Daftar isi
Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan sebuah momentum bersejarah bagi perjalanan Indonesia. Peristiwa ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia. Mereka telah lelah merasakan penderitaaan penjajahan kolonialisme.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan buah dari kerjasama rakyat Indonesia. Baik dari para golongan tua dan golongan muda sebagai para pencetus proklamasi kemerdekaan. Berkat peristiwa Rengasdengklok, membuka jalan terselenggaranya proklamasi kemerdekaan. Namun, selain peran dari kedua golongan itu, ternyata peran perempuan juga terlihat dalam peristiwa bersejarah ini.
Tidak hanya sekarang, para perempuan tampil di panggung publik. Namun, sejak dulu sudah banyak perempuan yang ikut berkontribusi dalam momen bersejarah. Jika selama ini, di beberapa sumber sejarah hanya mengangkat tokoh laki-laki dalam peristiwa sejarah namun kenyataannya di balik semua itu terdapat para perempuan hebat.
Mereka tak kalah hebat memberikan sumbangsihnya bagi Indonesia. Contohnya saja pada saat perang kemerdekaan banyak perempuan yang berperan sebagai relawan yang mengobati para korban perang kemerdekaan. Mereka aktif menjadi anggota palang merah Indonesia dan membantu urusan medis saat kemerdekaan.
Tidak hanya itu, mereka juga memasok obat-obatan sebagai persediaan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Lalu, siapa saja para tokoh perempuan yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dan bagaimana peranan mereka? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.
Siapa yang tak kenal dengan sosok Fatmawati. Fatmawati merupakan istri dari Soekarno, presiden pertama Indonesia. Ia lahir di Bengkulu pada tanggal 5 februari 1923. Selain sebagai Ibu Negara, Fatmawati turut memberikan andil pada pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sosok perempuan hebat ini merupakan tokoh yang menjahit di balik berkibarnya sang saka merah putih. Saat mendengar persiapan kemerdekaan, Fatmawati segera mencari bahan untuk menjahit bendera merah putih.
Namun, saat itu, ia kekurangan bahan dan salah satu pemuda membantu mencarikan bahan untuk pembuatan bendera merah putih. Hingga akhirnya, bendera merah putih dapat berkibar dengan gagahny pada peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tidak hanya itu, saat acara proklamasi, ia yang memberikan makan pagi bagi rakyat yang hadir. Sebagai seorang tuan rumah, Fatmawati tentu tidak enak hati jika tidak memberikan jamuan terbaik bagi tamunya. Terlebih dalam peristiwa penting seperti proklamasi.
Saat itu, orang-orang begitu antusias untuk dapat menyaksikan proklamasi kemerdekaan Indonesia sehingga beberapa dari mereka datang begitu pagi. Bisa saja di antara mereka ada yang tidak sempat sarapan.
Maka dari itu, Fatmawati berinisiatif memberikan makanan bagi para tamu yang hadir. Saat peristiwa Rengasdengklok, di mana presiden Soekarno diasingkan, Fatmawati turut serta diculik bersama anaknya.
Surastri Karma Trimurti merupakan seorang perempuan kelahiran Boyolali. Ia adalah seorang wartawan yang anti terhadap penjajahan Belanda. Ia begitu aktif melawan kolonialisme. Pada tahun 1930, sebelum menjadi seorang wartawan, ia pernah mengajar di sekolah dasar di beberapa daerah seperti Bandung, Banyumas dan juga Solo.
Kemudian tiga tahun berikutnya, ia bergabung dalam sebuah partai yang bernama Partindo dan aktif melakukan kegiatan politik. Jika selama ini yang kita kenal sebagai pejuang perempuan hanya Kartini, hal ini tentulah salah. Banyak para pejuang yang menyuarakan permasalahan perempuan salah satunya SK Trimurti.
Sk Trimurti kerap menyuarakan permasalahan mengenai perempuan dan revolusi kemerdekaan. Ia juga turut menggaungkan bahwa seorang perempuan dapat mencapai kebebasan sebagai seorang warga negara.
Baginya, perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan yang lain. SK Trimurti tampil sebagai sosok perempuan yang berani dan menjadi contoh bagi perempuan lainnya pada masa itu. SK Trimurti pernah ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia ditangkap karena menyebarkan pamflet anti kolonialisme.
