Daftar isi
Sebagaimana namanya, Rumah Adat Aceh merupakan rumah yang menjadi tempat tinggal bagi masyarakat Suku Aceh. Namun, Suku Aceh sendiri menyebutnya sebagai Rumoh Aceh.
Rumah Adat Aceh ini bukan hanya sebuah rumah biasa, melainkan merupakan salah satu bukti teguhnya Suku Aceh memegang dan berusaha melestarikan budaya dari nene moyang mereka. Mengingat, dalam pendiriannya sendiri, Rumah Adat Aceh ini mengikuti apa yang tertulis dalam kitab adat.
Rumah Adat Aceh diduga sudah menjadi kebiasaan turun temurun sejak zaman dahulu. Bahan pembuatannya yang sebagian besar diambil dari alam, membuat Rumah Adat Aceh ini juga dinilai sebagai bentuk kepercaayaan Suku Aceh terhadap Tuhan dan rasa syukur mereka atas kekayaan alam semesta.
Berikut ini merupakan beberapa ciri khas dari Rumah Adat Aceh yang menarik untuk diketahui:
Pada umumnya, ketika melihat Rumah Adat Aceh, akan terlihat tangga yang menjadi jalan untuk memasuki ruang utama. Jika dihitung, jumlah tangganya akan selalu ganjil. Angka ganji, menurut Suku Aceh dipercaya sebagai salah satu bentuk religious mereka.
Ciri khas lain dari Rumah Adat Aceh ini dapat dilihat dari bentuk rumahnya. Jika diamati, Rumah Adat Aceh ini umumnya akan berbentu persegi panjang.
Dalam mendirikan Rumah Adat Aceh, posisinya tidak sembarangan, melainkan harus sesuai aturan, yaitu membujur dari arah barat ke arah timur.
Jika diperhatikan, sekilas di depan Rumah Adat Aceh akan terlihat adanya gentong yang berukuran besar. Gentong ini berisikan air yang akan digunakan untuk membasuh kaki orang orang sebelum masuk ke rumah.
Selain bahan baku pendiriannya dari sumber alam, ternyata kecintaan dan rasa syukur Suku Aceh terhadap kekayaan alam yang diberikan Tuhan juga dapat dilihat dari ornament atau motif rumahnya.
Jika diperhatikan, motif Rumah Adat Aceh umumnya akan didominasi dengan ornament berbentuk flora dan fauna. Ini tentu menjadi ciri khas tersendiri untuk Rumah Adat Aceh.
Rumah Adat Aceh bukan hanya rumah yang dibangun begitu saja, melainkan ada makna dan filosofi pada setiap aturan pembangunannya. Filosofi inilah yang membuatnya menjadi lebih unik:
Rumah Adat Aceh umumnya akan dibangun dengan mengusung konsep rumah panggung yang berjarak tinggi dari tanah. Oleh karena itu, tangga dibutuhkan ketika ingin masuk ke Rumah Adat Aceh.
Pemilihan konsep rumah panggung yang tinggi ini bukan tanpa sebab. Melainkan, rumah panggung dipercaya dapat mengurangi kelembaban di dalam rumah.
Selain itu, konsep rumah panggung, membuat Rumah Adat Aceh memiliki posisi yang cukup tinggi untuk mempersilahkan udara keluar masuk rumah melalui kolong.
Rumah yang tidak terlalu lembab dengan ventilasi yang baik inilah yang kemudian dinilai juga dapat membuat makanan lebih awet dan tidak cepat mengalami pembusukan.
Bagian dalam Rumah Adat Aceh, umumnya akan terlihat ornamen tertentu sebagai hiasan. Namun, ternyata fungsinya tidak hanya untuk hiasan saja, melainkan juga sebagai penanda status sosial pemiliknya. Semakin banyak dan bagusnya ornamen di dalam rumah, umumnya akan semakin tinggi status sosial pemiliknya dalam masyarakat Suku Aceh.
Umumnya, Rumah Adat Aceh akan memiliki pintu yang cenderung pendek. Hal ini ternyata punya filosofinya sendiri, di mana pintu yang pendek mencerminkan bentuk penghormatan kepada pemilik rumah.
Mengingat, seseorang harus menunduk ketika hendak masuk ke rumah. Tidak hanya itu, hal ini juga menjadi pengingat, bahwa dalam hidup, masyarakat harus saling menghormati tanpa membedakan kasta.
Tidak seperti rumah pada umumnya, yang bisa langsung dibangun oleh pemiliknya. Jika ada yang ingin membangun Rumah Adat Aceh, maka musyawarah harus dilakukan terlebih dahulu.
Musyarawah ini umumnya akan dilakukan dengan beberapa orang, termasuk anggota keluarga dan tokoh adat. Musyawarah ini dilakukan untuk memastikan pembangunan berjalan dengan lancar.
Mengingat, dalam musyawarah keluarga telah ditentukan bersama sama beberapa hal berikut ini:
Sedangkan musyawarah dengan tokoh adat, umumnya lebih ke permintaan doa agar pembangunan rumah berjalan lancar.
Sebagaimana yang tertulis pada kitab adat, Rumah Adat Aceh umumnya memiliki beberapa bagian termasuk:
Serambi depan atau disebut juga dengan Seuramoe-ukeu, merupakan bagian depan rumah untuk menerima tamu laki laki. Selain itu, serambi depan ini juga dapat menjadi tempat menginap bagi tamu laki laki tersebut.
Teras atau disebut sebagai seulasa adalah bagian paling depan dari rumah yang letaknya bersebelahan dengan serambi.
Serambi belakang atau disebut juga dengan Seuramoe-likoot merupakan bagian Rumah Adat Aceh yang letaknya di belakang. Berbanding terbalik dengan serambi depan, serambi belakang ini digunakan untuk menerima tamu dan ruang inap bagi tamu perempuan.
Rumah induk atau disebut juga rumah inong merupakan bagian Rumah Adat Aceh yang posisinya diapit oleh serambi depan dan serambi belakang.
Umumnya, rumah induk ini dibuat lebih tinggi dengan dua ruangan dan satu lorong di dalamnya. Kedua ruang sebagai kamar, sedang lorong sebagai penghubung serambi depan dan serambi belakang. Lorong ini letaknya di tengah antara kedua kamar.
Dapur atau disebut juga dengan rumoh dapu merupakan bagian Rumah Adat Aceh yang berada di sebelah serambi belakang. Untuk ketinggiannya biasanya lebih rendah daripada serambi belakang.
Lumbung padi atau disebut juga sebagai Kroong Padee merupakan bagian Rumah Adat Aceh yang menjadi tempat penyimpanan padi hasil kerja bertani. Umumnya posisinya ada di pekarangan rumah, baik itu di samping atau belakang bagunan rumah utama.
Keupaleh adalah gerbang utama yang terletak di depan Rumah Adat Aceh. Walaupun memang tidak semua rumah memiliki gerbang.
Secara umum fungsi Rumah Adat Aceh antara lain: