Daftar isi
Afrika merupakan sebuah benua yang berlokasi di sebelah kanan benua Eropa. Benua ini diyakini menjadi salah satu daratan yang ditinggali oleh spesies manusia kera atau manusia purba yang telah punah.
Spesies ini kemudian dikelompokkan atau diklasifikasikan ke dalam genus Australopithecine atau dalam bahasa kita disebut sebagai Australopithecus.
Genus ini terdiri dari 8 spesies manusia kera dan yang akan dibahas kali ini adalah spesies Australopithecus bahrelghazali.
Australopithecus bahrelghazali merupakan spesies yang ditemukan di daratan Afrika Tengah. Hingga saat ini para ahli belum menemukan fosil manusia lainnya di Afrika Tengah selain Australopithecus bahrelghazali. Sehingga manusia ini masih menjadi penemuan pertama dan satu-satunya.
Menurut para ahli mereka tinggal di Bumi Chad yakni di Koro Toro pada waktu 3,6 juta tahun yang lalu. Diketahui Australopithecus bahrelghazali juga tinggal di belahan Afrika lainnya dengan kata lain mereka hidup menyebar secara luas.
Penemuan-penemuan fosil manusia purba kala sudah berlangsung sejak abad ke 19 namun kerangka Australopithecus bahrelghazali tergolong baru. Fosil Australopithecus bahrelghazali baru saja ditemukan pada akhir abad ke 20 tepatnya tahun 1995.
Orang yang berjasa dalam penemuan ini adalah Michel Brunet yang merupakan seorang ahli paleontologi dari Perancis. Ia menemukannya di lembah Bahr el Ghazal, Chad.
Pada saat itu ia menemukan 2 buah spesimen yakni berupa tulang rahang bawah yang terdiri dari gigi premolar, taring bawah, dan gigi seri kedua bagian kanan serta gigi premolar atas pertama. Diketahui fosil tersebut adalah milik orang dewasa dan kemudian diberi nama “Abel”.
Penemuan lainnya terjadi dalam kurun waktu antara 1996 sampai dengan tahun 2000 tidak jauh dari lokasi penemuan pertamanya. Fosil yang ditemukan yakni berupa 4 buah spesimen berupa fragmen mandibula dan dua buah gigi.
Abel berhasil dikelompokkan pada tahun 1996 yakni menjadi bagian dari genus Australopithecus dinyatakan sebagai spesies baru yakni bahrelghazali. Nama “bahrelghazali” digunakan karena menyesuaikan nama lembah tempat pertama kali Abel ditemukan yakni lembah Bahr el Gazel.
Tahun 2008, para ahli mencoba melakukan penelitian untuk mengidentifikasi usia dan kapan Australopithecus Bahrelghazali melalui batuan sedimen yang sama dengan Abel. Hasil awal menunjukkan angka 3,58 juta tahu. Namun penelitian tidak berhenti di sana untuk memastikannya maka dilakukan uji coba kembali dua tahun kemudian. Hasilnya menunjukkan bahwa Au bahrelghazali hidup pada 3,65 juta tahun lalu. Berdasarkan hasil tersebut para ahli sepakat bahwa Australopithecus Bahrelghazali pada 3,5 juta tahun silam.
Meski demikian, para ahli telah melaporkan dan mempublikasikan penemuan Australopithecus Bahrelghazali sejak 2008 lalu.
Dengan berbagai cara atau metode Australopithecus Bahrelghazali berhasil memberikan gambaran ciri dan karakteristik spesies ini diantaranya adalah berikut.
Para ahli sempat mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi otak Australopithecus Bahrelghazali dikarenakan sedikitnya spesimen tengkorak yang ditemukan.
Namun fitur rahang masih bisa dilihat yakni tidak jauh berbeda dengan spesies australopithecus lainnya. Sehingga para ahli dapat menyimpulkan Au Bahrelghazali memiliki volume otak sekitar 400 cc–550 cc.
Gigi Au bahrelghazali serupa dengan yang dimiliki oleh Au. afarensis yakni gigi taring, gigi seri dan gigi premolar yang besar. Bagian alveolar tulang rahang vertikal dibandingkan dengan oblik. Begitu juga dengan simfisis mandibula sangat mirip dengan milik Au afarensis.
Berbeda dengan spesies lainnya,premolar Au bahrelghazali memiliki tiga buah akar sedangkan yang lainnya hanya dua buah. Enamel gigi Au bahrelghazali sama tebalnya dengan enamel gigi Au afarensis. Sementara itu bentuk bentuk dagu lebih vertikal dari spesies australopithecus lainnya.
Di bawah ini merupakan kehidupan dan kebudayaan yang dimiliki oleh Australopithecus Bahrelghazali.
Pada umumnya manusia purba dari genus Australopithecus memiliki kebudayaan yang masih sangat sederhana. Begitu juga dengan spesies Australopithecus bahrelghazali dimana mereka hanya memanfaatkan tongkat dan kayu seadanya tanpa adanya modifikasi apapun.
Para ahli masih meragukan apakah mereka sudah mengenal batu untuk perkakas karena tidak ditemukan fosil batu yang menunjukkan kehidupan Au Bahrelghazali.
Diperkirakan mereka hidup secara berkelompok meski dalam skala kecil yang terdiri dari laku-laki dan perempuan baik dewasa dan juga anak-anak.
Mereka hidup menyebar secara luas tidak hanya di Afrika Tengah melainkan juga di Afrika Timur dan Afrika Selatan. Mereka umumnya hidup di sekitar tepi danau, hutan, sabana dan daerah berumput lainnya.
Pola makan Au Bahrelghazali sama dengan sebagian besar spesies Australopithecus lainnya yakni lebih banyak memakan tanaman atau dedaunan. Namun ada pula yang menduga mereka sesekali memakan daging yang diperoleh dari hewan-hewan kecil.
Hingga saat ini masih menjadi pertanyaan dengan siapa Au. bahrelghazali memiliki hubungan kekerabatan. Sementara mereka diyakini berkerabat dengan Au.
Afarensis berdasarkan kemiripan karakteristik fisik mereka. Sebagian ahli lainnya menganggap mereka adalah subspesies dari Au afarensis. Untuk memastikannya para ahli masih membutuhkan banyak penelitian yang lebih lanjut.