Daftar isi
Kuningan merupakan daerah yang berdekatan dengan kota Cirebon. Selain terkenal dengan wisata alam yang indah, rupanya Kuningan juga mempunyai segudang kesenian yang menarik. Salah satu keseniannya yakni Tari buyung. Apa itu Tari buyung dan bagaimanan sejarah dari Tarian ini? Selengkapnya akan diulas di bawah ini.
Seperti yang sudah disebutkan bahwa Tari Buyung berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Lebih tepatnya dari daerah Cigugur. Tarian ini merupakan simbol rasa syukur atas nikmat yang Tuhan berikan berupa alam semesta yang indah dan memberikan banyak manfaat bagi manusia. Tarian ini memiliki makna ajakan kepada masyarakat khususnya Kuningan untuk lebih mencintai alam semesta pemberian Tuhan.
Cara mencintainya dengan merawat dan menjaga ekosistem yang ada. Salah satu yang harus dijaga adalah air. Di mana Kuningan memiliki salah satu sumber air yakni dari gunung ciremai. Asal nama tarian ini diambil dari kata Buyung yang berarti alat yang digunakan untuk mengambil air oleh masyarakat Kuningan pada masa dulu. Buyung ini terbuat dari logam atau tanah liat.
Tari Buyung merupakan warisan budaya daerah Kuningan. Tari Buyung bahkan sudah saat zaman kerajaan padjajaran sebagai bentuk pujian mengagungkan Nyi Pohaci Sanghyang Aci. Tarian ini termasuk ke dalam salah satu kepercayaan dinamisme dan animisme. Tarian ini diperkirakan diciptakan sekitar tahun 1969 oleh Emilia Djatikusumah. Beliau merupakan istri dari seorang pemuka adat bernama Pangeran Djatikusumah.
Tarian ini terinspirasi dari kebiasaan perempuan saat mandi lalu mengambil air dengan menggunakan Buyung. Biasanya air akan diambil dari danau, sungai dan mata air lainnya. Konon gerakan lembut dan suasana saat bulan purnama menjadi dasar adanya penciptaan tarian ini. Tarian ini kerap dipentaskan berbarengan perayaan adat seren taun. Seren taun ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen.
Tari buyung memiliki fungsi sebagai tarian yang ditampilkan pada kegiatan adat seperti seren taun yang biasa diadakan oleh masyarakat daerah Cigugur, Kuningan. Tarian ini juga merupakan tarian yang diartikan sebagai simbol rasa syukur atas kelimpahan sumber daya yang melimpah.
Tidak hanya itu, tarian ini juga kerap ditampilkan dalam kegiatan tertentu seperti acara daerah di Kuningan. Tarian ini mengisahkan bagaimana keseharian gadis desa saat mandi bersama di sungai ataupun sumber air lainnya. Kemudian mereka akan mengambil air dari pancuran ciereng dengan menggunakan buyung. Buyung inilah yang kemudian menjadi nama dari tarian ini.
Tari Buyung memiliki ragam gerakan. Gerakan dalam tarian ini tak hanya sembarang gerakan melainkan memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Adapun, gerakan dalam tarian ini adalah sebagai berikut ini.
Tarian ini memiliki pola lantai horizontal. Pola ini dapat di lihat dari formasi nyakra bumi yakni gerakan penari berbaris lurus ke depan dengan membentuk Pola lantai garis lurus. Pola lantai dalam tarian ini memiliki makna yang mendalam yakni petani di daerah Sunda merupakan sosok yang religius dan berpegang teguh pada ajaran agama. Hal ini terbukti bahwa tarian ini memiliki makna wujud rasa syukur atas limpahan karunia Tuhan.
Tuhan telah menciptakan alam semesta dan isinya yang menjadi sumber kehidupan. Sebagai makhluk, manusia harus menjaga pemberian dari Tuhan. Dalam gerakan ini memiliki 5 farmasi yakni jala sutra, bale Bandung, Nyakra bumi, Nugu telu, Nedang dan Kamulan.
Properti yang digunakan dalam tarian ini tentunya yang paling utama adalah Buyung itu sendiri. Namun, selain Buyung terdapat beberapa properti sebagai berikut.
Saat menampilkan tarian ini tentunya akan lebih menarik jika di iringi alat musik. Adapun alat musik yang biasa digunakan adalah kecapi rincik, kendang, seruling, gong dan kecapi indung. Kecapi rincik dan kecapi induk memiliki perbedaan pada ukurannya. Kecapi rincik memiliki ukuran yang lebih kecil dari pada kecapi indang.
Busana yang dikenakan penari adalah mengenakan kebaya dengan bagian bawah memakai ampok yang terbuat dari kain songket. Selain itu, penari buyung juga menggunakan selendang yang dikalungkan pada bagian leher. Pemilihan selendang ini disesuaikan dengan kostum yang dikenakan. Penari buyug juga mengenakan rambut palsu atau sobrah memperindah tampilan. Untuk memperindah tampilan dikenakan pula aksesoris tambahan seperti pemakaian gelang di bagian pergelangan kanan dan kiri penari, anting serta kalung.
Keunikan dari tarian ini adalah gerakan yang dilakukan oleh Penarinya. Gerakan tersebut adalah gerakan saat menari membawa kendi yang berisi air ke atas kepala. Gerakan ini tidak mudah dilakukan karena membutuhkan keseimbangan. Belum lagi, penari harus tetap tampil anggun dan fokus melakukan gerakan tari.
Tari buyung merupakan tarian yang berasal dari tanah sunda yakni Kuningan, Jawa Barat. Tari ini memiliki makna yang sangat mendalam yakni mengenai ajakan bersyukur dan menjaga alam semesta. Tari buyung sudah ada saat masa Kerajaan Padjajaran. Tarian ini terinspirasi dari keseharian gadis desa saat sedang mandi dan mengambil air menggunakan buyung. Buyung sendiri merupakan alat yang digunakan untuk mengambil air yang terbuat dari tanah liat atau logam.
Tari buyung kerap ditampilkan pada saat tradisi seren taun di Cigugur. Seren taum sendiri merupakan pesta panen raya sebagai wujud syukur atas hasil tani yang melimpah. Dalam setiap gerakan tari buyung memiliki makna yang mendalam. Seperti gerakan bersimpuh yang memiliki makna permohonan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dari bahaya. Selain itu, ada pula gerakan mengangkat buyung ke kepala yang berarti setinggi apapun kedudukan manusia dia tetap membutuhkan air. Sebab, air adalah salah satu mata kehidupan.