Dalam berkomunikasi, kita juga harus menguasai salah satu dari tradisi yang ada. Salah satunya adalah teori retorika.
Tradisi Retorika merupakan salah satu cabang ilmu komunikasi. Sejak zaman Yunani-Romawi sampai sekarang para ahli filsafat dan ilmu pengetahuan mengemukakan beberapa pendapat, salah satunya adalah Syafi’ie (1988: 1) menyatakan secara etimologis kata retorika berasal dari bahasa Yunani “Rhetorike” yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seseorang.
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa retorika merupakan aktivitas manusia dengan bahasanya yang terwujud dalam sebuah kegiatan berkomunikasi. Menurut Aristoteles dalam Syafi’ie 1988, menuturkan bahwa “the facult of seeing in any situation the available means of persuasion”.
Jika diartikan pengertian di atas adalah sebuah kemampuan untuk melihat perangkat alat yang tersedia untuk mempersuasi. Kemampuan melihat dalam pengertian ini ditafsirkan sebagai kemampuan untuk memilih dan menggunakan.
Jadi, retorika menurut Aristoteles adalah kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain.
Pada tahun sekitar 465 S.M di Pulau Sycillia-Yunani, ada sebuah kisah tentang seorang Tiran yang memerintah koloni tersebut. Tiran, di mana pun dan pada zaman apa pun, senang menggusur tanah rakyat.
Di tahun tersebut, rakyat melancarkan revolusi. Diktator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan lagi tanah rakyat kepada pemiliknya yang sah. Untuk mengambil haknya, pemilik tanah harus sanggup meyakinkan dewan juri di pengadilan.
Waktu itu, tidak ada pengacara dan tidak ada sertifikat tanah. Setiap orang harus meyakinkan mahkamah dengan pembicaraan saja.
Sering kali orang tidak berhasil memperoleh kembali tanahnya, hanya karena ia tidak pandai bicara. Maka dari itu, seorang yang bernama Corax membuat sebuah makalah Retorika untuk mengasah kemampuan bertutur dan akhirnya makalah tersebut banyak membantu banyak orang.
Retorika dianggap sebagai alat untuk memenangkan suatu kasus lewat bertutur seperti kepandaian memainkan ulasan, kefasihan berbahasa, pemanfaatan emosi penanggap tutur, dan keseluruhan tutur harus ditujukan untuk mencapai kemenangan. Anggapan ini sudah banyak dikemukakan oleh para Ahli, diantaranya adalah Tokoh-tokoh Retorika klasik yang menonjol antara lain adalah Georgias, Lycias, Phidias, Protogoras, dan Isocrates.