Hutan Indonesia sangat kaya dan memiliki beragam faunanya, serta memiliki beragam hewan eksotis yang seringkali membuat takjub bagi siapa saja yang mengetahuinya. Salah satu hewan eksotis di indonesia adalah tikus raksasa Flores (Papagomys armandvillei).
Tikus raksasa bukanlah hewan mitos ataupun gurauan. Karena pada faktanya, habitat tikus raksasa Flores sampai sekaranh masih berada di balik rimbunnya hutan lindung yang berada di kawasan Ruteng, Manggarai, NTT. Hewan pengerat ini hidup dengan nyaman di hutan primer dan sekunder.
Tikus Flores merupakan salah satu hewan eksotis yang masih hidup hingga sekarang. Ia mewakili spesies dari genus Papagomys yang masih hidup sampai saat ini dan berasal dari keluarga Muridae.
Taksonomi
Tikus Raksasa Flores memiliki nama ilmiah Papagomys armandvillei serta memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kerajaan | Animalia |
Filum | Chordata |
Kelas | Mammalia |
Ordo | Rodentia |
Famili | Muridae |
Genus | Papagomys |
Spesies | P. armandvillei |
Morfologi
Tikus raksasa flores termasuk hewan pengerat terbesar yang mempunyai ukuran kepala serta tubuh yang besar. Bahkan panjangnya sekitar 41 cm hingga 45 cm serta memiliki ekor sepanjang 33 cm hingga 70 cm. Kalau ditotal, panjang tikus flores mencapai 74 cm samlai dengan 117 cm.
Jadi dapat dibayangkan, betapa besarnya tikus ini daripada tikus got pada umumnya (Rattus norvegicus) yang seringkali berukuran besar juga. Untuk berat tikus raksasa asal flores bisa mencapai 2,5 kg.
Uniknya, dengan bada yang besar, tikus flores memiliki telinga kecil dan bulat, bertubuh gembul serta ekor kecil yang panjang. Dengan rambut atau bulu tumbuh yang lebat disekujur tubuhnya serta berwana hitam pekat.
Memiliki gigi yang tersusun rapi dari geraham serta berukuran besar. Keberadaan gigi geraham ini menandakan jika pengerat ini mengonsumsi beragam makanan seperti dedaunan, buah hingga serangga.
Habitat
Sebelum ditemukan dan dipublikasikan secara ilmiah, tikus raksasa flores sering dianggap sekedar mitos. Sebab, habitat tinggalnya jauh dari permukiman manusia. Tikus raksasa ini tinggal di kawasan hutan lindung yang lebat di kawasan Ruteng, Manggarai, NTT.
Status Konservasi
Papagomys armandvillei berstatus sebagai spesies yang terancam punah menurut IUCN atau Union for Conservation of Nature and Natural Resources. Penyebab kelangkaan dan ancaman kepunahan ini karena perburuan subsistem dan pemangsaan oleh karnivora seperti anjing dan kucing.
Tikus Raksasa di Indonesia
Tidak hanya tikus raksasa Flores saja, Indonesia mempunyai beberapa tikus lain dengan ukuran tubuh yang besar,. Tapi beberapa diantaranya sekarang sudah punah. Bahkan menurut beberapa temuan fosil serta tulang belulang yang ditemukan di gua-gua purba Flores, jumlahnya lumayan banyak hingga 10 ribu tulang tikus.
Berdasarkan fosil tulang yang ditemukan, dapat ditarik kesimpulannya ada kurang lebih 5 spesies tikus raksasa. Mulai dari Tikus Raksasa Flore hingga Rattus hainaldi. Tikus raksasa asal Flores masih memiliki hubungan keluarga dengan Tikus Raksasa Timor dengan fosil yang ditemukan di Fatukanutu, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, NTT.
Selain itu, temuan tikus raksasa juga pernah diteliti di Timor Leste. Bahkan banyak yang berpendapat kalau manusia di gua Timor masih hidup berdampingan dengan tikus raksasa ini.
Tidak hanya di Flores sajan tapi ada tempat tinggal lain bagi tikus raksasa yanh di Indonesia salah satunya adalah Pulau Sumba. Menurut fosil yang sudah ditemukan, sekitar 12.000 tahun yang lalu ada beberapa hewan pengerat raksasa disana.
Selanjutnya, tikus raksasa juga tersebar di pulau-pulau lain, seperti Sumatera. Di pulau ini, pernah hidup Tikus Bambu Sumatra (Rhizomys sumatrensis) yang panjangnya mencapai 50 cm dari hidung sampai ujung ekor. Bobotnya bahkan dapat mencapai 4 kg. Tikus Gunung Raksasa asal Sunda (Sundamys infraluteus) termasuk hewan spesies pemakan segala. Badannya berukuran besar dan hidup di hutan-hutan pegunungan Sunda.
Kemudian yang masih menjadi misteri adalah tikus raksasa yang ada di hutan Papua. Para peneliti meyakini hewan ini masih ada karena luasnya kawasan hutan Papua yang belum terjamah.