Daftar isi
Pastinya banyak diantara kita yang masih bertanya-tanya tentang bagaimana alam semesta yang kita tempati dapat terbentuk, bagaimana planet bisa terbentuk, kenapa ada luar angkasa, bagaimana bintang terbentuk dan sebagainya.
Hal tersebut dikarenakan tata surya merupakan fenomena menarik yang membuat banyak orang bertanya-tanya dan meneliti tentang hal tersebut.
Singkatnya, ada beberapa teori pembentukan alam semesta menurut ilmuwan. Salah satunya adalah teori nebula. Ingin mengenal teori nebula secara mendalam? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini sampai habis!
Teori nebula merupakan salah satu teori pembentukan tata surya. Kata “nebula” sendiri berasal dari bahasa latin yang artinya adalah “awan”. Teori nebula dicetuskan oleh seorang filsuf asal Jerman bernama Immanuel Kant.
Yang dimaksud dengan nebula adalah salah satu dari berbagai awan tipis debu dan gas yang teradi di ruang antarbintang. Menurut NASA, nebula adalah awan gas dan debu raksasa yang berada di luar angkasa.
Sebenarnya nebula itu ada banyak, diantaranya ada beberapa nebula yang berasal dari debu dan gas dikeluarkan oleh ledakan bintang yang sekarat, mirip seperti supernova. Sedangkan untuk nebula lainnya dibentuk saat di mana bintang-bintang baru mulai terbentuk.
Oleh karena itu, beberapa nebula dianggap sebagai tempat “pembibitan bintang”.
Nebula berada di ruang antar bintang-bintang atau yang dikenal sebagai ruang antarbintang.
Diketahui nebula yang paling dekat dengan bumi adalah Nebula Helix yang merupakan sisa dari bintang sekarat. Jaraknya sekitar 700 tahun cahaya dari bumi atau kamu membutuhkan waktu 700 tahun lamanya untuk tiba di sana.
Menurut Kant, pembentukan tata surya berasal dari nebula atau awan yang berputar secara perlahan, kemudian ditarik oleh gaya gravitasi. Nah, gravitasi tersebut menyebabkan awan-awan tadi menjadi menggumpal hingga mengeras dan menghasilkan susunan alam semesta atau tata surya.
Teori nebula menurut Pierre Simon de Laplace merupakan perkembangan dari teori Immanuel Kant dan pada teori ini dapat menjelaskan kenapa matahari memiliki ukuran yang lebih besar dari susunan tata surya lainnya.
Astronom asal Perancis ini berteori bahwa proes pembentukan tata surya di mulai dari matahari. Di mana matahari terbentuk bola gas yang bersuhu tinggi berputar dengan cepat ke arah keluar.
Dari perputaran tersebut membuat gumpalan yang berada di sisi luar terlempar, kemudian mengeras dan mendingin dengan sendirinya. Setelah pengerasan, gumpalan tersebut membentuk planet.
Setelah Pierre Simon de Laplace, penjelasan teori nebula dilanjutkan oleh Carl Friedrich Freihher von Weizsacker yang merupakan ilmuwan asal Jerman pada abad ke-20.
Menurut Weizsacker, awal mula tata surya terbentuk dari gas helium dan hidrogen yang letaknya jauh dari jarak matahari. Meskipun demikian, gas-gas tersebut kemudian berkumpul pada sebuah garis massa disebabkan oleh suhu panas yang dipancarkan matahari.
Lalu kumpulan massa gas tersebut menguap ke arah luar angkasa dan menarik objek-objek padat sehingga membentuk sebuah planet.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau disingkat NASA juga memiliki pendapat sendiri mengenai teori nebula.
Menurut NASA, awal pembentukan tata surya hanya terdiri dari awan dan gas padat yang berupa debu sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Awan-awan tersebut kemudian berputar dan membentuk sebuah gumpalan.
Kemudian muncul lah gravitasi yang membuat gas dan debu itu berotasi perlahan dan konsisten membentuk cakram. Gas dan debu tersebut semakin lama semakin padat dan membentuk inti yang menjadi cikal bakal matahari.
Sedangkan objek lain yang ada di sekitar matahari mendingin dan membentuk planet-planet yang ada di galaksi bima sakti.
Jika kita lihat dari pernyataan-pernyataan para ilmuwan di atas mengenai teori nebula, bisa ditarik kesimpulan bahwa proses pembentukan alam semesta melalui teori nebula adalah sebagai berikut:
Bisa kita tarik garis benang merahnya bahwa alam semesta terbentuk berawal dari gugusan kabut atau awan. Nah, gugusan kabut ini sebenarnya merupakan partikel gas yang sebagian besarnya berupa gas helium dan hidrogen.
Gas-gas tersebut juga sering ditemukan pada planet-planet lain termasuk juga bumi pada zaman purba. Kumpulan awan yang besar dan panas ini menjadi cikal bakal lahirnya matahari sebagai pusat tata surya.
Gas-gas tersebut rupanya berotasi secara cepat hingga menghasilkan tekanan gravitasi yang cukup kuat. Nebula yang berputar semakin lama semakin tinggi gravitasinya yang mengakibatkan suhu panas menjadi tinggi sehingga membentuk inti matahari.
Selama berotasi terdapat gas yang berada di dalam maupun luar lintasan matahari. Gas-gas yang berada di luar jalur perputaran matahari nantinya akan membentuk seperti cincin di sekelilingnya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa gas-gas yang berada di luar garis lintasan akan berputar mengelilingi matahari seperti cincin. Gas-gas yang berada di luar jalur tersebut juga akan membuat rotasi sendiri sambil mengelilingi matahari.
