Sosiologi

5 Sistem Stratifikasi di Indonesia Beserta Penjelasannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Berikut ini sistem stratifikasi yang ada di Indonesia.

1. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Pertanian

Berdasarkan kepemilikan tanah, masyarakat pertanian dibagi atas tiga lapisan berikut:

  • Lapisan tertinggi, yaitu kaum petani yang memiliki tanah pertanian dan rumah.
  • Lapisan tengah, yaitu kaum petani yang tidak memiliki tanah pertanian namun memiliki tanah pekarangan dan rumah.
  • Lapisan terendah, yaitu kaum petani yang tidak memiliki tanah pertanian, pekarangan, dan rumah.

Pelapisan sosial masyarakat pertanian berdasarkan kriteria ekonomi adalah sebagai berikut.

  • Lapisan pertama yang terdiri dari kaum elite desa yang memiliki cadangan pangan dan pengembangan usaha.
  • Lapisan kedua terdiri dari orang yang hanya memiliki cadangan pangan saja
  • Lapisan ketiga terdiri dari orang yang tidak memiliki cadangan pangan dan cadangan usaha. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan konsumsi agar tetap hidup.

Pada umumnya, masyarakat pertanian masih menghargai peran pembuka tanah (cikal bakal), yaitu orang yang pertama kali membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Cikal bakal menjadi kaum elite di desanya.

Biasanya keturunan atau keluarga mereka akan dijadikan sesepuh atau orang yang dituakan. Kelompok cikal bakal merupakan kelompok yang anggotanya sangat sedikit. Sedangkan kelompok buruh tani merupakan kelompok terbesar dalam stratifikasi masyarakat pertanian di Jawa.

2. Sistem Stratifikasi Sosial Masyarakat Feodal

Pola dasar masyarakat feudal adalah sebagai berikut.

  • Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus ditaati dan dihormati oleh rakyatnya, karena raja mempunyai hak istimewa.
  • Terdapat lapisan utama, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum feudal) dan lapisan dibawahnya, yakni rakyatnya.
  • Adanya pola ketergantungan dan patriminialistik. Artinya kaum feudal merupakan tokoh panutan yang harus disegani, sedangkan rakyat harus hidup menghamba.
  • Terdapat pola hubungan antarkelompok yang diskriminatif, yaitu kaum feudal memperlakukan bawahannya secara tidak adil dan cenderung sewenang-wenang.
  • Masyarakat feudal cenderung memiliki sistem stratifikasi tertutup.

3. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Belanda

Masyarakat Indonesia pada zaman Hindia Belanda dibagi dalam beberapa lapisan berdasarkan ras. Belanda menempatkan penduduk asli atau bumiputera pada strata paling bawah yang disebut inlander. Hal ini mengakibatkan kondisi bumiputera dalam keadaan terpuruk, miskin, dan mengalami keterbelakangan.

Belanda menerapkan politik monopoli dan juga melestarikan feodalisme. Belanda sendiri merupakan negara monarki yang menganut feodalisme. Semua jabatan tinggi seperti gubernur jendral, residen, dan kepala polisis diduduki oleh orang Belanda. Untuk sekolah pun bumiputera yang berasal dari rakyat biasa akan mengalami kesulitan.

Dalam ekonomi kebijakan Belanda juga tidak jauh berbeda. Mereka menempatkan bumiputera sebagai pedagang kecil. Sebaliknya, golongan Timur Asing berkesempatan mengelola ekonomi menengah seperti pedagang grosir dan pemilik pabrik kebutuhan pangan. Secara garis besar, stratifikasi sosial pada masa penjajahan 

4. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang

Dilatarbelakangi keinginan bangsa Jepang untuk merebut hari masyarakat Indonesia, maka pada masa pendudukan Jepang, golongan Bumiputera mendapat kesempatan berada diatas bangsa Cina dan Eropa. Sedangkat kelas tertinggi tetap dipegang oleh Bangsa Jepang sendiri.

5. Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern

Saat ini industri modern tentu saja membawa dampak yang lebih luas daripada industri di masa colonial Belanda. Di perkotaan, terdapat pergeseran struktur pekerjaan dan angkatan kerja. Misalnya muncul pekerjaan baru yang dulunya tidak ada. Seperti jasa konsultan, advokat, dan lembaga bantuan hukum.

Berdasarkan hal tersebut, penentuan kelas sosial bukan lagi didasarkan pada kelas ekonomi semata. Melainkan mempertimbangkan pula kelangkaan serta profesionalitas seseorang. Hal ini dikarenakan orang industri sangat mempertimbangkan kreatifitas seseorang yang dapat memberikan nilai tambah untuk pekerjaannya.