Sejarah Kerajaan Pajajaran – Raja – Peninggalan

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Di daerah Sunda (saat ini lebih dikenal dengan daerah Jawa Barat), selain berdiri kerajaan Cirebon, berdirilah pula sebuah kerajaan lain.

Kerajaan tersebut diberi nama dengan kerajaan Sunda. Orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan kerajaan Pajajaran.

Kerajaan ini merupakan kerajaan yang beraliran hindu budha selain kerajaan Sriwijaya yang pada akhirnya harus runtuh karena adanya kesultanan Banten.

Berikut ini merupakan ulasan mengenai latar belakang berdirinya Pajajaran, raja-raja yang menjabat, masa kejayaan hingga peninggalan bersejarahnya.

Latar Belakang Kerajaan Pajajaran

Awal mula berdirinya kerajaan Pajajaran berbarengan dengan mundurnya kerajaan Majapahit.

Ketika itu tahun 1400 Masehi dimana raja dan rakyat Majapahit mengungsi ke kerajaan Galuh.

Dulunya kerajaan Galuh merupakan satu kerajaan yang dipimpin oleh Rahyang Wastu.

Ketika sang raja meninggal, pada akhirnya kerajaan Galuh harus terpecah menjadi 2 bagian dengan 2 raja yang bernama Dewa Niskala dan Susuktunggal.

Pada tahun 1400 M, raja dan rakyat Majapahit mengungsi ke kerajaan Galuh yang dipimpin oleh Dewa Niskala.

Dewa Niskala menerima dengan sangat baik bahkan sampai ingin mempersunting wanita dari kerajaan Majapahit.

Susuktunggal sebagai raja Sunda (bagian dari perpecahan kerajaan Galuh) tidak terima lantaran ada larangan pernikahan keturunan Sunda-Galuh dengan Majapahit.

Karena hal ini, terjadilah percekcokan antara Dewa Niskala dan Susuktunggal yang mengakibatkan mereka berdua harus turun takhta.

Penurunan takhta ini pada akhirnya menjadikan Prabu Siliwangi menjadi raja dari 2 kerajaan.

Prabu Siliwangi sendiri merupakan anak dari Dewa Niskala dan menantu dari Susuktunggal.

Karena naiknya takhta Prabu Siliwangi menjadi raja, beliau pun menyatukan 2 kerajaan Galuh yang terpecah menjadi 1 kembali dan mengganti namanya menjadi Pakuan Pajajaran.

Dengan ini kerajaan Pajajaran bertempat di Pakuan Pajajaran dengan tahun berdiri mulai 1030-1579 M.

Raja-raja Yang Menjabat di Kerajaan Pajajaran

1. Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521 M)

Disebut juga sebagai Prabu Siliwangi, beliau merupakan putra dari Dewa Niskala.

Sri Baduga Maharaja memimpin Pajajaran dari awal berdirinya selama 39 tahun yaitu tahun 1482 hingga 1521 M.

Beliau tercatat mengalami 2 kali penobatan yaitu di kerajaan Galuh oleh ayahnya, Dewa Niskala dan di kerajaan Sunda oleh mertuanya, Susuktunggal.

Selama masa kepemimpinannya, beliau terkenal sebagai raja yang baik dan bijaksana. Tak ada pungutan pajak pada masa pemerintahannya.

Pemungutan pajak ini dibebaskan untuk rakyat ibukota Jayagiri dan Sunda Sembawa.

Pajak tersebut diantaranya merupakan pajak tenaga perorangan, kolektif, kapas 10 pikul dan padi 1 gotongan.

Dalam masa kepemimpinannya pula, Prabu Siliwangi menerapkan asas Egalitarianisme yang berarti menerapkan kesetaraan dalam kehidupan sosial.

2. Surawisesa (1521 – 1535 M)

Surawisesa merupakan raja Pajajaran berikutnya yang memerintah tahun 1521 hingga 1535 M.

Beliau merupakan cucu dari Susuktunggal yang merupakan raja Sunda. Karena keberanian Surawisesa, pada masa pemerintahannya, ada sekitar 15 kali pertempuran yang terjadi.

Meski tidak lebih sukses dari masa pemerintahan Prabu Siliwangi, namun kejayaan pemerintahan Pajajaran masih bisa dikatakan stabil ketika masa kepemimpinan Surawisesa.

3. Ratu Dewata (1535 – 1543 M)

Ratu Dewata merupakan putra dari Surawisesa. Beliau memimpin Pajajaran tahun 1535 hingga 1543 M.

Berbeda dengan ayahnya yang pemberani, justru Ratu Dewata lebih menyukai jalan menjadi pendeta.

Beliau tidak terlalu memahami istilah politik maupun kepemimpinan. Beliau lebih taat dalam beragama.

Beruntungnya perwira yang ada pada masanya merupakan para pedamping ayahnya ketika menjabat dahulu.

Sehingga beliau masih mampu menghadapi musuh ketika adanya peperangan kecil melanda Pajajaran.

4. Ratu Sakti (1543 – 1551 M)

Ratu Sakti merupakan penerus ke-4 raja Pajajaran. Beliau memimpin pada tahun 1543 hingga 1551 M.

Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi di Pajajaran pada masa pemerintahannya.

Justru beliau berbeda dengan raja-raja sebelumnya yang taat agama. Ratu Sakti lebih senang menghamburkan uang dan bermain wanita.

5. Ratu Nilakendra (1551-1567 M)

Setelah Ratu Sakti memimpin, dilanjutkan oleh Ratu Nilakendra yang memimpin tahun 1551 hingga 1567 M.

Pada masa beliau memimpin, ada banyak peristiwa yang mulai melumpuhkan Pajajaran sedikit demi sedikit.

Salah satu peristiwa tersebut ialah kepergian sang raja yang meninggalkan rakyat dan prajuritnya di Pajajaran.

Hal ini diceritakan karena Ratu Nilakendra pada masa itu menganut aliran Tantra. Beliau tidak mempersiapkan apapun untuk menghadapi musuh kecuali membuat bendera keramat.

Tentu saja, bendera ini tidak dapat menghalau kerajaan Banten yang kala itu menyerang Pajajaran.

Ratu Nilakendra kabur meninggalkan rakyat dan prajuritnya di Pakuan Pajajaran.

Diceritakan pula pada masa pemerintahannya, rakyat kelaparan namun Ratu Nilakendra justru membuat keratonnya semakin indah dengan emas dan rumah-rumah keramat karena aliran Tantra yang dianutnya.

6. Raga Mulya (1567 – 1579 M)

Raga Mulya merupakan raja Pajajaran terakhir yang memimpin tahun 1567 hingga 1579.

Setelah perginya Ratu Nilakendra akibat kalah berperang, pada akhirnya kerajaan dipindahkan ke Pandeglang.

Sementara, Banten menyerang ibukota Pakuan selama 12 tahun lamanya dengan taktik halus.

Akhirnya tahun 1579 Pajajaran harus runtuh oleh serangan Banten dan berakhir pula masa jabatan Raga Mulya sebagai raja Pajajaran.

Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran

Masa kejayaan yang dialami oleh kerajaan Pajajaran adalah ketika raja pertama menjabat.

Prabu Siliwangi menjadi raja yang paling bijaksana dan diagung-agungkan di daerah Sunda.

Pada masa pemerintahannya, beliau membangun banyak fasilitas untuk rakyat seperti jalan, telaga, kepuntren hingga tempat hiburan.

Dalam bidang militer pun beliau perkuat dengan membangun asrama bagi para prajurit serta diberikan latihan-latihan yang sering dipertontonkan bagi warga sekitar.

Beliau pun termasuk raja yang taat agama. Terbukti dari kebaikannya yang tidak memungut pajak untuk para pendeta serta muridnya.

Pada saat beliau berkuasa, ekonomi sempat menurun, namun harga kebutuhan ekonomi Pajajaran saat itu tetap stabil.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Pajajaran

Bibit-bibit kemunduran pada kerajaan Pajajaran telah terjadi semenjak Ratu Dewata dan Ratu Sakti memimpin.

Lebih diperparah lagi ketika Ratu Nilakendra memimpin karena beliau memilih kabur meninggalkan rakyat dan prajuritnya yang kalah berperang di Pajajaran.

Pada akhirnya raja harus digantikan oleh Raga Mulya yang terpaksa memindahkan kerajaan ke Pandeglang, bukan lagi di Pakuan.

Ketika itu, Banten berusaha untuk meruntuhkan Pajajaran dengan merebut batu takhta penobatan yang ada di Pakuan Pajajaran.

Meski Pajajaran kala itu kalah berperang dengan kerajaan Banten, namun Banten tak sepenuhnya bisa menguasai Pajajaran.

Benteng kota yang dibuat oleh Prabu Siliwangi benar-benar kokoh dan baru bisa ditembus dengan cara halus yakni pengkhianatan dari komandan kawal benteng tersebut.

Komandan tersebut sakit hati akibat tidak adanya kenaikan pangkat dan akhirnya berkhianat dengan membuka benteng tersebut kepada saudaranya, Ki Jongjo, yang juga merupakan kepercayaan Maulana Yusuf (raja Banten).

Karena pengkhianatan itulah, berakhir pula Pakuan Pajajaran. Tahun 1579 Pajajaran hancur karena serangan Banten.

Batu takhta yang dibangun oleh Susuktunggal untuk Prabu Siliwangi, harus diambil oleh Banten dan diletakkan di Keraton Surosuwan.

Dengan ini pula, kerajaan Pajajaran menjadi sepenuhnya milik kesultanan Banten.

Peninggalan Kerajaan Pajajaran

  • Prasasti Batu Tulis

Prasasti ini merupakan peninggalan Pajajaran yang diteliti oleh orang-orang luar negeri.

Ada 2 aliran penelitian berdasarkan prasasti ini yakni mengenai letak Pajajaran dan mengenai tulisan yang ada pada prasasti itu.

  • Prasasti Perjanjian Sunda Portugis

Sesuai namanya, prasasti ini merupakan perjanjian yang dibentuk oleh Surawisesa sebagai raja Pajajaran kala itu dengan Portugis.

Prasasti ini ditemukan di Jakarta pada tahun 1918.

  • Situs Karangkamulyan

Situs ini merupakan bangunan yang menyimpan benda bersejarah dari kerajaan Galuh. Letak situs ini berada di Ciamis, Jawa Barat dengan corak hindu-budha.

Pada situs seluas 25 hektar ini tersusun banyak batuan-batuan bersejarah.

  • Prasasti Cikapundung

Prasasti ini ditemukan tanggal 8 Oktober 2010, di sungai Cikapundung, Bandung.

Pada prasasti ini tertulis bahasa Sunda kuno yang memiliki arti bahwa “semua manusia di dunia akan mengalami sesuatu”.

  • Prasasti Huludayeuh

Prasasti ini ditemukan di bulan September 1991 di kampung Huludayeuh, Dakupuntang, Cirebon.

Sayangnya ketika ditemukan, prasasti ini dalam keadaan pecah dan rusak. Namun diketahui bahwa tulisannya mengandung bahasa Sunda kuno.

  • Prasasti Ulubelu

Ditemukan di Lampung tahun 1936, prasasti ini bertuliskan bahasa Sunda kuno dengan isi berupa permohonan kepada dewa untuk keselamatan.

Meski ditemukan di Lampung, prasasti ini masih tergolong peninggalan pemeritahan Pajajaran.

Ini bisa dibuktikan dari wilayah Pajajaran yang cukup luas dimana ketika itu Lampung masuk ke dalam wilayahnya.

  • Prasasti Pasir Datar

Prasasti ini ditemukan tahun 1872 di Pasir Datar, Sukabumi, Jawa Barat. Masih belum ada yang mengetahui apa isi dari Prasasti Pasir Datar ini.

Selesai sudah pembahasan mengenai kerajaan Sunda atau disebut juga dengan Pajajaran. Semoga pembahasan di atas dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas lagi dan semoga bermanfaat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn