Daftar isi
Bali dikenal sebagai masyarakat yang terus melestarikan kebudayaannya. Diantara kebudayaan mereka terdapat sebuah kesenian berupa tarian yang unik. Tarian tersebut adalah Tari Wirayuda yang akan dibahas berikut ini.
Makna Tari Wirayuda
Tari Wirayuda merupakan seni tari tradisional Bali yang dilakukan secara berpasangan sebanyak 2 hingga 4 orang. Tarian ini mengisahkan tentang rakyat Bali yang terus berjuang sampai akhir hayat untuk melawan para penjajah. Oleh sebab itu tarian ini lekat dengan unsur-unsur nilai kepahlawanan. Tari Wirayuda biasanya ditampilkan dalam acara-acara hiburan masyarakat lokal.
Sejarah Tari Wirayuda
Awal mula seni tari Wirayuda tercipta tidak lepas dari sosok I Wayan Dibia yang merupakan sang pencetus. Beliau mengembangkan tarian ini pada tahun 1979 yang terinspirasi dari perjuangan rakyat Bali dalam peperangan melawan Belanda yang terkenal heroik seperti Puputan Kusamba, Puputan Jagaraga, Puputan Margarana, Puputan Badung, dan Puputan Klungkung. Selain itu tarian ini juga merupakan hasil pengembangan beberapa jenis tarian adat lainnya yakni Tari Baris Gede.
Tari Wirayuda pada awalnya diperkenalkan di Sanggar Tari Bali Waturenggong yang merupakan milik I Wayan Dibia sendiri. Tarian ini dilakukan secara berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan agar saling melengkapi.
Para penari akan dilengkapi dengan tombak yang merupakan senjata pejuang terdahulu. Meski tidak ada kaitannya dengan ritual maupun upacara adat Bali namun tarian ini tetap lekat dengan budaya-budaya Bali.
Fungsi Tari Wirayuda
Tari Wirayuda diciptakan untuk melengkapi kesenian yang dimiliki oleh Bali. Dengan adanya tarian ini lengkap sudah jenis-jenis tarian tradisional Bali baik yang dipentaskan dalam upacara adat maupun hanya sekedar hiburan. Tari Wirayuda digunakan untuk menghibur para wisatawan yang berkunjung ke pulau Dewata.
Gerakan-gerakan yang terdapat dalam seni tari Wirayuda adalah gerakan mimitif atau meniru gerakan manusia. Gerakan tersebut meniru gerakan-gerakan pada saat perang. Maknanya adalah bahwa rakyat Indonesia termasuk Bali akan mengorbankan seluruh jiwa raga demi hak kemerdekaan bangsa.
Gerakan Tari Wirayuda
Gerakan dalam seni Tari Wirayuda dibagi ke dalam beberapa bagian seperti berikut ini.
- Gerak Pepeson
Gerakan pepeson adalah gerakan dasar sekaligus menjadi gerakan pembuka dalam tarian. Bagian ini diawali dengan membawa tangan kanan ke tangan kiri kemudian kaki kiri diangkat lalu tangan dibuka dan letakkan di kaki. Gerakan tersebut berulang hingga hitungan ke empat. Gerakan lainnya yang terdapat pada bagian ini adalah gerakan majalan gayal-gayal, Ngagem kanan dan kiri, Majalan nengkleng, Malpal. - Gerakan Pengadeng
Setelah gerakan pembuka maka selanjutnya penari akan melakukan gerakan pengadeng. Di dalam gerakan yang disebut dengan gerakan miles atau nganget Majalan adeng nengkleng numbak ke samping, ngigelang tumbak, jalan oyog-oyog - Gerakan Pengawak
Gerakan pengawak adalah gerakan mengangkat kaki kanan, ngoyog ke kanan dan kiri sebanyak empat kali. Gerakan kemudian dilanjut dengan kembali mengangkat kanan namun berakhir tangan ditutup. Setelah hitungan ke 6 dilanjutkan dengan berjalan ke belakang sebanyak 5 kali. Pada gerakan ini penari saling berhadapan dan melakukan gerakan menusuk badan seperti sedang berperang. - Gerakan Pekaad atau Pesiat
Gerakan terakhir disebut dengan gerakan pekaad dimana antar penari melakukan gerakan seperti saling menombak dan juga menangkis. Gerakan menombak lawan dilakukan sebanyak 4 kali dari depan dan 5 kali dari belakang.
Properti Tari Wirayuda
Sebuah seni tari akan lebih indah dan berkesan ketika dilengkapi dengan properti yang sesuai dengan isi cerita. Berikut ini adalah properti yang digunakan dalam seni tari Wirayuda.
- Busana
Busana atau kostum adalah pakaian yang dikenakan penari dalam pentas. Karena isi cerita dari tari Wirayuda adalah tentang kesiapan para pejuang dalam berperang maka kostum yang digunakan pun tidak boleh seadanya. Penari akan mengenakan pakaian berwarna dominan hitam dengan perpaduan warna lain seperti merah dan kuning. Namun bisa juga menggunakan warna-warna cerah jika tarian ini dipentaskan pada acara anak-anak. Pada bagian kepala akan dihiasi dengan udeng-udeng, bunga berwarna merah putih di telinga, dan sabuk prada yang digunakan hanya sampai perut. Aksesoris pendukung lainnya adalah gelang kana kain yang dilingkarkan pada pergelangan tangan, rompi, dan ampok-ampok. - Tombak
Setiap penari wajib diberi tombak sebab merupakan senjata utama para pahlawan yang kala itu belum memiliki senjata modern. Ukuran tombak dibuat menyesuaikan dengan tinggi badan penari. - Tata Rias Penari
Meskipun semua penari adalah kaum laki-laki namun mereka tetap di rias seperti tarian adat Bali pada umumnya. Riasan yang diaplikasikan adalah dandanan yang memberikan kesan gagah sesuai dengan cerita yang disampaikan dalam tarian. Perias biasanya menggunakan bedak tabur dan eyeliner serta setiap penari dibuat memiliki kumis.
Musik Tari Wirayuda
Gerakan-gerakan pada seni tari seperti tari Wirayuda menjadi lebih dramatis dengan adanya musik pengiring. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi jalannya pentas tarian Wirayuda adalah gamelan Gong Kebyar dengan dua pola gendhing. Pola gendhing tersebut adalah pola gilak dan legod bawa.
Pola gilak dimainkan pada saat memasuki gerakan awal dan akhir yaitu pepeson dan pekaad. Sementara itu pola gending legod bawa dimainkan pada gerakan pengawak.
Pola Lantai Tari Wirayuda
Setiap tarian memiliki jenis formasi dan alur gerakan perpindahan yang ditetapkan sebelum tarian dimulai. Formasi dan alur perpindahan tersebut lah yang dikenal dengan istilah pola lantai. Pola lantai yang digunakan penari dalam tari Wirayuda adalah pola lantai vertikal yang artinya formasi dibuat lurus memanjang.
Kesimpulan Pembahasan
Tari Wirayuda adalah sebuah tarian yang digunakan sebagai penghiburan baik untuk wisatawan maupun warga asli Bali. Tarian ini dikembangkan oleh I Wayan Dibia pada tahun 1979 di sanggar tari miliknya sendiri. Tari Wirayuda yang ditarikan oleh 2-4 pasang laki-laki ini mengisahkan tentang perjuangan rakyat Bali pada zaman penjajahan. Oleh sebab itu lah tarian ini identik dengan tombak yang dibawa masing-masing penari ketika pentas.
Gerakan-gerakan dalam seni tari Wirayuda dibagi ke dalam empat bagian yaitu pepeson, pengadeng, pengawak, dan pesiat. Busana yang digunakan menyesuaikan dengan penonton jika mereka adalah orang dewasa maka kostum yang dikenakan berwarna hitam, merah dan kuning. Namun apabila penontonnya adalah anak-anak maka kostum yang dipilih berwarna cerah. Penari juga dilengkapi aksesoris pendukung dan tata rias agar terlihat gagah.