Daftar isi
Tidak hanya budaya keraton yang kental, Yogyakarta juga memiliki kesenian tari yang beragam salah satunya adalah Tari Angguk. Tari Angguk merupakan salah satu tarian tradisional Indonesia tepatnya berasal dari Kulon Progo Yogyakarta.
Makna Tari Angguk
Karena pada zaman dahulu sebagian besar masyarakat yang tinggal di Kulon Progo adalah masyarakat agraris atau bermata pencaharian sebagai petani, maka Tari Angguk ini dijadikan sebagai simbol untuk selalu memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka memberikan beragam sesaji khas masyarakat pertanian seperti jenang abang dan jenang putih, nasi tumpeng, golong, pisang raja, kinang, bunga mawar, bunga melati, klowoan yang berisi air dan telur, dan banyak lagi.
Selain itu, Tari Angguk ini juga bermakna sebagai pesan untuk mengajak masyarakat kepada hal-hal yang baik dan menjauhi segala perilaku yang tidak baik atau menyimpang.
Sejarah Tari Angguk
Sebagai tarian rakyat, Tari Angguk ini terlahir sebagai dampak pengolahan dari beragam aspek mulai dari sosial, budaya hingga sejarah yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Dengan mengusung sejumlah nilai-nilai tertentu telah menjadikan tarian ini sebagai sarana interaksi masyarakat dan hiburan.
Dengan kata lain, Tari Angguk lahir sebagai respon terhadap keberagaman unsur yang ada kala itu sehingga terbentuklah sebuah tari-tarian yang menjadi salah satu identitas dari kebudayaan Kabupaten Kulon Progo. Yap, tari itulah yang dikenal dengan Tari Dolalak di mana menjadi cikal bakal dari lahirnya Tari Angguk.
Berdasarkan beberapa sumber, Tari Angguk telah dimulai sekitar pada tahun 1950. Di mana hanya selisih beberapa tahun saja sejak Indonesia dinyatakan merdeka. Pada masa nuansa penjajahan yang masih sangat terasa, tarian ini tercipta sebagai tarian pergaulan di kalangan para remaja yang dijadikan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Mulanya, Tari Angguk ini ditampilkan oleh para penari pria. Namun pada tahun 1970an, terjadi pergeseran yang menyebabkan Tari Angguk ini ditampilkan oleh kaum wanita. Dari perubahan tersebut belum ditemukan secara jelas alasan yang melatarbelakanginya. Akan tetapi, apabila dipertimbangkan dari segi hiburan dan komersilnya, tidak dapat dipungkiri bahwa penari wanita memang lebih menarik dibanding pria.
Kemudian pada tahun 1991, terletak di dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap yang merupakan tempat untuk pertama kalinya pementasan Tari Angguk dengan penari wanita yang diselenggarakan pada 17 Agustus 1991. Sejak saat itulah, fenomena Angguk Putri dengan penarinya yang semua wanita lebih populer dari pada tari yang ditampilkan oleh penari pria.
Fungsi Tari Angguk
Adapun fungsi dari Tari Angguk sebagai berikut:
- Sebagai media untuk mengungkapkan ekspresi masyarakat pertanian. Hal itu di mana sebagian besar masyarakat di Kulon Progo bermata pencaharian sebagai petani atau masyarakat agraris.
- Sebagai media untuk dakwah melalui syair-syair dan shalawat islam. Hal itu di mana syair dan tembang-tembang yang mengiringi tarian ini akan mengajak masyarakat kepada kebajikan dan menjauhi perilaku yang menyimpang.
Gerakan Tari Angguk
Tari Angguk identik dengan gerakan tarian yang lemah gemulai ditambah dengan kepala yang mengangguk-angguk atau gerakan kepala ke bawah secara berulang-ulang. Gerakan ge,ulai tersebut menggunakan selendang sampur dan kepala yang mengangguk bermakna bahwa tentara pribumi belanda (londho ireng) sebetulnya tidak dapat melakukan apa-apa dan mau-maunya disuruh layaknya perempuan oleh Belanda yang merupakan bukan pemimpin asli Jawa saat itu.
Adapun bentuk penyajian tarinya ini terbagi menjadi dua jenis yakni:
- Tari ambyakan, merupakan Tari Angguk yang dimainkan oleh banyak penari. Tarian ini terbagi menjadi tiga macam yakni Tari Bakti, Tari Srokal dan Tari Penutup.
- Tari pasangan, merupakan Tari Angguk yang dimainkan secara berpasangan. Tarian ini terbagi menjadi delapan macam yakni Tari Mandaroka, Tari Kamudaan, Tari Cikalo Ado, Tari Layung-layung, Tari Saya-cari, Tari Jalan-jalan, dan Tari Robisari.
Pola Lantai Tari Angguk
Pola lantai yang digunakan dalam Tari Angguk adalah pola lantai garis lurus dan pola lantai garis lengkung. Pola lantai garis lurus dilakukan ketika salah satu penari akan melakukan gerakan atraksi dan penari lain membentuk sebuah lingkaran kecil di bawahnya.
Properti Tari Angguk
Adapun properti yang digunakan dalam Tari Angguk antara lain:
- Selendang
- Kopiah
- Kacamata
- Topi
- Sarung.
Musik Iringan Tari Angguk
Adapun alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Angguk sebagai berikut:
- Kendang
- Bedug
- Tambur
- Kencreng
- Rebana kecil
- Rebana besar
- Jedor.
Busana dan Tata Rias Tari Angguk
Penari Tari Angguk biasanya akan memakai busana yang terdiri dari dua macam yakni busana yang dipakai oleh kelompok penari utama dan busana yang dipakai oleh kelompok penari pengiring. Adapun busana yang dipakai oleh kelompok penari utama ini hampir mirip dengan busana yang dikenakan oleh para prajurit Kompeni Belanda seperti:
- Baju warna hitam dengan lengan panjang yang ada di bagian dada dan punggungya. Selain itu, terdapat hiasan berupa lipatan-lipatan kain kecil yang memanjang dan berkelok-kelok.
- Celana yang memiliki panjang selutut di mana telah dihiasi dengan pelet vertikal berwarna merah putih di sisi luarnya.
- Topi hitam dengan pinggir topinya diberi oleh kain merah putih dan kuning emas. Pada bagian topi ini akan menggunakan jambul yang berbahan dasar dari rambut ekor kuda atau disebut dengan bulu-bulu.
- Selendang yang dipakai sebagai penyekat antara baju dan celana.
- Kacamata hitam.
- Kaus kaki sepanjang lutut yang berwarna merah atau kuning.
- Rompi yang warna-warni.
Sementara untuk busana yang dipakai oleh para kelompok penari pengiring antara lain:
- Baju biasa
- Jas
- Sarung
- Kopiah.
Keunikan Tari Angguk
Sama halnya dengan tarian daerah lainnya, Tari Angguk ini juga memiliki keunikan tersendiri yang menjadikan tari ini berbeda dengan yang lainnya. berikut beberapa keunikan dari Tari Angguk yang perlu diketahui:
- Salah satu tarian yang memiliki kemiripan dengan Tari Dolalak asal Purworejo, Jawa Tengah.
- Sering dianggap sebagai tarian mistis di mana dapat memanggil roh-roh halus untuk ikut bermain dengan menggunakan media pada tubuh sang penarinya.
- Tarian yang menggabungkan tiga unsur budaya yakni islam, Belanda dan Timur. Di mana unsur islamnya terlihat pada Shalawat Nabi yang dijadikan sebagai pembuka pementasan tarian ini. kemudian Budaya Barat dapat dilihat pada gerakan dan busana yang digunakan oleh para penari. Sementara budaya Timur dapat terlihat dari gerakan tari yang lebih menitikberatkan pada keluwesan dan alur cerita yang dibawakan.
- Memiliki gerakan yang khas yakni gerakan angguk-angguk kepala.
- Memiliki dua penyajian tari yakni Tari Ambyakan dan Tari Pasangan.
Dahulu kala, tarian ini memang sangat populer di daerah Kulon Progo. Akan tetapi saat ini hanya terdapat beberapa kelompok Tari Angguk saja yang menjadi salah satunya kelompok tarian ini yang berasal dari desa Dusun Pripih, Kokap, Kulon Progo. Meskipun demikian, tarian ini masih bisa kita lihat pada saat acara-acara tertentu saja seperti hajatan, festival budaya, dan sebagainya.