Daftar isi
Rumah adat merupakan rumah tradisional yang pada umumnya dibangun dengan gaya yang khas sesuai dengan kondisi lingkungan dan budaya yang ada di dalam suatu kelompok masyarakat tersebut. Rumah adat dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk kebudayaan suatu suku dan merupakan identitas diri mereka. Seperti yang telah diketahui dan diakui oleh dunia bahwa Indonesia terdiri Masyarakat yang heterogen.
Salah satu bentuk heterogen tersebut adalah suku-suku yang mendiaminya kepulauan Nusantara. Total suku di Indonesia ada 1.340 suku yang masing-masing memiliki bentuk rumah adat khasnya sendiri. Berikut ini adalah rumah adat yang dimiliki oleh suku-suku di Jawa Timur beserta ciri khasnya.
Rumah joglo merupakan rumah adat di Jawa Timur yang juga ada di Jawa Tengah dan salah satu yang paling dikenal oleh masyarakat umum. Meski keduanya memiliki nama yang sama dan bentuk yang hampir mirip namun diantara keduanya terdapat perbedaan.
Perbedaan pertama dapat dilihat dari bentuk atapnya dimana Rumah Joglo Jawa Timur memiliki atap yang lebih sederhana dari Rumah Joglo Jawa Tengah. Perbedaan kedua ada pada ruangannya yakni Joglo Jawa Tengah memiliki 16 bagian sedangkan Jawa Timur hanya dua bagian ( pendopo dan ruang belakang).
Rumah Joglo Hageng merupakan salah satu jenis dari rumah adat Joglo. Dari segi ukurannya rumah ini memiliki ukuran yang lebih besar. Oleh sebab itu lah di beri nama “hageng” yang artinya “besar”. Pemilik dari rumah-rumah ini adalah mereka para petinggi, bangsawan dan orang-orang terpandang di Jawa Timur.
Ciri yang melekat pada bangunan rumah ini adalah atap yang lebih tinggi dan halaman yang lebih luas dari rumah Joglo pada umumnya. Pada bagian atasnya terdapat pengerat yakni atap tambahan yang ukurannya lebih sempit dari atap utamanya. Rumah adat ini juga memiliki pilar yang lebih banyak.
Masyarakat Jawa Timur masih mempertahankan budaya rumah mereka meski di era modern. Perpaduan antara rumah adat Joglo dengan gaya modern disebut sebagai Joglo Pangrawit. Rumah ini memiliki ukuran yang lebih besar daripada Joglo Sinom namun tidak sebesar Joglo Hageng.
Keunikan yang menjadi ciri khas rumah Joglo Pangrawit adalah memiliki lambang gantung dengan atap yang membentuk seperti kubah, rumah ini juga memiliki halaman luas namun pilar hanya dipasang di setiap sudut bangunan saja. Masyarakat yang memiliki rumah Joglo jenis ini adalah para kaum menengah.
Rumah Joglo Sinom merupakan rumah adat Jawa Timur yang paling tua dan bentuk dasar dari semua jenis rumah adat yang berkembang di Jawa Timur.
Rumah ini dibuat dengan ciri khas halaman yang mengelilingi setiap sisi rumah dan memiliki tiang sebanyak 36 buah dengan 4 buah pilar “saka guru” yakni pilar utama. Setiap sisi rumah dibuat lebih tinggi dari tanah dan bertingkat.
Ciri lainnya yang nampak dari rumah Joglo Sinom adalah atapnya yang berbentuk tritisan seperti rumah Jogko Hageng. Hanya saja atap utama Joglo Sinom lebih tinggi daripada Joglo Hageng. Ukurannya pun yang paling kecil dibandingkan dengan rumah Joglo lainnya.
Serupa dengan rumah adat Joglo Sinom, Joglo Jompongan juga merupakan bentuk dasar dari rumah ada joglo lainnya. Bentuk dari bangunannya yakni cenderung bujur sangkar dengan atap yang memanjang ke kanan dan ke kiri.
Bagian atap yang berbentuk limas juga memiliki tiga bagian yakni atap utama dan dua buah atap pengerat dengan ujung nya yang tumpul. Ciri khas lainnya dari rumah ini adalah menggunakan konsep pintu geser.
Seperti namanya rumah adat Situbondo adalah rumah tradisional yang dibangun di wilayah Situbondo, Jawa Timur. Bentuknya mirip dengan rumah Joglo pada umumnya memilikinya atap yang tinggi terutama pada bagian tengahnya.
Pada bagian pintu-pintu rumah ini terdapat banyak ukiran khas Jawa Timur yang diyakini mampu memerikan perlindungan terhadap para penghuni rumah ini.
Bentuk lantai rumah ini persegi dengan berbagai bagian rumah yang menggambarkan hubungan harmonis manusia dengan alam sekitarnya.
Suku Tengger adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami pegunungan Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur. Terkadang mereka disebut juga sebagai Jawa Tengger atau Orang Tengger dan juga Wong Brama. Rumah tradisional mereka disebut sebagai Rumah Adat Tengger atau Ranu Pani.
Sama seperti rumah adat suku di Jawa Timur lainnya, rumah Ranu Pani juga terbuat dari kayu dan bahan alami lainnya. Ciri khas dari rumah ini adalah menyatu dengan tanah, tidak bertingkat dan hanya memiliki satu sampai dua buah jendela saja. Atapnya dibuat tinggi dan pada bagian halaman depan diberi dipan untuk berkumpul.
Rumah adat Dhurung adalah rumah tradisional yang ada di pulau Bawean, Gresik dan dihuni oleh suku Bawean. Rumah adat ini biasanya dibangun untuk menerima tamu sehingga letaknya berada di depan rumah utama. Selain itu rumah ini juga kerap digunakan untuk beristirahat setelah pulang dari pekerjaannya.
Ukuran umumnya hanya sekitar 2 m x 3 m saja dengan bentuk yang sangat sederhana. Atap bangunan rumah Dhurung menggunakan bahan alami seperti dedaunan. Bagian atas nya dibuat seperti ruangan yang dimanfaatkan untuk menyimpan hasil pertanian mereka.
Rumah Joglo Mangkurat memiliki bentuk yang hampir serupa dengan Joglo Pangrawit. Ciri yang membedakan antara keduanya adalah bagian atapnya dimana rumah joglo terdapat penitih yang menghubungkan bagian atap penanggap dengan atap utama.
Selain itu dibandingkan dengan Joglo Pangrawit, rumah ini memiliki atap yang lebih tinggi. Atap rumah Joglo Mangkurat tersusun atas tiga bagian dimana masing-masing bagiannya memiki tingkat kemiringan berbeda.
Atap bagian pertama disebut sebagai penitih, bagian tengan disebut penanggap dan bagian paling tinggi disebut brunjung. Terkadan rumah ini memiliki 4 atap yang ditambahkan pada bagian bawah yang disebut sebagai peningkat
Rumah Joglo Lawakan adalah jenis Joglo di Jawa Timur yang lebih sederhana dari pada jenis lainnya. Atapnya hanya terdiri dari dua bagian saja, meruncing dan bagian bawah atap nya melebar dan landai.
Antara bagian atap rumah Joglo Lawakan tidak memiliki batasan namun masing-masing memiliki kemiringan sudut yang berbeda. Bagian atap tersusun atas 4 bagian dengan 2 bubungan.
Panggang Pe adalah jenis rumah Joglo yang tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal tetapi juga sebagai warung. Nama lain dari rumah Panggang Pe adalah rumah Cakrik. Rumah ini juga tidak memiliki banyak ruangan yakni hanya terdiri dari 4-6 saja.
Selain sebagai rumah makan, rumah yang banyak ditemukan di Banten ini berfungsi juga sebagai pos ronda, kios dan juga rumah produksi. Ciri khas yang nampak dari rumah Panggang Pe adalah atap bagian belakang dibuat lebih tinggi daripada atap depan. Masyarakatnya membangun rumah ini dengan berjajar menyamping dan hanya dibatasi oleh satu tembok saja.
Rumah adat Osing adalah hunian tradisional orang-orang suku Osing yang mendiamin daerah Banyuwangi. Berbeda dengan rumah Joglo yang umumnya terbuat dari kayu jati, rumah Osing menggunakan kayu bendo dan juga kayu cempaka. Sementara itu dinding rumah Osing terbuat dari anyaman bambu.
Bagian atap rumah Osing menggambarkan kasat pemiliknya. Apabila rumahnya memiliki 4 atap (tikel balung) atau tiga atap (baresan) maka pemiliknya adalah orang yang berkecukupan namun apabila hanya memiliki 2 atap (cerocogan) artinya pemiliknya adalah pasangan muda yang masih ekonominya masih belum stabil.
Rumah adat Limasan Lambang Sari adalah salah satu jenis rumah Limasan yang dapat ditemukan di Jawa Timur. Ciri khas dari rumah ini adalah memiliki 16 buah tiang penopang dan 4 sisi atap.
Bagian yang menonjol dari rumah Limasan Lambang Sari ada pada balok yang menghubungkan atap brunjung dan penanggap. Begitu juga dengan ke 4 sisi atap yang dihubungkan oleh bubungan.
Rumah Limas Trajumas berdiri dengan susunan 6 buah tiang sebagai penopang. Sementara itu ruangannya hanya terdiri dari dua bagian saja yakni ruangan Sama dan ruangan Rong-rongan.
Ciri khas dari rumah ini adalah terdapat sebuah gazebo yang memisah sehingga terkesan lebih modern. Atap rumah ini terdiri dari 4 sisi yang mana semua sisinya memiliki ukuran yang sama besar.
Rumah Adat Limas Trajumas Lawakan adalah pengembangan dari rumah Limas Trajumas. Rumah ini memiliki halaman yang lebih luas dari rumah Limas pada umumnya serta memiliki tiang penopang yang lebih banyak yakni 20 buah. Karena merupakan hasil pengembangan dari rumah Trajumas sehingga tidka ada perbedaan yang mencolok diantara keduanya.