Seni

4 Struktur Ludruk Beserta Penjelasannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Ludruk adalah seni pertunjukkan drama tradisional yang berasal dari daerah Jawa Timur. Ludruk berkembang dengan baik di Surabaya, Mojokerto, Malang, Blitar, Sidoarjo, Probolinggo, Madiun, Kediri, Gresik, Lumajang, Bondowoso, serta Jember. Kata ludruk memiliki arti badhut namun ada juga yang mengatakan arti dari ludruk adalah ledhek lanang.

Ludruk dipentaskan di atas panggung dan berkisah tentang cerita-cerita yang terjadi di sekitar masyarakat. Cerita tersebut dibawakan dengan bahasa Jawa Timuran dan diselingi humor yang mengundang gelak tawa penonton serta diiringi oleh alunan musik.

Dalam seni drama ludruk terdapat Struktur Ludruk, berikut diantaranya:

1. Ngremo

Ngremo adalah tarian pembuka sebelum pertunjukan ludruk dimulai. Tarian ini dilakukan oleh pemain yang mempunyai kemampuan menari yang baik sekaligus melantunkan kidung. Ngerum dibagi menjadi dua yaitu ngremo putra dan ngremo putri.

2. Dagelan

Dagelan adalah tokoh lucu utama dalam sebuah seni ludruk. Penampilannya akan mendominasi sepanjang pertunjukkan. Biasanya para pemain dagelan akan memerankan tokoh kaum bawah seperti pembantu, buruh, atau orang yang gemar berkeliaran.

Mereka akan berpakaian sederhana, udik, tidak memiliki harta, serta mempercayai hal-hal mistis maupun takhayul.

3. Selingan

Selingan akan muncul pertengahan pertunjukkan sebagai pemisah antara tahap dagelan menuju ke tahap inti cerita. Selingan biasanya bersifat menghibur untuk menarik perhatian penonton agar tidak merasa bosan.

4. Cerita

Menurut James L Peacock cerita dalam seni ludruk dibagi menjadi tiga. Cerita pertama berkisah tentang kisah-kisah rumah tangga. Cerita tersebut dinamakan cerita rumah tangga dan menjadi kisah yang paling umum dalam ludruk komersil

Cerita yang kedua adalah cerita pahlawan legenda yaitu tentang perjuangan pahlawan. Cerita pahlawan yang paling terkenal adalah kisah Untung Suropati dan Sawunggaling. Cerita yang ketiga adalah cerita revolusi yang dipentaskan di depan rapat politik. Namun cerita ketiga adalah cerita yang paling jarang digunakan dalam ludruk komersial.