Daftar isi
Indonesia telah dikenal luas oleh seluruh negara-negara di dunia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dikenal dengan negara yang memiliki banyak keberagaman, mulai dari bahasa, suku, kebudayaan dan lainnya.
Indonesia memiliki berbagai macam suku, sampai dengan ratusan. Ratusan suku bangsa Indonesia ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari mulai perkotaan sampai dengan pedalaman. Yang akan kita bahas pada materi kali ini yaitu Suku Dayak yang berada di pedalaman hutan Kalimantan.
Dayak merupakan nama yang diberikan kepada masyarakat asli pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan. Nama Dayak memiliki arti yang erat kaitannya dengan sungai atau maritim.
Arti dari kata Dayak sendiri masih banyak diperdebatkan oleh orang-orang. Dayak memiliki arti yaitu manusia, ada juga yang mengartikan Dayak sebagai hulu sungai.
Secara bahasa, nama Dayak sebenarnya bukan nama sebuah suku. Melainkan orang Dayak yang memiliki arti sebagai orang pedalaman yang kehidupannya jauh dari perkotaan.
Suku Dayak merupakan suku asli yang berada dan mendiami Pulau Kalimantan. Suku Dayak biasanya tidak hidup di perkotaan, tetapi hidupnya di pedalaman.
Kehidupan Suku Dayak diawali pada tahun 1600-an, pada saat itu orang berkebangsaan Melayu menyebut dirinya sebagai Suku Dayak. Namun sebenaranya, sebelum tahun itu Suku Dayak sudah ada peradabannya.
Suku Dayak ini bertempat tinggal di Kalimantan namun di pedalamannya, hidupnya pun menyatu dengan alam.
Sebelum abad ke 20, Suku Dayak belum mengenal apa itu agama. Suku Dayak mengenalnya yaitu agama samawi. Kepercayaan samawi yaitu mempercayai hanya kepada leluhur, binatang, batu.
Dan untuk keseharian masyarakat Suku Dayak mempercayai bermacam macam pantangan sesuai dengan tanda dari sang alam. Suku Dayak memiliki pantangan untuk hidup berbaur dengan masyarakat lainnya dari suku lain.
Oleh karena pantangan tersebut, Suku Dayak sering berpindah pindah tempat tinggal dari hutan satu ke hutan lainnya, dari goa satu ke goa yang lainnya, begitu terus menerus.
Suku Dayak ada bermacam macam, namun yang paling primitf yaitu Suku Dayak Punan. Suku ini bahkan sangat sulit untuk sekedar berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Mereka melakukan hal seperti ini karena pantangan dari leluhur mereka dan mereka takut untuk melanggar pantangan tersebut.
Masyarakat Suku Dayak banyak yang bertempat tinggal di pinggiran sungai dan mengandalkan hidup pada kekayaan alam disana. Mulai dari bertani, bercocok tanam hingga berkebun.
Orang Dayak tidak biasa menggunakan alas kaki dimanapun mereka berada. Mereka juga suka bertelanjang dada keluar masuk hutan, tidak peduli seberapa panas atau hujan cuaca saat itu.
Hasil produksi dari masyarakat Suku Dayak juga sangat beragam, ada keranjang bayi yang terbuat dari rotan dengan hiasannya berupa gigi buaya, gigi anjing dan lain sebagainya.
Bahasa keseharian dari Suku Dayak yaitu Bahasa Dayak. Bahasa ini kemudian menyebar ke timur hingga kemudian masuk ke daerah pedalaman, pulau hingga pegunungan.
Kemudian setelah itu bahasa datang dan mulai berkembang karena kedatangan dari orang melayu yang tinggal di daerah Kalimantan. Dengan begitu, Suku Dayak memiliki banyak bahasa karena banyak orang yang berdatangan dari wilayah lain.
Pada awalnya Suku Dayak memiliki keyakinan tradisional yaitu Kaharingan. Kaharingan telah termasuk ke dalam kelompok Hindu dan sering disebut Hindu.
Namun saat setelah banyak orang Dayak yang masuk Islam pada abad ke-19, banyak juga orang Dayak yang memiliki agama Kristen.
Rumah adat Suku Dayak yaitu biasa disebut dengan rumah pajang atau rumah betang. Rumah adat ini ditemukan di sekitaran sungai yang ditinggali masyarakat Dayak. Rumah tradisional ini ditinggali lebih dari satu keluarga dan pastinya masih tergabung ke dalam Suku Dayak.
