Ide gerakan kepanduan yang digagas oleh Lord Robert Baden-Powell dari Inggris sebagaimana tertuang dalam karyanya Scouting for Boys, banyak diadopsi oleh berbagai negara di dunia.
Di Indonesia sendiri gerakan kepanduan tersebut dikenal sebagai Pramuka, yang merupakan akronim dari Praja Muda Karana atau pemuda yang suka berkarya.
Sebenarnya gerakan pramuka mulai masuk ke Indonesia semenjak era penjajahan Belanda dengan dibentuknya organisasi NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeniging) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.
Gerakan pramuka kemudian diperkenalkan secara resmi sejak tanggal 14 Agustus 1961 ketika Presiden Indonesia kala itu, Ir Soekarno, menganugerahkan penghargaan kepada para pandu pramuka yang turut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Gerakan pramuka terus berkembang hingga saat ini, bahkan beberapa jenjang sekolah menjadikannya sebagai ekstrakurikuler wajib bagi anak didiknya.
Perkembangan gerakan kepramukaan sendiri tidaklah terlepas dari peran tokoh-tokohnya. Berikut adalah beberapa tokoh pramuka Indonesia yang memiliki andil besar bagi gerakan ini:
1. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 April 1912 dengan nama Raden Mas Dorodjatun.
Beliau adalah Wakil Ketua Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas) Pramuka dibawah pimpinan Presiden Sukarno dan juga Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama sejak tahun 1961 hingga tahun 1974.
Atas jasa-jasanya dalam pembentukan dan perkembangan gerakan kepanduan pramuka Indonesia, maka pada tahun 1988, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia oleh Presiden Soeharto.
Selain itu, beliau juga pernah mendapatkan penghargaan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scount Movement atas jasanya dalam memajukan Pramuka di Indonesia.
2. Letnan Jendral M. Sarbini
Letjend M. sarbini lahir di Karanganyar, Jawa Barat pada tanggal 29 Mei 1914.
Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era pemerintahan Presiden Soekarno pada 1966 dan menjadi Menteri Transmigrasi dan Koperasi di masa Presiden Soeharto sejak 1968 hingga 1973.
Dalam Munas I Gerakan Pramuka di Manado pada 27 November 1974, letjend M.
Sarbini terpilih menjadi ketua Kwarnas untuk periode 1974-1978 menggantikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
3. Letnan Jendral Mashudi
Letjen Mashudi lahir di Cibatu, Jawa Barat pada 11 September 1919. Setelah menjadimantan Gubernur Jawa Barat, Beliau terpilih menjadi ketua Kwarnas pramuka dalam Munas II Gerakan Pramuka pada tanggal 29 Oktober hingga 5 November 1978 di Bukittinggi, Sumatera Barat, menggantikan Letjen M. Sarbini.
Kecintaannya akan gerakan pramuka menjadikan beliau tetap terpilih sebagai ketua Kwarnas sampai di 3 periode berikutnya, yakni pada 1978-1983, 1983-1988 dan 1988-1993.
Atas jasa-jasanya untuk perkembangan pramuka Indonesia, beliau juga pernah mendapatkan penghargaan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scount Movement sebagaimana yang pernah didapat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.