Rumah adat juga dikenal sebagai rumah tradisional. Rumah adat merupakan rumah yang memiliki ciri khas budaya atau memiliki gaya tertentu dari suatu daerah.
Rumah adat ini digunakan sebagai tempat acara adat, tempat tinggal atau hunian, identitas suku bangsa, melestarikan budaya masa lalu, dan museum.
Rumah panggang pe merupakan rumah adat jawa tengah yang digunakan sebagai tempat untuk menjemur berbagai barang seperti hasil pertanian, tempat berlindung sementara bahkan dijadikan tempat berjualan. Rumah panggang pe memiliki bentuk persegi panjang dan memiliki banyak tiang.
Kata panggang pe itu berasal dari kata panggang dan ape yang berarti dijemur. Terdapat beberapa jenis rumah panggang pe diantaranya adalah Trajumas, Cere Gancer, Empyak Setangkep, Rumah Panggang Pe Barengan, Gendhang Salirang Dan Panggang Pe Pokok.
Ciri khas rumah panggangpe adalah sebagai berikut :
Rumah kampung merupakan rumah adat jawa tengah yang digunakan sebagai tempat tinggal. Kata kampung berasal dari kata kapung atau katepung yang berarti dihubungkan. Rumah kampung ini memiliki ukuran besar dan tiang rumah yang berkelipatan empat. Rumah kampung digunakan oleh kalangan masyarakat menengah kebawah.
Ciri khas rumah kampung adalah sebagai berikut :
Biasanya rumah kampung terbagi menjadi tiga bagian ruangan yaitu bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang. Rumah kampung ini terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar tidur dan teras.
Pada bagian tengah terdapat tiga kamar yakni kamar kanan, kamar tengah dan kamar kiri. Selain itu, rumah kampung ini dibangun dengan menggunakan kayu jati, kayu nangka, atau kayu mahoni.
Rumah limasan merupakan rumah adat jawa tengah yang digunakan sebagai tempat tinggal. Kata limasan berasal dari kata lima dan lasan yang berarti lima belas.
Bentuk bangunan rumah limasan menggunakan bentuk persegi. Sedangkan tiang penyangga limasan memiliki beragam ukuran yang tergantung pada besar kecilnya bangunan dan dibangun menggunakan batu bata merah.
Ciri khas rumah limasan adalah sebagai berikut :
Pada umumnya rumah limasan terbagi menjadi tiga bagian ruangan yaitu bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang. Namun yang membedakan dari rumah adat jawa tengah lainnya adalah rumah limasan memiliki ruang tengah yang lebih besar daripada ruang depan dan belakang.
Rumah limasan juga memiliki empat atap yang terdiri dari yaitu dua atap yang disebut cocor atau kejen dan dua buah atap lainnya yang disebut brojong. Selain itu, ada beberapa jenis rumah limasan yaitu Limasan lawakan, Kalabang Nyander, Semar Pindohong dan Gajah Mungkur.
Rumah joglo merupakan rumah adat jawa tengah yang digunakan sebagai tempat tinggal untuk para bangsawan dan dibangun oleh kalangan menengah ke atas karena memiliki biaya pembuatan yang relatif mahal.
Kata joglo berasal dari kata tajug dan loro yang berarti sebagai penggabungan dua tajug. Rumah joglo memiliki dasar rumah yang berbentuk persegi.
Ciri khas rumah joglo adalah sebagai berikut :
Rumah joglo ini memiliki susunan ruangan yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pendapa (area terbuka yang berada di bagian depan), omah ndalem (ruang utama), pringgitan (area bagian tengah), sethong (kamar-kamar), saka guru (empat pilar rumah joglo), padepokan (tempat beribadah), serta pintu yang berjumlah tiga. Pintu ini terletak di bagian tengah rumah, sisi kanan rumah dan sisi kiri rumah.
Rumah tajug merupakan rumah adat jawa tengah yang digunakan sebagai tempat beribadah dan tempat mengadakan kegiatan sackal sehingga rumah ini tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai tempat tinggal.
Secara sederhana rumah tajug ini merupakan bangunan untuk beribadah seperti masjid Kata Tajug berasal dari kata Taj atau taju yang dalam bahasa arab berarti mahkota.
Ciri khas rumah tajug adalah sebagai berikut :
Ada beberapa jenis rumah tajug diantaranya adalah Semar Tinandu, Lambing Sari, Mangkurat dan Semar Sinongsing. Contoh rumah adat tajug adalah Masjid Agung Demak, Masjid Menara Kudus, Masjid Raya Cilodong Purwakarta, dan Masjid Wustho Mangkunegara.