Daftar isi
Pada saat suatu kekuatan pengangkut berkurang atau melemah, material hasil pengikisan ini diendapkan.
Pengendapan ini bisa berlangsung di sungai, danau, dan di laut. Dan hal itulah yang dinamakan dengan sedimentasi.
Sedimentasi adalah suatu peristiwa-peristiwa pengendapan material batuan yang diangkut oleh suatu tenaga air atau angin.
Sesudah batuan terkikis, hasil pengikisan terbawa aliran air sungai, danau, dan akhirnya nya sampai di laut.
Ada beberapa pengertian mengenai Sedimentasi, yaitu:
Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat di air tergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap.
Dapat disimpulkan bahwa sedimentasi merupakan proses pemisahan dan pengendapan padatan dan cairan (solid-liquid) dengan menggunakan gaya gravitasi untuk mengendapkan partikel suspensi, baik dalam pengolahan air bersih (IPAM), maupun dalam pengolahan air limbah (IPAL)
Menurut Kusnaedi (2002), tujuan pengolahan air minum merupakan upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standar mutu air.
Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum.
Secara keseluruhan, proses sedimentasi berfungsi untuk:
Pada pengolahan air minum, terapan sedimentasi khususnya untuk:
Pada pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk:
Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan untuk penyisihan lumpur setelah koagulasi dan sebelum proses filtrasi.
Selain itu, prinsip sedimentasi juga digunakan dalam pengendalian partikel di udara.
Prinsip sedimentasi pada pengolahan air minum dan air limbah adalah sama, demikian juga untuk metoda dan peralatannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya sedimentasi yakni:
Proses sedimentasi secara umum diartikan sebagai proses pengendapan dimana akibat gaya gravitasi.
Partikel yang mempunyai berat jenis lebih berat dari berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil berat jenisnya akan mengapung.
Kecepatan pengendapan partikel akan bertambah sesuai dengan pertambahan ukuran partikel dan berat jenisnya.
Pengendapan kandungan zat padat di dalam air dapat digolongkan menjadi :
Dan pada pengolahan air minum yang digunakan adalah dengan pengendapan diskrit dan pengendapan flokulen.
Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan:
Air tidak jernih umumnya mengandung residu. Residu tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi) dan pengendapan (sedimentasi).
Untuk mempercepat proses penghilangan residu tersebut perlu ditambahkan koagulan.
Bahan koagulan yang sering dipakai adalah tawas (alum). Untuk memaksimalkan proses penghilangan residu, koagulan sebaiknya dilarutkan dalam air sebelum dimasukkan ke dalam tangki pengendapan.
Sedimentasi dilakukan di dalam sebuah tangki dimana tangki tersebut berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran berupa lumpur dan pasir. Pada tangki sedimentasi terdapat waktu tinggal.
Ke dalam tangki sedimentasi ini diinjeksikan klorin yang berfungsi sebagai oksidator dan desinfektan.
Sebagai oksidator klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada air.
Jenis yang satu ini yaitu pengendapan hasil Erosi yang terjadi di sungai yang membentuk sedimen fluvial.
Hasil pengendapan disungai biasanya berupa batu giling, pasir, krikil, dan lumpur yang menutupi air sungai.
Sedimen fluvial ini bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan.
Banyak penduduk bermata pencaharian sebagai pengumpul pasir, krikil, atau batu hasil sedimen fluvial.
Sediemen Limnis yaitu salah satu jenis sedimen yang pengendapan hasil erosi terjadi didanau dan membentuk sedimen limnis.
Hasil pengendapan di danau ini biasa nya berbentuk delta, lapisan batu krikil, pasir, dan lumpur.
Sedimen Marin ialah suatu pengendapan hasil erosi terbanyak terjadi dilaut. Pengendapan hasil erosi dilaut akan membentuk sedimen marin. Salah satu bentuk sedimen marin ialah gumuk pasir (sand dunes).
Gumuk pasir ini berasal dari pasir yang terangkat ke udara saat ombak terpecah dipantai landai.
Selanjutnya pasir terbawa angin ke arah darat dan terendapkan membentuk timbunan pasir.
Tipe sedimentasi yang sering ditemui pada proses pengolahan air minum adalah sedimentasi tipe I dan tipe II.
Sedimentasi tipe I dapat ditemui pada bangunan grit chamber dan prasedimentasi (sedimentasi I).
