Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Tari Kuda Lumping, berikut pembahasannya.
Apa itu Tari Kuda Lumping?
Tari kuda lumping adalah tarian tradisional yang sangat populer dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dinamakan kuda lumping karena tarian ini menggunakan properti berbentuk kuda yang ditunggangi oleh penarinya. Tarian kuda lumping memiliki beberapa nama seperti jaranan atau jaran kepang.
Keunikan dari tarian kuda lumping adalah pemain akan menarikan sebuah gerakan yang bebas namun tetap berada di bawah pengendalian pawang. Para penari terlihat seolah-olah sedang kesurupan. Rangkaian tarian ini juga semakin unik dengan adanya atraksi kebal tubuh seperti makan beling atau biasa disebut dengan debus.
Sejarah Tari Kuda Lumping
Sejarah kuda lumping hingga kini masih simpang siur. Belum ada penelitian yang mengungkapkan teori pasti bagaimana tarian kuda lumping tercipta. Ada berbagai pendapat mengenai sejarah kuda lumping.
Teori pertama mengatakan bahwa kuda lumping sudah ada sejak zaman primitif dan sering digunakan dalam berbagai acara-acara adat yang mengandung unsur magis. Menurut teori ini perlengkapan dan alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana namun berubah seiring perkembangan zaman.
Teori kedua mengatakan tarian kuda lumping ini berasal dari rakyat jelata untuk pangeran Diponegoro dan pasukannya yang telah berjuang mengusir penjajah. Teori ketiga berpendapat bahwa tarian ini merupakan penggambaran dari pasukan kerajaan Mataram yang sedang berlatih perang.
Teori keempat berpendapat bahwa jaran kepang adalah bentuk dari perjuangan Raden Patah yang berjuang melawan penjajah bersama dengan Sunan Kalijaga. Teori terakhir yaitu teori kelima berpendapat bahwa tarian ini merupakan penggambaran dari seorang raja yang memiliki kesaktian.
Makna Tari Kuda Lumping
Tarian kuda lumping merupakan perpaduan antara dunia nyata dengan dunia tak kasat mata alias magis. Makna tersebut antara lain:
Menggambarkan Watak Manusia Unsur magis yang terkandung dalam tarian kuda lumping merupakan simbol dari watak manusia yaitu baik dan buruk. Hal tersebut tergambarkan ketika penari menari dengan gerakan yang lembut, anggun serta baik-baik saja. Namun hal tersebut sirna ketika roh telah merasuki tubuh penari. Ia kan berubah menjadi sosok yang tak terkendali bahkan cenderung arogan.
Mempercayai Eksistensi Alam Gaib Melalui tarian ini memberitahukan kepada semua orang bahwa alam gaib itu benar-benar ada. Hal tersebut tergambarkan dengan penari yang bisa kerasukan serta nekat melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Hal tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya hal mistis dan izin dari Tuhan yang Maha Esa.
Fungsi Tari Kuda Lumping
Sama seperti tari tradisional lainnya, pertunjukan tari kuda lumping mempunyai fungsi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari. Fungsi tersebut dapat dilihat dari berbagai bidang seperti bidang pendidikan, tarian ini mengandung nilai-nilai norma dimana manusia harus terus berbuat kebaikan.
Dalam bidang hiburan tarian ini menjadi penghibur masyarakat umum di berbagai daerah. Jika dilihat dari fungsi sosial maka tarian ini mengajarkan kita tentang kerja sama karena tarian ini terdiri berbagai orang yang terbentuk dalam satu kelompok.
Properti Tari Kuda Lumping
Dalam pertunjukkan tarian kuda lumping terdapat properti-properti yang harus disiapkan diantaranya adalah:
Bambu Bambu ini kemudian dianyam hingga membentuk kuda yang akan digunakan penari selama pertunjukannya. Namun di era sekarang, properti kuda tersebut tidak hanya terbuat dari anyaman bambu saja melainkan juga menggunakan plastik.
Kostum Kostum atau baju yang dikenakan oleh pemain tari kuda lumping adalah kemeja dan kaos yang berwarna cerah. Kostum pemain juga kan dilengkapi dengan rompi.
Celana Para pemain akan menggunakan celana di yang panjangnya di atas mata kaki sebagai bawahan mereka. Hal tersebut agar gerak para penari menjadi mudah dan gesit.
Selendang Pemain akan mengenakan selendang dengan motif batik di bagian pinggul mereka
Gelang Pemain menggunakan gelang yang disebut dengan klinting untuk penghias. Motif gelang yang digunakan berbagai macam namun biasanya berwarna emas.
Apok Apok adalah lapisan paling luar setelah baju dan rompi yang digunakan pada bagian dada hingga ke bagian belakang pemain. Bentuk dari apok menggambarkan kegagahan para penari pria.
Penutup Kepala Properti ini digunakan oleh para penari wanita untuk melindungi kepala mereka. Penutup kepala adalah simbol pelindung kepala ketika pejuang hendak pergi ke medan perang.
Sabuk Sabuk yang digunakan adalah sabuk hias dan berfungsi untuk mengencangkan seluruh perlengkapan pemain.
Kacamata Hitam Pemain menggunakan kacamata hitam agar gerak gerik mata mereka tidak diketahui oleh penonton. Gerak-gerik mata penari akan terlihat sangat liar selama pertunjukkan berlangsung.
Cambuk Cambuk disebut juga dengan cemiti. Setiap pemain akan memegang satu hingga dua cambuk yang apabila dihentakkan ke tanah akan memiliki suara yang keras.
Parang Imitasi Parang tiruan ini adalah simbol dari senjata yang digunakan rakyat ketika melawan para penjajah.
Instrumen Tari Kuda Lumping
Seperti tarian tradisional pada umumnya pertunjukan seni tari kuda lumping akan diiringi oleh alunan musik. Musik yang digunakan adalah musik gamelan berlaras slendro yang terdiri dari gong, saron bonang, dan juga kendang. Dari rangkaian alat musik tersebut yang paling wajib ada ialah kendang.
Pola Lantai Tari Kuda Lumping
Pola lantai adalah teknik penguasaan panggung yang dilakukan oleh penari. Pada tari tradisional kuda lumping pola lantai yang digunakan adalah pola melingkar, horizontal, vertikal, dan diagonal.
Gerakan dan Tahapan Tari Kuda Lumping
Gerakan Gerakan yang dilakukan oleh penari dalam pertunjukan tarian kuda lumping adalah gerakan yang kuat dengan tempo yang cepat namun halus. Gerakkan penari berfokus pada kekuatan kaki sehingga menjadikan tari tradisional ini terlihat kuat dan penuh energi.
Tahapan Pertunjukan seni tari kuda lumping dibagi menjadi empat babak diantaranya adalah:
Babak Campur Selamat Datang Babak ini merupakan babak pertama dalam pertunjukan yaitu dengan cara mengucapkan selamat datang kepada para penonton. Pada babak ini penari bergerak sesuai dengan karakter yang diperankan. Gerakan diawali dengan sabetan lumaksono dan penari dalam posisi sembahan kepada Tuhan.
Babak Jathilan Campur Asli Babak ini adalah babak kedua dari rangkai pertunjukkan. Gerakannya hampir sama dengan babak pertama hanya saja berbeda jumlah pemainnya. Pada babak pertama jumlah pemain yaitu 26 orang sedangkan pada babak ini jumlah pemain bertambah menjadi 50 orang. Durasi babak ini juga lebih lama dari babak pertama.
Babak Kuda Lumping Pada babak ini diisi dengan mempertunjukan kegagahan, kesigapan, dan keterampilan ara prajurit yang sedang berlatih perang dengan menggunakan senjata lengkap dengan kudanya. Sebanyak 12 orang akan berbaris ke belakang dan 2 penari sebagai Manggala Yudha memainkan pedang. Dalam babak ini penari banyak menggerakkan kaki dengan gerakan menyepak seperti kaki kuda.
Babak Blinderan Ini lah babak puncak dan yang paling ditunggu dari penonton yaitu babak yang menggambarkan tentang hewan buas, raksasa, dan setan. Pada babak ini penari akan melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya.