Daftar isi
Selama ini yang kita ketahui dari Belitung adalah tempat indah untuk berwisata. Terutama pemandangan di pantai-pantainya. Namun, ternyata belitung juga mempunyai seni tari tradisional yang indah yakni Tari campak. Apa itu Tari campak dan bagaimana sejarahnya bisa muncul Tari tersebut? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.
Tari campak merupakan Tari yang berasal dari Belitung. Tari ini dibawa oleh seseorang yang berasal dari Kepulauan Riau. Tari campak bukan hanya Tari biasa melainkan memiliki makna dan filosofis nya tersendiri. Tari ini menggambarkan keceriaan pada pergaulan remaja atau para bujang dan dayang yang ada di Kepulauan Bangka Belitung. Maka dari itu, dalam pentasnya Tari ini dibawakan oleh para kaum muda baik itu perempuan dan laki-laki dengan penuh kegembiraan. Biasanya Tari ini akan dibawakan oleh 8 orang dengan jumlah laki-laki 4 orang dan perempuan 4 orang.
Tari campak merupakan Tari yang dibawa oleh seseorang bernama Nek Campak. Nek campak sendiri berasal dari Raiy. Dia membawa tarian ini sekitar abad ke-18 di Pulau Seliu. Namun, Tari campak ini telah mengalami perubahan. Sebab, banyak mendapatkan pengaruh dari kegiatan kolonialisme yang terjadi di Indonesia. Pengaruh yang paling kuat adalah akulturasi dari budaya Portugis. Hal ini dapat dilihat dari gerakan, kostum serta iringan musik yang memiliki gaya ala Eropa.
Iringan musik yang biasa dipakai adalah penggunaan biola atau piyul dan akordian atau keyboard. Sedangkan untuk kostum sendiri, penari wanita menggunakan gaun panjang, sepatu hak dan topi. Meskipun begitu, nilai lokal pada tarian ini tidak pudar. Hal ini dapat kita lihat dari penggunaan alunan pantun dan beberapa iringan musik yang bernuansa Melayu.
Gerakan pada Tari ini termasuk ke dalam Tari yang lincah, gemulai serta ceria. Kita dapat melihat semua itu dari ekspresi penari saat memainkannya. Saat pertengahan menari, para penari akan mengibaskan sapi tangan yang mengiringi jari jemarinya.
Kemudian akan disusul dengan adegan balas-balas pantun antar penari. Baik itu penari laki-laki maupun perempuan. Penari perempuan pada tari ini disebut dengan nduk campak sementara penari laki-laki dinamakan dengan penandak. Adegan balas pantun ini merupakan ciri khas budaya melayu.
Tidak seperti kebanyakan Tari pada umumnya, Tari ini mempunyai pola lantai yang bebas. Tari campak memadukan beberapa pola lantai dalam gerakannya seperti pola horizontal, vertikal, melingkar, zig-zag, dan setengah lingkaran. Dari perpaduan pola lantai inilah yang kemudian membuat tarian ini menjadi unik dan menarik saat ditampilkan.
Dalam pementasan tari ini, tentunya akan memerlukan properti. Properti itu bisa berupa barang yang ada dalam panggung atau yang berada di tubuh si penari. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Tari ini memiliki dua budaya di dalamnya yakni eropa dan Melayu. Maka dari itu, dalam penggunaan properti terdapat kedia unsur budaya tersebut. Penggunaan properti pada penari laki-laki dan perempuan berbeda.
Untuk penari laki-laki, mereka akan menggunakan kemeja khas adat Melayu, Peci adat Melayu dan kain sarung Melayu. Sedangkan untuk penari perempuan akan menggunakan rok panjang ala Eropa, sepatu hak tinggi serta sapu tangan. Sementara itu, untuk alat musik biasanya digunakan tetawak dan piul.
Dalam pementasan Tari ini digunakan dua jenis alat musik yakni alat musik hasil akulturasi dengan Eropa dan alat musik lokal. Untuk alat musik bergaya Eropa dapat dilihat pada penggunaan akordian atau keyboard dan biola atau piyul. Sedangkan alat musik lokalnya ada gong dan gendang. Kedua jenis alat musik ini dapat menyatu dalam pertunjukkan Tari campak sehingga menghasilkan nada dan irama yang selaras dengan gerakan penari.
Percampuran budaya pada Tari ini tidak hanya terlihat pada penggunaan alat musik. Namun, juga pada busana yang dikenakan. Busana yang dipakai para penari wanita yakni gaun panjang yang dilengkapi topi dan sepatu hak tinggi. Tentunya hal ini sangat mencirikan unsur Eropa yang sangat kental.
Selain itu juga penari wanita biasanya membawa sapu tangan. Berbeda halnya dengan kostum penari pria yang justru sangat kental dengan budaya Melayu. Penari pria akan menggunakan kemeja Melayu, celana panjang serta peci dan selendang. Meskipun begitu, kostum kedua penari ini dapat menyatu dalam sebuah pementasan Tari campak.
Keunikan pada tarian ini adalah adanya perpaduan kedua budaya yakni Eropa dan Melayu. Meskipun, penjajahan bangsa Eropa memberikan banyak dampak negatif, namun lewat penjajahan itu dapat membuat budaya negara kita lebih luas dan bervariasi. Salah satunya pada tarian ini. Perpaduan budaya pada tari ini terlihat pada penggunaan alat musik biola, gong dan Gamelan. Meskipun keduanya memiliki bunyi yang jauh berbeda, namun dapat menciptakan harmonisasi yang baik saat pertunjukkan Tari campak.
Selain itu, perpaduan kostum penari pun sangat unik. Jika biasanya kostum antar penari harus memiliki kesamaan namun tidak dengan Tari ini. Di mana penari perempuan menggunakan kostum ala Eropa sedangkan penari pria menggunakan kostum khas lokal yakni budaya Melayu. Meskipun demikian, keduanya terlihat serasi saat tampil membawakan tarian ini.
Tari campak merupakan tarian yang dibawa oleh seseorang bernama Nek Campak. Nek campak ini berasal dari Kepulauan Riau. Beliau membawa tarian ini ke Bangka Belitung. Dalam perkembangannya, tarian ini memiliki beberapa perubahan karena terpengaruh budaya lain. Tarian ini menjadi kaya budaya setelah mengalami akulturasi dengan budaya khas Eropa yang dibawa portugis saat menjajah. Perpaduan keduanya dapat dilihat pada kostum dan penggunaan alat musik. Meskipun kedua budaya tersebut berbeda jauh, namun perpaduan keduanya dapat menghasilkan penampilan Tari yang luar biasa.
Tari campak awalnya dimaksudkan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT saat waktu panen dan pulang dari kebun. Namun, fungsi tarian ini semakin berkembang. Tarian ini dapat dijadikan sebagai sarana hiburan, sarana menyampaikan pesan, terapi psikis dan fisik dan mengisi sejumlah acara-acara penting seperti hari besar Islam, hari penting negara, hari tertentu daerah Bangka Belitung dan pesta pernikahan. Meskipun fungsi nya telah berganti, namun tarian ini tetaplah sama.