Diantara bentuk instrumen investasi adalah saham. Secara umum, saham diartikan sebagai surat bukti kepenyertaan modal pada sebuah perusahaan. Seseorang atau badan yang memiliki saham sebuah perusahaan berarti dia memiliki hak atas aset perusahaan tersebut.
Di Indonesia, saham-saham perusahaan bisa diperjualbelikan melalui Bursa Efek Indonesia(BEI). Perdagangan sahan sendiri diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 mengenai pasar modal. Pada pasar saham ini, terdapat beberapa perusahaan yang memiliki saham-saham dengan nilai sangat tinggi yang biasanya diminati oleh banyak pihak.
Berikut ini adalah daftar saham-saham termahal yang ada di Indonesia berdasarkan data dari pasar saham Indonesia per 31 Maret 2022.
1. PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR)
PT Solusi Tunas Pratama Tbk merupakan perusahaan penyedia layanan penunjang infrastruktur telekomunikasi, seperti menyediakan kapasitas backhaul serat optik, jaringan indoor distributed antenna system (DAS), serta penyewaan menara telekomunikasi (BTS).
Saham tertinggi di Indonesia yang tercatat per 31 Maret 2022 lalu adalah saham SUPR yakni sebesar Rp 47.500 per lembar saham. Bahkan, dalam setahun terakhir SUPR bahkan pernah mencapai angka saham tertinggi sebesar Rp 70.975 per lembar saham. Sementara itu, kapitalisasi pasar SUPR diestimasi senilai 54.04 triliun.
2. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA)
PT Dian Swastatika Sentosa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan hasil tambang batubara dan emas, jasa konstruksi, real estate, penyediaan listrik dan uap, perdagangan pupuk dan bahan kimia, serta infrastruktur.
Perusahaan dari Grup Sinarmas milik Eka Tjipta Widjaja ini mencatatkan nilai saham sebesar Rp 44.000 per lembar saham pada 30 Maret 2022 lalu. Sementara nilai saham tertinggi dalam kurun waktu setahun terakhir adalah sebesar Rp56.400 per lembar saham. Adapun kapitalisasi pasar PT Dian Swastatika Sentosa adalah senilai Rp 33,9 Triliun.
3. PT Bayan Resources Tbk. (BYAN)
Bayan Resources Tbk merupakan perusahaan produsen batu bara milik Low Tuck Kwong. Perusahaan yang terdaftar dengan kode emiten BYAN ini adalah perusahaan produsen batu bara yang juga bergerak di berbagai sektor usaha lainnya, seperti perdagangan besar, logistik, pergudangan, pengangkutan, hingga perusahaan holding.
Perusahaan yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan ini mengeluarkan saham perdananya pada tanggal 12 Agustus 2008 dengan nilai 5.800 Rupiah per lembar saham. Harga saham BYAN terus meroket dan mencapai angka Rp 43.359 per lembar saham pada 31 Maret 2022 lalu. Dalam setahun terakhir, harga saham tertinggi yang pernah dicapai BYAN adalah Rp 45.000 per lembar saham. Adapun kapitalisasi pasar PT Bayan Resources Tbk sendiri diestimasi mecapai Rp 144,5 Triliun.
4. PT DCI Indonesia Tbk. (DCII)
PT DCI Indonesia Tbk merupakan perusahaan penyedia data center atau layanan hosting terkemuka di Indonesia. PT DCI Indonesia Tbk pertama kali mendaftarkan sahamnya di bursa saham pada tanggal 6 Januari 2021 dengan kode emiten DCII dan harga awal saham 420 Rupiah per lembar.
Nilai saham DCII terus menanjak hingga pernah mencapai angka Rp 60.300 per lembar dalam setahun terakhir. Sedangkan pada 31 Maret 2022 lalu, nilai saham DCII tercatat Rp 43.300 per lembar.
DCII merupakan emiten milik konglomerat Otto Toto Sugiri dengan kapitalisasi pasar senilai Rp103,22 Triliun. Perusahaan ini merupakan data center Tier IV pertama di Asia Tenggara yang juga memiliki standar global yang menjamin SLA dengan margin 99,9999% (hanya 5 menit downtime).
5. PT Gudang Garam Tbk. (GGRM)
Gudang Garam merupakan perusahaan rokok terkemuka di Indonesia yang berdiri pada tahun 1958. Perusahaan yang berlokasi di kota Kediri, Jawa Timur ini dikenal sebagai penghasil rokok kretek berkualitas tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Pada 31 Maret 2022 silam, nilai saham GGRM adalah senilai Rp 31.600 per lembar. Perusahaan dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 60,8 Triliun ini pernah mencatatkan nilai saham senilai Rp 47.250 dalam setahun terakhir.
Itulah 5 saham termahal yang tercatat di bursa saham per 31 Maret 2022 lalu. Harga saham sendiri tidak selalu tetap atau stabil, bahkan kerap mengalami naik turun yang fluktuatif. Hal ini sangat tergantung pada mekanisme permintaan dan penawaran saham yang terjadi di pasar atau bursa saham.
Ada sejumlah faktor yang juga turut menjadi pendorong naik turunnya permintaan dan penawaran saham tersebut, baik faktor eksternal maupun faktor internal perusahaan.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan adalah sebagai berikut:
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan antara lain sebagai berikut: