Daftar isi
Vincent van Gogh, pelukis berkebangsaan Belanda yang karya-karyanya memang tak seindah kisah hidupnya. Ia dikenal sebagai pelukis pasca-impresionime yang telah menghasilkan 2100 karya selama 37 tahun hidupnya, dengan 860 lukisan diantaranya dilukis dengan menggunakan cat minyak. Vincent baru diperhitungkan sebagai salah satu pelukis besar bahkan disebut sebagai pelukis nomor dua terbesar setelah Rembrandt setelah dirinya telah tiada.
Gaya lukis uniknya dengan memberi sentuhan cat tebal hampir di setiap karyanya membuat Vincent memiliki nilai yang berbeda sebagai seorang seniman. Ia juga disebut sebagai pencetus aliran ekspresionisme yang memberikan pengaruh besar untuk perkembangan seni lukis awal abad 20. Berikut kita akan membahas biografi lengkap sang “pemotong telinga” ini mulai dari masa kelahiran, kehidupan, karya, hingga cerita menyedihkan dan tragis di balik kematian sang maestro lukis.
Vincent lahir dengan nama lengkap Vincent Willem van Gogh, lahir di Belanda tepatnya di Groot-Zundert Provinsi Brabant pada tanggal 30 Maret 1853. Ia adalah anak dari pasangan Theodorus van Gogh dan Anna Cornelia Carbentus. Sang ayah berprofesi sebagai pejabat di Gereja Reformis dan ibunya adalah seorang seniman. Masa kecilnya ia pernah menjalani homeschooling yang dibimbing langsung oleh ibunya dan seorang pengasuh. Vincent adalah anak yang serius dan berjiwa bijaksana.
Saat usia Vincent menginjak tujuh tahun yaitu pada tahun 1860, ia mulai mendapat pendidikan formal dengan bersekolah di salah satu sekolah lokal di kotanya. Selang empat tahun kemudian, orang tua nya menempatkannya di sekolah asrama. Sebagai seorang anak yang masih kecil dan labil, saat itu ia merasa ditinggalkan sendirian disana. Ia sempat mempunyai niat untuk pulang dan tidak ingin lagi sekolah disana. Namun orang tuanya malah menyekolahkannya di sekolah menengah kota Tilburg.
Memasuki usia 15 tahun, keluarga Vincent mengalami keterpurukan finansial yang memaksanya untuk berhenti sekolah dan mulai bekerja. Pekerjaan awalnya adalah sebagai pelayan di toko pamannya yang terletak di kota Den Haag. Toko dengan nama Goupil & Cie tersebut menjual barang-barang seni milik sang paman. Saat bersamaan, Vincent yang memang pribadi yang pintar telah menguasai beberapa bahasa asing seperti Jerman, Perancis, Inggris dengan baik.
Pada tahun 1873, Vincent dipindahkan untuk menjaga salah satu toko pamannya yang merupakan cabang dari Goupil & Cie ke salah satu kota di Inggris, Southampton Street. Disana ia mendapat penghasilan yang lebih besar dari ayahnya dikarenakan ia merupakan pegawai yang baik. Menetap di Inggris, membuatnya jatuh cinta pada kebudayaan Inggris. Disana, ia sering meluangkan waktu untk melihat pagelaran seni. Charles Dicken dan George Eliot adalah dua seniman yang membuatnya jatuh cinta akan karya-karya mereka.
Di Inggris juga lah, Vincent mulai jatuh cinta. Ia jatuh cinta kepad Eugenie Loyer yang tak lain adalah putri dari pemilik penginapan yang ia tinggali. Namun sayang, cinta Vincent ditolak oleh Loyer yang membuatnya benar-benar hancur. Karena frustasi, ia pun membuang semua buku-bukunya dan hanya meyisakan Alkitab. Ia berencana untuk mendedikasikan hidupnya hanya kepada Tuhan. Bahkan ia mengatakan kepada pelanggan tokonya bahwa seni itu adalah sesuatu yang tidak bernilai. Hal itu tentu aja membuat ayah dan pamannya marah dan dipecat dari pekerjaan.
Selanjutnya, pada tahun 1875, ayah dan pamannya mengirim Vincent ke Paris. Hal itu membuat rasa muak Vincent semakin menjadi, ditambah dengan adanya isu komodifikasi seni. Pada tahun 1876, ia kembali dikeluarkan dari pekerjaannya. Pada April 1876, Vincent kembali ke Inggris dan bekerja sebagai guru pengganti di sekolah asrama kecil Ramsgate, tanpa upah sepeserpun. Ia juga ikut pindah ke Isleworth ketika sang pemilik sekolah pindah kesana. Vincent juga pernah mengajar di Sekolah Pria Metodis dimana ia sudah benar-benar ingin menyerahkan hidupnya di gereja.
Pada tahun 1878, Vincent menjadi relawan di kawasan batu bara miskin. Disana, ia mengajar serta melayani orang yang sakit serta juga membuat gambar para penambang. Masyarakat disana sampai menjulukinya dengan ‘Yesus dari Tambang Batu Bara’. Namun sayangnya, Komite Injil di daerah sana tidak menyukai cara kerja Vincent. Hingga saat habis masa kontrak, komite memutuskan untuk tidak memperpanjang masa kerja dan membuat Vincent harus mencari pekerjaan lain untuk bertahan hidup.
Tahun 1880, merupakan awal yang baru bagi Vincent. Saat musim gugur, ia pindah ke kota Brussels dan mulai mencoba kehidupan sebagai seniman. Untungnya saat itu saudaranya yang bernama Theo, bersedia untuk menghidupi Vincent karena Vincent tidak pernah menerima pendidikan formal dalam bidang seni. Dapat dikatakan bahwa Theo adalah salah satu support system terbesar untuk seorang Vincent van Gogh dalam meniti karir sebagai seniman.
Vincent mulai mendalami seni melalui buku-buku seperti Travaux des champs dan Cours de dessin. Semua buku-buku itu dipelajari Vincent secara otodidak tanpa pendidikan khusus. Tahun 1885, lahirlah karya pertama Vincent yang ia beri judul “Potato Eaters”. Pada tahun 1886, Theo memutuskan untuk pindah ke Paris, Vincent pun ikut dengan sang adik dan tinggal bersama saudaranya di sebuah apartemen.
Di Prancis jugalah Vincent mulai menyukai seni Jepang dan mempunyai keinginan untuk mempelajari filosofi Timur. Pada tahun 1888, atas usul temannya, Vincent pergi ke desa yang terletak di bagian selatan Prancis. Ia disana banyak melukis dan menghabiskan uangnya untuk keperluan alat-alat lukis, bukan makanan atau kebutuhan lainnya.
Pada tahun 1888, Vincent mengalami gangguan psikologis dan merasa kondisi kesehatannya menurun. Sang adik Theo yang khawatir dengan kondisi kakaknya, meminta Paul Gauguin yang juga merupakan teman Vincent, untuk mengunjunginya ke desa. Garguin pun menyetujuinya. Selama sebulan hidup dengan Vincent, mereka sering bertengkar dan berbeda pendapat. Hingga pada suatu malam mereka bertengkar hebat dan Garguin memutuskan untuk keluar dari rumah. Merasa frustasi, Vincent serasa mendengar bisikan, hingga akhirnya ia memotong daun telinganya sendiri dengan menggunakan pisau cukur. Vincent pun pingsan dan bersimbah darah.
Setelah sadar, ia mendatangi rumah bordil dan menyewa seorang wanita bernama Rachel. Dengan kondisi masih dipenuhi darah, telinga itu ia berikan kepada Rachel dan berpesan agar telinga tersebut dijaga baik-baik. Keesokan harinya, pihak keamanan setempat menemukan Vincent dalam kondisi pingsan dan dibawa ke umah sakit terdekat. Ia dirawat hingga tanggal 7 Januari 1889, selama masa perawatan itu sang adik pernah mendatanginya pada perayaan natal. Setelah itu ia memutuskan untuk kembali melukis, namun ternayat melukis masih membuatnya depresi, frustasi dan tidak memberikan kedamaian.
Pada tanggal 8 Mei 1889, Vincent yang saat itu dirawat di rumah sakit jiwa, kembali melukis di kebun rumah sakit. Selanjutnya pada november 1889, dia mendapatkan undangan untuk mengirim lukisan pada pameran lukisan di Brussels. Untuk memenuhi undangan itu, Vincent mengirimkan total enam lukisan, diantaranta The Starry Night dan Irises. Mei 1890, Vincent keluar dari rumah sakit jiwa dan selanjutnya dirawat oleh seorang pelukis amatir, Dr Paul Gachet.
Selama hidupnya, Vincent telah menghasilkan sekitar 2100 lukisan. Berikut beberapa karya dari seorang Vincent van Gogh:
Semua hasil karya Vincent yang laku di pasaran, terjual setelah dirinya tiada. Sehingga ia baru mendapatkan popularitas sebagai salah satu pelukis yang diperhitungkan saat ia tidak melukis lagi.
Vincent mengakhiri hidupnya dengan mencoba membunuh dirinya sendiri dengan cara menembak dadanya pada tanggal 27 Juli 1890. Saat itu, ia tak langsung meninggal dan mendapat perawatan di rumah sakit. Peluru yang tersangkut di bagian tulang belakangnya tidak dikeluarkan yang menyebabkan terjadinya infeksi pada luka tersebut.
Hingga akhirnya tanggal 29 Juli 1890, Vincent van Gogh menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan di Auvers-sur-Oise. Kata terakhir yang ia ucapkan adalah “kesedihan akan bertahan selamanya”. Kematian sang kakak juga membawa dampak buruk untuk sang adik, Theo. Hingga akhirnya pada 25 Januari 1891, Theo menyusul sang kakak menuju keabadian, salah satu penyebabnya adalah karena penyakit sifilis yang menghinggapi tubuhnya. Vincent van Gogh, anda sudah tidak bersedih lagi. Theo, terima kasih karena telah mendukung si ‘pemotong telinga” dan merasa tidak terlalu kesepian di masa hidupnya.