Gas-gas yang berotasi di dalam lintasan cincin matahari masih mempunyai tekanan gravitasi matahari yang menyebabkan debu, gas dan benda- benda di luar angkasa sekitarnya ditarik oleh gaya gravitasi dan menyatu.
Kemudian gas tersebut menjadi padat dan dingin, sehingga semua partikel yang berada di sana menyatu dan menjadi planet bundar yang berputar.
Setelah itu, cincin nebula yang berada di jalur lintasan matahari membentuk planet-planet di galaksi bima sakti, mulai dari merkurius hingga pluto sebelum akhirnya menghilang.
Planet-planet yang berada di luar jalur matahari memiliki suhu paling dingin, sebaliknya planet yang berada di dekat matahari memiliki suhu paling panas karena masih menyimpan gas-gas panas milik matahari.
Diketahui nebula yang mempunyai unsur logam di dalamnya membentuk planet terrestrial bagian dalam, seperti Bumi, Venus, Merkurius dan Mars.
Selain itu, nebula tanpa adanya unsur logam bersifat lebih dingin dan membentuk planet-planet yang lebih besar di luar tata surya, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus.
Sedangkan untuk nebula lainnya yang lebih kecil menjadi sabuk asteroid (tempat berkumpulnya asteroid), sabuk Kuiper (tempat berkumpulnya benda-benda yang lebih besar daripada asteoroid yaitu Pluto dan Eris) dan awan oort (tempat asal komet).
Nebula terbuat dari gas dan debu, paling banyak helium dan hidrogen. Gas dan debu di dalam nebula tersebar di mana-mana, namun perlahan gravitasi menyatukan gas dan debu tersebut.
Partikel tersebut semakin lama semakin besar, maka gravitasinya semakin kuat. Akhirnya gumpalan gas dan debu tersebut menjadi sangat besar yang mengakibatkan keruntuhan oleh gravitasinya sendiri.
Dari keruntuhan tersebut menyebabkan materi di pusat awan memanas. Inti panas dari kejadian tersebut merupakan awal dari sebuah bintang.
Dilansir dari Britannica, berdasarkan penampilannya nebula dibagi menjadi dua kelas besar yaitu nebula gelap dan nebula terang.
Kenapa bisa disebut sebagai nebula gelap? Karena nebula gelap muncul dengan bercak hitam yang berbentuk tidak beraturan di langit dan menutupi cahaya bintang-bintang di luarnya.
Nebula gelap adalah awan molekuler yang sangat dingin dan padat, serta mengandung kurang lebih setengah dari semua partikel antarbintang. Kepadatan tersebut diperkirakan memiliki ratusan hingga jutaan (bahkan lebih) dari molekul hidrogen per sentimeter kubik.
Awan molekuler adalah situs di mana bintang-bintang mulai terbentuk karena keruntuhan gravitasi dari beberapa bagiannya. Sebagian besar gas yang tersisa berada di medium antarbintang yang menyebar.
Hal tersebut relatif tidak mencolok karena kepadatannya sangat rendah yaitu sekitar 0,1 atom hidrogen per sentimeter kubik. Akan tetapi bisa dideteksi oleh emisi radionya dari garis hidrogen netral sebesar 21 cm.
Sedangkan untuk nebula terang muncul sebagai permukaan yang bercahaya redup dan memancarkan cahay mereka sendiri atau memantulkan cahaya dari bintang-bintang terdekat.
Diketahui nebula terang memiliki beberapa sub kelas yakni nebula refleksi, gas terionisasi difus, daerah H II, nebula planet dan sisa-sisa supernova.
Nebula pertama kali mulai diamati pada tahun 1610, di mana dua tahun setelah penemuan teleskop oleh seorang sarjana dan naturalis Prancis yang bernama Nicolas-Claude Fabri de Peiresc.
Kemudian pada tahun 1656 seorang cendekiawan dan ilmuwan Belanda yaitu Christian Huygens adalah orang pertama yang mendeskripsikan daerah bagian dalam pada sisi yang terang dari nebula.
Pada awal abad ke-18 seorang astronom observasional menemukan banyak nebula terang. Penemuan terbesar nebula dilakukan pada abad ke-19, antara tahun 1786 dan 1802 oleh seorang astronom Inggris yang bernama William Herschel menyusun tiga katalog yang berjumlah sekitar 2.500 gugus nebula dan galaksi.
Jika dilihat dari prosesnya, teori nebula merupakan teori yang paling banyak dipercaya karena paling dekat dengan realitanya. Namun, semua teori pembentukan tata surya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Termasuk juga teori nebula.
Berikut kelebihan dan kekurangan teori nebula:
Kelebihan teori nebula adalah terbukti berhasil untuk membuktikan bahwa tata surya kita memang berada di satu garis lurus yang datar dengan lintasan oval mengelilingi matahari.
Maka dari itu, tak heran jika teori ini menjadi teori yang paling banyak dipercaya oleh banyak ilmuwan tentang kebenaran teori nebula ini karena memang paling masuk akal.
Dibalik kelebihan terdapat juga kekurangan pada teori yang satu ini yaitu ada beberapa ilmuwan kurang sependapat dengan teori nebula.
Seperti James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans mengungkapakan bahwa tekanan massa yang ada di dalam cincin matahari kurang kuat sehingga mustahil untuk menarik berbagai partikel yang ada di tata surya kita dan kemudian mengeras menjadi planet.
Tak hanya itu, F.R. Moulton juga berpendapat bahwa pada teori nebula seharusnya menghasilkan planet yang berukuran lebih besar dari matahari. Seperti yang kita ketahui, matahari menjadi material terbesar dan memiliki massa yang paling besar di dalam tata surya kita.