Daftar isi
Salah satu jenis interaksi sosial asosiatif, atau dapat juga dikatakan sebuah interaksi sosial yang sifatnya positif. Proses asosiasi adalah sebuah proses interaksi sosial antara satu individu dengan individu lain atau terhadap kelompok sosial yang tujuannya mencari kesaamaan atau kesatuan.
Di dalam KBBI, akomodasi adalah penyesuaian sosial yang terjadi di dalam interaksi orang per orang dan kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
Sedangkan di dalam ilmu Antropologi, akomodasi diartikan sebagai penyesuaian manusia di dalam sebuah kesatuan sosial yang tujuannya untuk menghindari dan meredakan interaksi ketegangaan dan konflik.
Akomodasi tidak terjadi jika tidak ada pertentangan atau konflik yang terjadi di dalam masyarakat, akomodasi merupakan resolusi konflik. Ahli sosial Gillin dan Gillin mengatakan bahwa akomodasi adalah proses yang terjadi karena munculnya persaingan individu dan kelompok yang akhirnya menghasilkan konflik.
Sebagai sebuah cara untuk mengatasi pertentangan atau konflik yang terjadi antara dua pihak, maka akomodasi bisa saja bersifat permanen atau sementara. Hasil yang didapat dari akomodasi adalah keseimbangan serta kestabilan di antara kelompok masyarakat, baik secara sempit maupun secara luas.
Bentuk-bentuk akomodasi pun akhirnya muncul di dalam masyarakat, ada beberapa bentuk akomodasi yang memiliki tujuan baik, namun masing-masing bentuk tersebut diaplikasikan menyesuaikan dengan bentuk konflik dan keadaan di masyarakat.
Bentuk-bentuk akomodasi ini muncul dengan tujuan yang penting, tujuan akomodasi antara lain:
Berikut bentuk-bentuk akomodasi yang tumbuh di dalam masyarakat beserta penjelasannya
Koersi atau coercion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan paksaan. Akomodasi ini dilakukan ketika salah satu pihak memiliki keadaan yang lemah dan pihak lainnya lebih kuat. Bentuk akomodasi koersi ini bisa secara fisik dan psikologis.
Contoh koersi adalah perjanjian perang antar dua negara atau gencatan senjata. Gencatan senjata yang dilakukan oleh pihak militer sebenarnya bertujuan menekan angka kematian masyarakat sipil, namun tetap saja hal ini merugikan masyarakat.
Bentuk akomodasi kompromi merupakan bentuk akomodasi antara dua pihak yang masing-masing mengukur kembali atau mengurangi tuntutanya dengan tujuan menemukan penyelesaian. Kompromi ini membutuhkan sikap kedua pihak yang berkonflik untuk saling berempati dan memahami keadaan pihak lawan.
Contoh kompromi paling sederhana, ketika lalu lintas sedang macet dan mobil 1 tak sengaja menyerempet mobil 2. Karena dua pihak melakukan kompromi, akhirnya pihak mobil 2 tak keberatan hanya ditanggung setengah biaya saja, karena mengingat kerusakan yang juga terjadi pada pihak mobil 1.
Arbitrasi adalah kelanjutan dari proses kompromi yang tidak berhasil atau tidak menemukan titik temu antara dua pihak yang mengalami konflik. Arbitrasi membutuhkan pihak ke-3 yang dipilih oleh dua belah pihak yang berselisih, atau bisa juga dipilih oleh lembaga yang memiliki hak atau kedudukan lebih tinggi.
Mirip dengan bentuk akomodasi arbitrasi, di dalam mediasi juga membutuhkan pihak ke-3 untuk membantu menyelesaikan konflik.
Namun perbedaannya jika arbitrasi pihak ke-3 berkah memutuskan penyelesaian, sedangkan di dallam mediasi pihak ke-3 sangat netral dan tidak memiliki kewenangan menyatakan penyelesaian konflik secara formal.
Pihak ke tiga di dalam proses mediasi hanya memililki kedudukan sebagai penasehat, pihak ke tiga ini biasanya disebut mediator.
Konsiliasi atau conciliation tak jauh berbeda dengan konsep arbitrasi dan mediasi, pihak konsiliasi sebenarnya hampir mirip dengan arbitrasi, dimana pihak-pihak yang bertikai menggunakan pihak ketiga.
Bedanya konsiliasi biasanya menggunakan pihak ketiga yang secara sukarela membentu menyelesaikan permasalahan. Konsiliasi bersifat lebih lunak daripada koersi dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
Konsiliator akan diminta oleh kedua pihak untuk menyediakan konflik dengan proposal penyelesaian non-mengikat. Konsiliator tersebut akan bersifat netral dan memang tidak boleh memihak pada salah satu pihak.
Bentuk akomodasi ini tidak menghasilkan perjanjian secara sah atau tertulis, toleransi lebih mengarah kepada penghindaran konflik secara terbuka dan tidak ada konsesi yang dibuat oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik.
Toleransi lebih mengacu pada penerimaan pihak satu kepada pihak yang lain karena adanya keadaan tertentu. Masing-masing pihak menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab masing-masing. Toleransi muncul secara tidak sadar dan tidak terencana, karena lebih ke sikap individu atau kelompok.
Bentuk konversi muncul ketika salah satu pihak yang menyadari kesalahannya dan memahami pihak lainnya lebih benar. Konversi adalah melihat konflik dari sudut pandang lain dan mengidentifikasi diri dengan sudut pandang yang baru.
Proses konversi biasanya dilakukan dengan mengadopsi cara yang dilakukan oleh pihak lain, contoh bentuk akomodasi konversi ini sering terjadi di dalam konflik politik dan ekonomi.
Bentuk akomodasi rasionalisasi ini tak kalah pentingnya diaplikasikan di dalam konflik yang sedang terjadi baik antara individu maupun kelompok. Rasionalisasi lebih mengarahkan ke penjelasan “mengapa konflik terjadi?”.
Mengedepankan alasan dan penjelasan yang masuk akal terhadap sebuah masalah yang terjadi dan menghindari menghakimi kesalahan atau kekurangan pihak lain.
Bentuk akomodasi ajudikasi adalah akomodasi yang melibatkan pihak berwajib di bidang hukum yaitu pengadilan, untuk menyelesaikan konflik. Kedua pihak yang bertentangan sepakat untuk menyelesaikan di pengadilan atau memilih pengadilan sebagai pihak ke tiga, dengan melalui persidangan hukum.
Bentuk akomodasi ini konsepnya adalah memisahkan dua belah pihak yang memiliki konflik dengan tujuan menghindari konflik.
Sikap saling menghindar ini memiliki tujuan yang lebih besar agar konflik tidak berkelanjutan, terutama jika berkaitan dengan masyarakat luas.
Bentuk segregasi atau pemisahan ini dahulu pernah dilakukan oleh warga kulit putih dan kulit hitam di masa politik Apartheid.