Setelah lepas dari penjara, SK Trimurti tidak gentar untuk terus menyuarakan keberaniannya melawan kolonialisme. Ia masih aktif menulis dan gencar melakukan propaganda anti kolonialisme. Hanya saja saat itu, ia menulis dengan menggunakan nama samaran agar langkahnya tidak dicekal oleh Belanda.
Sebagai seorang wartawan, SK Trimurti pernah bekerja di beberapa koran seperti Pikiran Rakyat. Saat itu ia bekerja beserta suaminya. Mereka menerbitkan koran pesat yang kemudian dilarang oleh pemerintahan Jepang.
Pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti sempat diberikan kepercayaan untuk mengibarkan sang saka merah putih. Namun, ia menolak hal tersebut dan mengajukan salah seorang anggota Pembela Tanah Air atau Peta yakni Latief Hendraningrat.
Kemudian, Latief lah yang bertugas menggantikan SK Trimurti. Setelah kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti mendapatkan kepercayaan sebagai menteri perburuhan yang pertama.
Oetari Soetari merupakan seorang mahasiswi Ika Daigaku atau sekolah kedokteran pada saat pemerintahan Jepang. Saat peristiwa proklamasi ia turut hadir untuk menyaksikan peristiwa bersejarah bagi Indonesia yakni Proklamasi Kemerdekaan yang dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta.
Saat itu, Oetari Soetarti berperan sebagai salah satu anggota dari Pos Palang Merah Indonesia di Bidara China. Kehadiran PMI di setiap acara untuk mengobati para prajurit atau para penjaga jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.
Oetari Soetari menikah dengan Cr. Suwardjono Surjaningrat yang tak lain adalah teman sekampusnya dan kemudian menjabat sebagai seorang menteri kesehatan pada masa presiden Soeharto tahun 1978-1988
Sama halnya dengan Oetari Soetarti, Rernosedjati juga ikut hadir dalam pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Ia turut menyaksikan peristiwa penting bagi sejarah Indonesia. Retnosedjati merupakan seorang mahasiswi kedokteran Ika Daigaku. Wanita kelahiran Den Haag Belanda ini lahir pada tanggal 29 Maret 1924.
Ia merupakan anggota dari palang merah Indonesia yang berada di bawah Prof Soetojo setelah Indonesia merdeka. Sebelum Indonesia merdeka, pada masa perang melawan penjajah, sebagai seorang anggota palang merah Indonesia, ia bertugas untuk mengurus obat-obatan yang akan diberikan kepada para prajurit yang ada di daerah Solo, Yogyakarta dan Klaten.
Yuliarti Markoem merupakan seorang mahasiswi kedokteran dari Ika Daigaku. Saat proklamasi kemerdekaan ia turut hadir menyaksikan peristiwa penting bersejarah. Ia bahkan bertugas dalam penaikan sang saka bendera merah putih. Saat perang kemerdekaan ia juga turut memberikan kontribusinya dengan menjadi penghubung dalam hal pengiriman kebutuhan medis bagi daerah-daerah gerilya.
Gonowati Djaka Sutadiwiria merupakan mahasiswi sekolah tinggi kedokteran Ika Daigaku. Perempuan kelahiran Semarang ini turut hadir dalam upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia juga ikut membantu mengamankan jalannya acara.
Saat upacara proklamasi, tidak hanya kaum laki-laki saja yang bertugas menjaga melainkan ada juga kaum perempuannya. Salah satunya yakni Gonowati Djaka Sutadiwiria. Kontribusi Gonowati tidak hanya terlihat pada saat proklamasi saja melainkan saat perang kemerdekaan juga.
Sebagai seorang anggota palang merah Indonesia, ia berperan untuk membantu mengumpulkan obat-obatan. Perang kemerdekaan tidak hanya mengorbankan materi saja melainkan Jiwa. Banyak korban yang berjatuhan dalam perang itu. Maka dari itu, sebagai persiapan, palang merah Indonesia menyetok obat-obatan yang akan diperlukan nantinya.
Sama seperti para tokoh perempuan lainnya, Zuleika juga merupakan mahasiswa Ika Daigaku. Ia turut hadir menyaksikan peristiwa penting bagi kemerdekaan Indonesia yakni proklamasi. Proklamasi yang diadakan di jalan Pegangsaan timur no 56 menjadi awal bagi kebangkitan Indonesia dari belenggu penjajahan. Zuleika juga merupakan anggota Palang Merah Indonesia mobile colonne.