Bahasa Indonesia

11 Aturan Penulisan Angka dan Bilangan dalam Bahasa Indonesia

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dalam tulisan, terdapat penggunaan angka desimal (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) dan angka Romawi (I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L [50], C [100], D [500], M [1000]).

Sebelum melanjutkan mengenai penulisan angka dan bilangan, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai angka Romawi:

  • Angka Romawi digunakan untuk penomoran bab dan nomor jalan.
  • Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
  • Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam buku.

Penulisan angka dan bilangan dalam sebuah kalimat berlaku ketentuan sebagai berikut:

  1. Angka dipakai untuk menyatakan satuan waktu, nilai uang, ukuran panjang, luas, berat, isi, dan jumlah:
    • satuan waktu : 1 jam, 10 menit, 10 Oktober 1945, tahun 1945.
    • nilai uang : Rp1000,00, £6,10; ¥200; 1000 rupiah.
    • ukuran panjang, luas, berat, dan isi atau volume : 5 sentimeter; 1 kilogram; 2 meter persegi; 50 liter
    • jumlah : 50 orang, 20 persen.
  2. Angka desimal dan Romawi dapat digunakan untuk menyatakan nomor atau lambang bilangan:
    • angka desimal : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
    • angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L [50], C [100], D [500], M [1000]).
  3. Angka digunakan untuk menyatakan nomor jalan, kamar, rumah atau apartemen. Misalnya:
    • Jalan Matahari I No. 5
    • Apartemen No. 7
    • Hotel Mahkota, Kamar 215
  4. Angka digunakan untuk menomori karangan/buku, surat kabar, majalah dan ayat kitab suci. Misalnya:
    • Bab I
    • halaman 124
    • Surah Yasin: 7
    • Bu guru menugaskan kami untuk mengerjakan soal di halaman 121 – 123.
  5. Penulisan bilangan tingkat dapat dengan angka Romawi, Angka Desimal maupun dengan huruf. Jika ditulis menggunakan angka desimal, maka ditulis dengan menambahkan ke– Misalnya:
    • pada abad X
    • pada abad ke-10 ini
    • pada abad kesepuluh
  6. Penulisan bilangan dapat dinyatakan dengan kata dan huruf, kecuali jika bilangan tersebut digunakan secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
    • Kami sudah memenangkan lomba itu sampai tiga kali.
    • Koleksi novel milikku sudah mencapai seratus buku.
    • Di antara 30 anggota yang hadir di ruangan ini 20 orang setuju, 10 orang tidak setuju.
    • Buah yang dibeli oleh ibu terdiri dari 2 kg buah jeruk, 2 kg buah apel, dan 3 kg buah mangga
  7. Penulisan bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, apabila lebih dari dua kata, maka susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf tersebut tidak berada di awal kalimat. Misalnya:
    • Kami mengundang 300 tamu undangan. (benar)
    • 300 tamu undangan diundang dalam acara ini. (salah)
  8. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian agar mudah dibaca.
    • Dia mendapat hadiah Rp100 juta rupiah karena memenangkan lomba menyanyi itu.
    • Pembangunan rumah ini memerlukan biaya Rp200 juta.
  9. Penulisan bilangan pecahan dengan huruf dilakukan seperti berikut ini:
    • agar tidak menimbulkan salah pengertian atau kebingungan, tanda hubung dapat ditambahkan dalam penulisan lambang bilangan pecahan, misalnya : 30 4/5 (tiga puluh empat-perlima), 20 2/5 (dua puluh dua-perlima)
  10. Penulisan lambang bilangan yang berakhiran -an, maka penulisannya menggunakan tanda hubung (-) setelah angka atau jika penulisannya menggunakan huruf, maka penulisannya dapat dirangkai dengan angka. Misalnya:
    • tujuh lembar uang 1.000-an
    • tujuh lembar uang seribuan
    • Rumah ini sanggup untuk menampung 15-an orang.
  11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus, cukup salah satu saja, kecuali pada dokumen resmi seperti kwitansi dan akta. Misalnya:
    • Rumah makan ini memiliki dua puluh orang pegawai.
    • Rumah ini terjual dengan harga Rp150.000.000,00.