Rumah pajang memiliki ukuran yang berbeda, ada yang panjangnya hingga 15 meter dengan lebar 30 meter.
Rumah pajang juga bentuknya seperti panggung dan ketinggiannya mencapai 5 meter. Dengan ketinggian 5 meter rumah Suku Dayak memiliki fungsi untuk bertahan dari banjir.
Terdapat berbagai macam tarian khas Suku Dayak, dan setiap tarian memiliki ciri khas yang berbeda-beda antara tari satu dengan tari lainnya.
Tari ini merupakan tarian khas ritual Suku Dayak. Tari ini dilakukan setelah masyarakat Suku Dayak menanam padi. Tari Hudoq juga memiliki tujuan utnuk mengenang jasa pengorbanan para leluhurnya.
Tari ini menceritakan mengenai gadis Dayak yang dipaksa menikah dengan seseorang yang tidak dicintainya. Akhirnya, gadis tersebut melarikan diri ke dalam hutan, agar tidak menikah dengan pemuda tersebut.
Tarian ini dilakukan oleh para wanita. Tari ini menggambarkan kehidupan burung Enggang, yang merupakan salah satu hewan sakral Suku Dayak.
Tarian ini dikenal sebagai tarian pergaulan diantara muda-mudi Suku Dayak. Tari ini melambangkan kegembiraan dan keramah tamahan masyarakat Suku Dayak.
Suku Dayak juga memiliki alat musik yang beragam jenisnya dan juga sering dimainkan oleh masyarakat Suku Dayak. Beragam alat musik khas Suku Dayak digunakan untuk mengiringi suatu tarian.
Alat musik sape dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari. Sape ini terbuat dari kayu pilihan yang kuat dan juga tahan lama. Sape ini memiliki ukiran motif yang uniik dan juga memiliki bentuk yang unik.
Alat musik jenis ini hampir sama dengan gong dan juga memiliki suara yang sama dengan gong. Yang menjadi pembedanya disini yaitu suara pada gong garantung lebih pendek dan juga tidak menggema.
Alat musik ini termasuk alat musik yang sederhana, karena dibuat dari kayu yang hanya diukir saja. Sedangkan cara memainkannya yaitu dengan cara dipukul.
Ada dua bagian pakaian dari Suku Dayak, yaitu pakaian untuk kaum wanita dan untuk kaum pria. Sebutan pakaian adat untuk wanita yaitu Ta’a, pakaian ini memiliki motif yang sama dengan motif baju lelaki.
Yang membedakan pakaian adat wanita dengan laki-laki yaitu pada baju atasannya. Pada wanita disebut inoq dan memiliki manik-manik cantik sebagai hiasan pada bajunya.
Untuk kaum laki-laki baju adatnya disebut sebagai sepei sadaq, yang memiliki ciri-ciri memakai ikat kepala yang terbuat dari pandan. Baju atasan pada laki-laki menggunakan rompi dan bawahannya berupa cawam yang disebut abed ko aq. Terdapat juga mandau yang diikatkan pada pinggang si laki-laki.
Ada banyak kebudayaan khas yang dapat kita temukan pada Suku Dayak ini.
Kebiasaan Suku Dayak yang suka sekali memanjangkan cuping telinga atau dikenal dengan sebutan telinga aruu. Menurut beberapa masyarakat luar Suku Dayak, hal itu sangat unik.
Suku Dayak menggunakan alat pemanjang yang digunakan untuk memanjangkan cuping telinganya dan menggunakan anting-anting yang memiliki bentuk gelang berasal dari tembaga.
Ternyata ciri khas memanjangkan cuping telinga itu menunjukkan tingkatan sosial dalam masyarakat Suku Dayak. Seorang bangsawan dicirikan dengan cuping telinga yang sangat panjang.
Proses memanjangkan cuping telinga ini dilakukan sudah sangat lama, mulai dari bayi hingga dewasa. Namun, tidak semua Suku Dayak melakukan tradisi ini, hanya mereka yang hidupnya di pedalaman saja.
Suku Dayak memiliki tato yang dikenal dengan istilah tutang. Setiap tato yang terdapat pada kulit Suku Dayak memiliki makna atau arti tersendiri yang erat kaitannya pada keperacayaannya kepada para leluhur.
Pada sebelum membuat tato, Suku Dayak harus melakukan ritual terlebih dahulu. Tato ini dipercaya berubah warnanya menjadi emas dan sebagai penerang menuju alam keabadian.