Sedimentasi tipe II dapat ditemui pada bangunan sedimentasi II. Sedangkan sedimentasi tipa III dan IV lebih umum digunakan pada pengolahan air buangan
Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk, ukuran maupun berat selama partikel tersebut mengendap.
Partikel tersebut dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi antar partikel, juga tanpa menggunakan koagulan.
Proses pengendapan partikel berlangsung semata-mata akibat pengaruh gaya partikel atau berat sendiri partikel.
Pengendapan akan berlangsung sempurna apabila aliran dalam keadaan tenang (aliran laminar).
Sebagai contoh sedimentasi tipe I antara lain pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menghitung kecepatan pengendapan bila telah diketahui ukuran partikel, densitas atau specific gravity, dan temperatur air :
Bila diperoleh laminar, maka perhitungan selesai. Bila diperoleh turbulen, maka gunakan persamaan untuk turbulen, dan bila diperoleh transisi, maka gunakan persamaan untuk transisi
Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi encer, di mana selama pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel.
Bersatunya beberapa partikel membentuk gumpalan akan memperbesar rapat masanya, sehingga akan mempercepat pengendapannya.
Proses penggumpalan (flocculation) di dalam kolam pengendapan akan terjadi tergantung pada keadaan partikel untuk saling berikatan dan dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti laju pembebanan permukaan, kedalaman kolam, gradient kecepatan, konsentrasi partikel di dalam air dan range ukuran butir.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang lebih pekat, dimana antar partikel secara bersama-sama saling menahan pengendapan partikel lain di sekitarnya (hindered).
Karena itu pengendapan terjadi secara bersama-sama sebagai sebuah zona dengan kecepatan yang konstan.
Pada bagian atas zona terdapat interface yang memisahkan antara massa partikel yang mengendap dengan air jernih.
Hindered Settling sebagian besar digunakan di dalam secondary clarifiers. Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III, di mana terjadi pemampatan (kompresi) massa partikel hingga diperoleh konsentrasi lumpur yang tinggi.
Pengendapan partikel dilakukan dengan cara memampatkan (compressing) massa partikel dari bawah.
Tekanan (compression) terjadi tidak hanya di dalam zone yang paling rendah dari secondary clarifiers tetapi juga di dalam tangki sludge thickening.
Dalam upaya mengatasi pengendapan yang dapat menyebabkan gangguan aliran air, seperti pendangkalan sungai yang bisa menyebabkan banjir. Maka harus diawali dengan mencari sumber penyebab terjadinya endapan.
Langkah yang dapat diambil untuk mencegah sedimentasi, antara lain:
Berikut dampak dari sedimentasi adalah:
Salah satu dampak dari sedimentasi yaitu akan membentuk Delta, delta terbentuk di muara sungai yang laut nya dangkal dan aliran sungai nya membawa banyak bahan endapan. Daerah delta ini biasanya subur.
Berdasarkan dari bentuk fisik, delta bisa berbentuk kaki burung, busur segitiga, dan kapak.
Lahan delta bisa dimanfaatkan untuk suatu kegitan pertanian, peternakan, dan perikanan.
Tanggul alam ini terbentuk ditepi sungai akibat sebuah timbunan material yang terbawa saat terjadi banjir.
Material tersebut ini terendapkan dikanan kiri sungai. Timbunan tersebut ini semakin tinggi menyerupai tanggul.
Meander yaitu sebuah kelokan-kelokan alur sungai. Meander ini terbentuk melalui proses sebuah pengikisan dan pengendapan yang terjadi dibagian dalam ataupun luar lekukan sungai.
Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi suatu pengikisan. Bagian sungai yang aliran nya lambat akan terjadi suatu pengendapan. Proses ini berlangsung secara terus-menerus sehingga akan membentuk meander.
Oxbow Lake ini terbentuk akibat sebuah proses sedimentasi yang terus menerus di meander sungai.
Akibat dari proses pengendapan, material sedimen akan memotong alur sungai yang sehingga menjadi lurus.
Cekungan alur sungai yang terpotong akan membentuk suatu genangan air yang menjadi danau.
Gumuk pasir ini terbentuk dari hasil suatu pengendapan oleh angin. Tiupan angin yang kuat didaerah gurun ataupun pantai akan membentuk sebuah gumuk pasir.
Gumuk pasir ini terdapat di sepanjang pantai barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara tersebut dan dipantai Parangtritis Yogyakarta.
Akibat dari terjadinya sedimentasi akan membentuk sebuah bentuk yang indah, dan bisa menjadi pemandangan yang indah.