Abdullah Suriosubroto : Sang Pelukis “Mooi Indie”

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Nama Abdullah Suriosubroto tentunya sudah tak asing lagi di telinga para penggiat dan penikmat seni rupa Indonesia bahkan luar negeri. Pelukis pertama Indonesia abad ke-20 ini sangat mencintai pemandangan indah dan seringkali menjadikan pemandangan sebagai objek lukisannya.

Tak ayal Abdullah Suriosubroto dijuluki sebagai Mooi Indie yang artinya Hindia Indah. Abdullah Suriosubroto sendiri merupakan ayah dari penulis kenamaan Indonesia yaitu Basoeki Abdullah dan Soedjono Abdullah dan juga Trijoto Abdullah yang dikenal sebagai pematung hebat Indonesia.

Darah seni yang ada pada Abdullah ternyata diwariskan dengan baik kepada anak-anaknya. Berikut akan dibahas mengenai Abdullah Suriosubroto mulai dari kelahiran hingga akhir hayatnya termasuk beberapa karya terkenal sang Mooi Indie.

Awal Kelahiran dan Masa Berkarya Abdullah Suriosubroto

Abdullah Suriosubroto, lahir di Kota Semarang Jawa Tengah (dulu masih Hindia Belanda) pada tahun 1878. Abdullah merupakan anak dari tokoh pergerakan nasional kenamaan Indonesia, dr Wahidin Sudirohusodo. Wahidin Sudirohusodo berprofesi sebagai dokter dan juga dikenal sebagai pembaharu pendidikan pada zaman penjajahan Belanda.

Namanya sering dikaitkan dengan berdirinya organisasi kebangkitan nasional Budi Utomo. Namun sebenarnya ia bukanlah pendiri organisasi tersebut melainkan penggagas yang pada awalnya memiliki ide dan kemudian menyampaikannya pada perkumpulan pelajar di Sekolah kedokteran Jawa yang berpusat di Batavia dan diusulkan untuk membentuk organisasi.

Saat masih muda, setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah, Abdullah Suriosubroto pernah menempuh pendidikan di Sekolah Kedokteran Batavia atas saran dari ayahnya, Wahidin. Sang ayah ingin anaknya ini mengikuti jejaknya dengan juga berkarir di dunia kedokteran seperti dirinya. Namun, darah seni yang memang telah tumbuh dan melekat pada diri Abdullah sejak ia kecil tak mampu memenuhi keinginan ayahnya tersebut.

Saat tengah berkuliah dan tidak menemukan passionnya di dunia kesehatan, ia pun memilih untuk keluar dari Sekolah Kedokteran Batavia tersebut dan mencoba mempelajari serta mendalami apa yang ia sukai yaitu bidang seni. Setelah berhenti dan keluar dari Sekolah Kedokteran Batavia, Abdullah Suriosubroto pun melanjutkan pendidikannya ke luar negri.

Ia memilih untuk mendalami ilmu seni rupa di Belanda, yaitu di Academy of Fine Art (Akademi Seni Rupa Belanda) yang terletak di kota Amsterdam. Disana, Abdullah pun mempelajari dan mendalami segala hal yang berkaitan dengan seni rupa dengan sungguh-sungguh yang nantinya menjadi bekal untuk dirinya dalam berkarir sebagai pelukis.

Adapun tema yang sering diangkat oleh Abdullah Suriosubroto dalam kebanyakan karya-karyaya adalah gambar pemandangan yang amat cantik dan indah yang menggambarkan ketentraman, kesejukan dengan jangkauan yang sangat luas. Karya-karyanya banyak menarik perhatian para penikmat dan kritikus seni yang takjub dengan lukisannya yang dapat memberikan ketenangan dan rileks saat dipandang.

Karna lukisannya ini jugalah, keindahan alam Indonesia semakin dikenal di mancanegara. Setelah menyelesaikan pendidikan seninya di Akademi Seni Rupa Belanda, Abdullah pun kembali ke Indonesia untuk meneruskan karirnya sebagai pelukis. Ia pun menetap selama beberapa tahun di Kota Bandung.

Ia memilih kota Bandung supaya dekat dengan alam dan pemandangan yang menjadi ciri khas lukisannya. Ia pun melahirkan karya-karya lukisan cat minyak yang merupakan hasil dari ia memandang tamasya alam secara jarak jauh dan bersifat sangat romantik.

