi, di sisi lain terdapat banyak korban dalam prosesnya. Diperkirakan terdapat sekitar 729.511 korban jiwa. Tidak hanya itu, bangunan-bangunan bersejarah, seperti klenteng dan masjid hancur serta kota-kota besar menjadi lumpuh.
Kemudian, rakyat Cina juga semakin sengsara karena revolusi yang dilakukan menyebabkan kelumpuhan sektor perekonomian ditambah dengan kondisi politik yang semakin kacau balau karena berbagai isu dan permasalahan pada pejabatnya itu sendiri.
Demikianlah pengertian, karakteristik, faktor penyebab, proses terjadinya, contoh, serta dampak dari Revolusi Kebudayaan. Revolusi Kebudayaan merupakan gerakan yang mendorong perubahan di Cina terkait kegiatan ekonomi dan politik pada kehidupan masyarakat.
Revolusi tersebut disebabkan oleh program Mao, yakni Lompatan Jauh ke Depan yang gagal sehingga ia melakukan perubahan besar-besar, tetapi lebih condong pada industrialisasi sehingga sektor lain diabaikan serta prosesnya yang terlalu cepat. Namun, ia masih tetap memiliki pengikut yang besar.
Adanya Revolusi Kebudayaan berakibat secara positif karena Cina menjadi negara yang lebih maju, modern, dan merdeka. Akan tetapi, di sisi lain banyak korban yang berjatuhan serta kerugian secara finansial karena konfrontasi yang sering terjadi.