Daftar isi
Aliran Jabariyah adalah suatu aliran yang menilai bahwa manusia dalam melakukan perbuatannya tidak memiliki pilihan, atau dapat dikatakan bahwa dalam setiap perbuatannya, mulai dari lahir, pekerjaan, jodoh hingga ajal sudah ditentukan oleh Allah SWT.
Dalam Aliran Jabariyah, manusia dinilai mirip seperti benda, di mana manusia tidak memiliki daya atau upaya sedikit pun. Jabariyah sendiri berasal dari kata Jabara yang memiliki arti memaksa atau mengharuskan dalam mengerjakan sesuatu.
Aliran Jabariyah pertama kali diperkenalkan oleh Ja’ad bin Dirham pada tahun 70 H di Damaskus. Kemudian, Aliran Jabariyah ini disebarkan oleh Jahm Ibnu Shafwan, yang juga merupakan pendiri aliran Murji’ah ekstreem dari Khurasan Persia. Aliran Jabariyah dua pelopor ini dapat dikatakan sebagai Aliran Jabariyah ekstreem
Selain itu, ada juga Aliran Jabariyah moderat, di mana tokoh tokohnya antara lain:
Aliran Jabariyah ini dinilai sebagai aliran yang mempelopori telologi fatalis dalam islam. Kemunculannya, dinilai hampir bersamaan dengan Aliran Qadariyah yang menjadi bentuk reaksi dari Aliran Jabariyah itu sendiri.
Menurut sejarah, Aliran Jabariyah ini telah dimanfaatkan oleh kekuasaan Muawiyah, khususnya Syiah yang mengatasnamakan ketentuan Tuhan dalam setiap perbuatan buruk yang mereka lakukan.
Alhasil, pada zaman itu, banyak pejabat yang melakukan hal buruk seperti korupsi kemudian mengatakan bahwa apa yang terjadi dan yang dilakukan olehnya sudah ditentukan oleh Tuhan.
Dalam pemikiran Aliran Jabariyah, segala hal yang dialami dan dilakukan oleh manusia, baik itu masa lalu, masa kini maupun masa depan, entah itu musibah maupun keberuntungan, dinilai telah ditentukan oleh Allah semuanya.
Sedangkan manusia dinilai tidak memiliki daya kecuali mengikuti sebagaimana yang telah ditentukan untuknya. Pemikiran Aliran Jabariyah menitikberatkan pada apa yang terjadi di alam semesta semata merupakan Qhada dan Qadar Allah tanpa ada sedikit pun kehendak dari mahluk yang diciptakanNya.
Pemikiran Aliran Jabariyah dibagi menjadi dua kelompok yaitu Aliran Jabariyah Ekstreem dan Aliran Jabariyah Moderat sebagai berikut :
Aliran Jabariyah Ekstreem dapat dipelopori oleh dua tokoh utama yaitu Ja’ad Ibnu Dirham dan Jahm Ibnu Shafwan. Adapun pemikiran aliran Jabariyah ekstreem masing tokoh tersebut antara lain:
Sebelum dieksekusi oleh Khalid bin Abdullah al-Qasri, Ja’ad Ibnu Dirham memiliki ajaran ajaran ekstreem berikut ini:
Adapun, paham ekstreem yang disebarkan oleh Jahm Ibnu Shafwan antara lain :
Aliran Jabariyah Moderat pemikirannya lebih menilai bahwa Allah memang memiliki peranan yang dominan terhadap perbuatan manusia. Namun, manusia masih memiliki andil, dalam setiap perbuatan yang dilakukannya.
Adapun pemikiran masing masing tokohnya sebagai berikut :
Pemikiran Husain Ibnu Muhammad An-Najjar antara lain :
Pemikiran Ad-Dhirar antara lain :
Aliran Jabariyah berbeda dengan Aliran Qadariyah. Secara harfiah, jika Jabariyah berasal dari kata Jabara yang artinya keterpaksaan, Qadariyah berasal dari kata Qadara yang artinya kehendak.
Jika Aliran Jabariyah meyakini bahwa manusia tidak punya daya kecuali menjalani sesuai dengan apa yang ditetapkan Tuhan, Aliran Qadariyah justru meyakini bahwa manusia masih memiliki kehendak pribadi.
Berbeda dari Aliran Jabariyah yang menilai segala tindakan manusia merupakan ketentuan Tuhan, Aliran Qadariyah justru menilai manusia bertindak atas kehendak pribadi bahkan menempatkan akal lebih tinggi dibandingkan dengan wahyu.
Jika Aliran Jabariyah menilai Tuhan berkuasa penuh atas apa yang dilakukan manusia, Aliran Qadariyah justru menilai Tuhan tidak bertanggung jawab sama sekali atas apa yang dilakukan manusia.
Tidak hanya itu, perbedaan dari keduanya juga terlihat dari pandangan kedua aliran ini terhadap Sugrda dan pembalasan atas perbuatan. Jika Aliran Jabariyah menilai seseorang masuk Surga atau Neraka sudah ditentukan, Aliran Qadariyah justru menilai bahwa seseorang akan masuk Surga atau Neraka berdasarkan apa yang telah dilakukannya.