Bahasa Indonesia

Unsur Fisik dan Unsur Batin dalam Puisi

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Puisi memiliki sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun yang sifatnya padu karena tidak bisa berdiri sendiri tanpa mengaitkan satu unsur dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dalam puisi sifatnya fungsional dalam kesatuannya dana terhadap unsur lainnya.

Ada 2 unsur pokok dalam sebuah puisi, yakni unsur fisik dan unsur batin. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing unsur berserta bagiannya.

Unsur Fisik Puisi

Unsur fisik puisi merupakan unsur pembangun puisi dari luar. Dari unsur inilah orang akan bisa membedakan suatu karya apakah termasuk puisi atau bukan.

Unsur-unsur fisik puisi terdiri atas:

Diksi (Pilihan Kata)

Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat, serta kaya akan nuansa makna dan suasana yang diusahakan secermat dan seteliti mungkin, dengan mempertimbangkan arti sekecil-kecilnya, baik makna denotatif maupun makna konotatif sehingga akan mampu mempengaruhi imajinasi pembacanya.

Pengimajian/Citra (Imaji)

Pengimajian merupakan susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris dimana pembaca seolah-olah melihat, mendengar, merasakan seperti apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan seorang penyair dalam puisinya secara imajinatif melalui pengalaman dan rasa kata.

Imaji puisi terdiri atas :

  • Imaji visual atau penglihatan
  • Imaji auditif atau pendengaran
  • Imaji taktil atau perasaan

Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang apabila dilihat secara denotatif sama, tetapi secara konotatif tidak sama karena disesuaikan dengan kondisi dan situasi pemakainya

Bahasa Figuratif (Kiasan)

Bahasa figuratif membuat puisi menjadi primatis atau kaya makna. Bahasa figuratif digunakan penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imagery  dengan menggunakan bahasa kias.

Adapun bahasa kias yang biasanya digunakan dalam puisi antara lain:

  1. Perbandingan atau perumpamaan (simile), yaitu kiasan yang menyamakan atau membandingkan satu hal dengan hal lain menggunakan kata-kata pembanding, seperti : bagai, laksana, seumpama, seperti, dan sebagainya
  2. Metafora, merupakan bahasa kiasan seperti membandingkan, akan tetapi tidak menggunakan kata-kata pembanding.
  3. Personifikasi, yaitu bahasa kiasan yang mempersamakan benda mati dengan manusia dimana benda mati seakan-akan bisa melakukan hal-hal sebagaimana yang dilakukan manusia.
  4. Hiperbola adalah bahasa kiasan yang berlebih-lebihan dengan tujuan mendapat perhatian lebih dari pembaca.
  5. Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama berupa penggunaan atribut yang sangat dekat hubungannya dengan sebuah objek untuk menggantikan objek tersebut.
  6. Sinekdoke (Syinecdoche), merupakan bahasa kiasan yang digunakan untuk mewakili hal lain di luar arti kata yang diungkapkan. Sinekdoke ada 2 macam yaitu sinekdoke pars prototo (menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan sinekdoke totem proparte (menyatakan keseluruhan untuk sebagian)
  7. Alegori, yaitu bahasa kiasan yang menyatakan suatu hal dengan menggunakan penggambaran yang dikemas dalam bentuk uraian yang lebih kompleks.

Verifikasi

Unsur fisik verifikasi dalam puisi ada tiga jenis, yaitu:

  • Rima, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membantu musikalisasi atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca
  • Ritme, merupakan pertentangan bunyi, tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah yang mengalun dengan teratur, berulang-ulang dan memunculkan keindahan.
  • Metrum, merupakan perulangan kata yang tetap dan bersifat statis. Unsur metrum biasanya ditemukan dalam puisi lama.

Tipografi

Tipografi puisi adalah bentuk visual yang bisa memberi makna tambahan dalam sebuah puisi. Bentuk tipografi ada bermacam-macam seperti grafis, kaligrafi, kerucut, dan sebagainya.

Tipografi puisi bisa membedakan puisi dengan karya sastra lain, dimana melalui indera mata bisa dilihat bahwasanya puisi tersusun atas kata-kata yang membentuk larik-larik puisi yang disusun ke bawah dan terikat dalam bait-bait.

Unsur Batin Puisi

Unsur batin puisi merupakan wacana dalam puisi secara utuh yang mengandung arti atau makna yang hanya dapat dilihat atau dirasakan melalui penghayatan. Tanpa penghayatan, unsur-unsur puisi yang dibangun dari dalam tidak akan dapat dihayati dengan benar.

I.A Richards sebagaimana dikutip oleh Herman J. Waluyo menyatakan bahwa unsur-unsur batin puisi ada empat, yaitu:

Tema

Tema puisi merupakan sesuatu yang digambarkan penyair melalui puisinya yang mengandung suatu pokok permasalahan yang hendak dikemukakan. Tema juga merupakan latar belakang terciptanya sebuah puisi yang tidak dapat dipisahkan dari pengarangnya.

Perasaan (Feeling)

Perasaan merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkan dalam puisinya, yang merupakan gambaran perasaan yang dialami penyair pada saat menciptakan puisi tersebut.

Nada

Nada dalam puisi bisa diketahui dengan memahami unsur-unsur yang tersurat, yaitu bahasa atau ungkapan yang dipakai dalam puisi.

Nada berhubungan dengan suasana, karena nada dapat menimbulkan suasana tertentu pada pembacanya. Suasana merupakan keadaan jiwa pembaca atau akibat psikologis yang muncul setelah membaca sebuah puisi.

Amanat

Amanat adalah maksud, tujuan, atau pesan yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya.