Daftar isi
Indonesia merupakan negara kepulauan yang rawan terhadap bencana alam, salah satunya yaitu tsunami. Letak geografis Indonesia yang berada di tiga pertemuan lempeng yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.
Tsunami bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti longsor di bawah laut, letusan gunung berapi, ataupun gempa bumi di bawah laut. Tsunami menjadi bencana alam yang sangat berbahaya karena bisa memakan banyak korban. Indonesia sendiri sudah beberapa kali dilanda oleh bencana alam tsunami mulai dari skala yang kecil, sedang, hingga terbesar. Berikut adalah 6 tsunami terbesar yang pernah terjadi di Indonesia, yukk simak pembahasannya!
Erupsi gunung anak karakatau di Selat Sunda Provinsi Banten menyebabkan gelombang tsunami yang menyapu wilayah pesisir Banten dan Lampung. Peristiwa yang terjadi pada tahun 2018 tersebut memakan korban jiwa sebanyak 430 orang, 16 orang hilang dan kurang lebih 14 ribu orang mengalami luka-luka.
Akibat dari peristiwa tersebut menyebabkan kerugian bagi warga seperti rusaknya rumah-rumah warga maupun infrastruktur publik lainnya. Pasca peristiwa tersebut ribuan warga yang terdampak mengungsi dan banyak bantuan datang untuk meringankan beban warga yang terdampak.
Tsunami yang menerjang wilayah Kepulauan Pagai-Mentawai dipicu oleh gempa dengan kekuatan 7,2 magnitudo yang mengguncang Kepulauan Mentawai pada tahun 2010 Tercatat oleh BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai bahwa korban yang meninggal akibat peristiwa tersebut berjumlah 456 orang. Selain korban jiwa peristiwa tesebut menyebabkan kerugian fisik ataupun harta benda serta sarana prasarana publik, kerugian tersebut mencapai angka lebih dari 300 miliar.
Berbagai kebijakan dibuat oleh pemerintah pada tiga tahun anggaran untuk bisa memulihkan kondisi Kepulauan Mentawai, namun ternyata dalam dua tahun pasca bencana masih banyak ditemukan kenadala ataupun permasalahan di dalam masyarakat, beberapa diantaranya yaitu mengenai masalah perizinan dan masalah relokasi warga yang terdampak.
Pada tahun 1992 gempa dengan kekuatan 6,4 magnitudo mengguncang wilayah Nusa Tenggara Timur kemudian disusul oleh gelombang tsunami yang menghantam Pulau Flores bagian tengah dengan ketinggian hingga 26 meter. Para geolog mengatakan bahwa wilayah Indonesia bagian timur masuk ke dalam zona tumbukan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia sehingga wilayah timur Indonesia sering terjadi bencana gempa bumi.
Akibat bencana yang terjadi memakan korban jiwa lebih dari 2000 orang. Sebanyak kurang lebih 2000 orang mengalami luka-luka, 500 orang dinyatakan hilang serta ribuan orang mengungsi. Pulhan ribu faslitas atau infrastruktur publik mengalami kerusakan dan bahkan hancur menjadi puing-puing. Karena banyaknya korban aparat melakukan penguburan masal.
Pasca peristiwa tersebut perlahan-lahan warga Flores bangkit walaupun hingga saat ini tidak sedikit warga Flores yang terdampak masih mengenang peristiwa dahsyat yang merenggut keluarga ataupun sanak saudaranya.
Pada tahun 2018 gempa dengan kekuatan 7,4 magnitudo mengguncang wilayah Kota Palu dan Donggala kemudian disusul dengan gelombang tsunami dengan ketinggian lima meter. Bencana ini memakan korban jiwa hingga 2000 orang, 4000 orang mengalami luka berat, dan ribuan lainnya hilang. Gelombang tinggi tersebut berhasil meluluhlantakan bangunan-bangunan seperti masjid, hotel, jembatan dan lain sebagainya. Kerugian akibat peristiwa tersebut mencapai angka 2,89 triliun dan dampak kerusakannya mencapai angka 15,58 triliun.
Setelah bencana gempa bumi dan tsunami terjadi Kota Palu mengalami fenomena likuifikasi yang membuat struktur tanah tidak kuat untuk bisa menopang bangunan diatasnya. Fenomena yang terjadi tersebut menjadi hal yang menarik daripada bencana-bencana sebelumnya yang pernah terjadi di Kota Palu.
Tsunami di Pulau Ambon ini terjadi pada tahun 1674 yang disebabkan oleh gempa bumi yang mengguncang wilayah Ambon dan sekitarnya kemudian disusul oleh tsunami dari Laut Banda. Dari data yang dirilis oleh BNPB ketinggian tsunami mencapai 80 meter.
Bencana tersebut mengakibatkan rumah-rumah warga rusak dan menelan sekitar 2.500 korban jiwa. Peristiwa tsunami yang terjadi di Pulau Ambon bahkan tercatat sebagai salah satu tsunami terbesar yang pernah terjadi di dunia. Setelah bencana yang terjadi pada tahun 1674 gempa bumi dan tsunami terjadi lagi di Kepulauan Maluku pada tahun 1820, 1889, 1871, 1938 dan 1950.
Gempa dengan kekuatan 9,4 Magnitudo terjadi di dasar Samudera Hindia memunculkan gelombang tsunami dengan ketinggian sekitar 30 meter menyapu wilayah pesisir Aceh. Gelombang tsunami tersebut menghanyutkan binatang-binatang, warga dan mengancurkan pemukiman serta bangunan lainnya. Lebih dari 220 ribu orang menjadi korban jiwa.
Diperkiran kerugian akibat peristiwa tersebut mencapai angka 4,5 miliar dollar pada saat itu. Pemerintah melakukan 3 langkah untuk memulihkan kondisi Aceh pasca bencana gempa bumi dan tsunami, tahap pertama yaitu tahap darurat dengan pengadaan makanan, air bersih dan kebutuhan pokok lainnya, tahap kedua yaitu rehabilitasi wilayah Aceh dengan merehabilitasi infrastruktur dan pelayanan publik di wilayah Aceh, tahap yang ketiga yaitu tahap rekonstruksi dengan membangun kembali infrastruktur publik, rumah warga serta pelayanan publik di wilayah Aceh.
Hingga saat ini tidak hanya warga Aceh namun sebagian besar warga di wilayah Indonesia masih mengingat betapa dahsyat dan mengerikannya bencana yang terjadi pada saat itu. Tiap tahunnya pemerintah dan warga Aceh memperingati kejadian tersebut dengan menggelar acara ataupun kegiatan lainnya supaya warga Aceh selalu siaga terhadap bencana alam.