Setelah lama di Bandung, Abdullah Suriosubroto juga sempat tinggal di Solo. Saat ia tinggal di Solo, calon pelukis besar pun lahir, dialah Basuki Abdullah yang di kemudian hari makin mengangkat nama sang ayah berkat bakat dan kemampuannya dalam menggoreskan cat minyak.

Basuki dan sang ayah secara biologis diketahui memiliki hubungan yang kurang dekat. Basuki baru mengenal ayahnya secara dekat saat berusia lima belas tahun. Namun, ungkapan lama yang menyebutkan “buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya” memang benar adanya. Darah seni Abdullah Suriosubroto mengalir di tubuh anak-anaknya.

Selanjutnya, Abdullah Suriosubroto bersama keluarga pun pindah ke kota Yogyakarta dengan alasan yang sama, karena ia ingin melukis lebih banyak tentang pemandangan yang indah. Ia pun menghabiskan sisa umurnya di Kota ini dan meninggal pada tahun 1941 di Kota Yogyakarta, Hindia Belanda.

Karya-Karya Terkenal Abdullah Suriosubroto

Berikut adalah beberapa karya terkenal dari Abdullah Suriosubroto:

1. Pemandangan di Djawa Tengah

Lukisan ini dibuat dalam kurun waktu tahun 1900-1930 (tidak ada catatan yang menerangkan waktu pasti pembuatan lukisan ini). Lukisan yang berukuran 95 cm x 60 cm dibuat dengan media cat minyak di atas kanvas. Pada lukisan ini tampak pemandangan pedesaan Jawa Tengah kala itu.

Warna hijau alam mendominasi lukisan yang didalamnya dapat terlihat ada sawah dengan ujungnya terdapat gunung yang berdiri kokoh, lambaian pohon kelapa, tebing-tebing dan juga hutan yang sangat menyejukkan mata.

Ya inilah ciri khas Abdullah, tak salah ia sampai berpindah-pindah tempat tinggal demi mendapatkan view pemandangan yang diambil dari jarak jauh.

2. Pemandangan di Sekitar Gunung Merapi

Lukisan ini dibuat dalam kurun waktu tahun 1900-1930 (tidak ada catatan yang menerangkan waktu pasti pembuatan lukisan ini). Lukisan yang berukuran 95 cm x 59 cm dibuat dengan media cat minyak di atas kanvas.

Objek utama dalam lukisan ini adalah sebuah gunung merapi yang sebagian badannya tertutupi oleh awan. Pematang sawah, pepohonan rimbun dan juga tebing-tebing perkebunan juga tampak menghiasi di sekeliling gunung itu.

3. Hamparan Sawah

Lukisan ini dibuat dalam kurun waktu tahun 1900-1930 (tidak ada catatan yang menerangkan waktu pasti pembuatan lukisan ini). Lukisan yang dibuat dengan media cat minyak di atas kanvas ini pun juga menggambarkan suasana pedesaan yang dikelilingi oleh hamparan sawah yang luas.

Tak lupa ada gunung yang sangat bersih dan didominasi warna biru muda berdiri dengan sangat kokoh seolah ingin menjaga keasrian hamparan persawahan itu.

Tampak juga ada satu pondok di tengah persawahan dan ada beberapa orang yang sedang berada di dalam sawah untuk menggarap sawah-sawah mereka. Bisa dipastikan hampir semua orang yang melihat lukisan ini langsung bisa merasakan suasana pedesaan yang asri dan menyejukkan.

4. Scenery (Pemandangan)

Lukisan ini dibuat dalam kurun waktu tahun 1900-1930 (tidak ada catatan yang menerangkan waktu pasti pembuatan lukisan ini). Lukisan yang berukuran 60 cm x 40 cm dibuat dengan media cat minyak di atas kanvas.

Pada lukisan ini kita dapat melihat view pemandangan yang didominasi warna oren dan kuning dengan pepohonan hijau yang sangat rimbun dan subur. Gunung yang diberi sentuhan wanya hijau kebiruan juga tampak di ujung menambah keindahan lukisan pemandangan ini.

Kaki gunung juga ditumbuhi pohon-pohon besar. Lukisan ini makin mempertegas bagaimana kelas seorang Abdullah Suriosubroto dalam melukis dengan tema pemandangan, sangat indah dan terkesan nyata.

Itulah beberapa karya dari pelukis pemandangan indah, Abdullah Suriosubroto.

fbWhatsappTwitterLinkedIn