Daftar isi
Seperti yang kita ketahui bahwa Kota Malang dikenal dengan julukannya sebagai Kota Apel. Namun di balik julukannya tersebut, Kota Malang nyatanya juga mempunyai peningggalan-peninggalan bersejarah di masa kerajaan yang hingga saat ini dapat dijadikan sebagai objek wisata. Salah satu peninggalan bersejarah pada masa kerajaan adalah Candi Sumberawan.
Candi Sumberawan adalah salah satu candi peninggalan dari Kerajaan Singasari. Candi ini memiliki bentuk yang sangat unik yakni hanya berupa sebuah stupa saja. Stupa itu sendiri merupakan bangunan yang berbentuk seperti mangkuk terbalik di mana yang dijadikan sebagai identitas dari suatu bangunan suci beragama Buddha.
Candi Sumberawan terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jika dari Candi Singosari, untuk menuju candi ini hanya berjarak sekitar 6 km saja. Karena candi ini bercorak stupa, sehingga digunakan oleh umat Buddha pada saat itu.
Candi Sumberawan adalah satu-satunya peninggalan candi berupa stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Batur candi yang ada di sana berdenah bujur sangkar serta tidak mempunyai tangga naik ruangan yang biasanya dipakai sebagai tempat penyimpanan benda suci. Selain itu, candi ini juga polos dan tidak memiliki relief.
Adapun bagian-bagian dari Candi Sumberawan yaitu kaki candi dan badan candi. Pada batur candi yang tinggi ada sebuah selasar di mana kaki candi tersebut mempunyai penampil keempat sisinya. Di atas kaki candi terdapat stupa yang terdiri atas lapuk bujur dan lapuk yang berbentuk segi delapan dengan bantalan Padma (bunga teratai merah). Sementara di bagian atas candi memiliki bentuk genta atau stupa yang puncaknya kini sudah hilang.
Karena ada beberapa kesulitan dalam pemugaran kembali pada bagian atas dari tubuh candi, oleh karena itu terpaksa bagian atas tidak dipasang kembali. Selain itu, diduga juga pada bagian puncaknya tidak dipasang ataupun dihias dengan payung atau chattra dikarenakan sisa-sisanya tidak dapat ditemukan sama sekali.
Candi Sumberawan terbuat dari batu andesit dengan memiliki ukuran antara lain:
Menurut pendapat para pakar ahli di asana, nama sumberawan itu sendiri diambil dari tempat berdirinya stupa ini. Dengan kata lain, sumberawan berasal dari dua kata yakni “sumber” dan “rawan”. Dari kedua kata tersebut kurang lebih mempunyai air sumber yang berasal dari rerawan atau rawa-rawa.
Kawasan Sumberawan dahulunya juga sering disebut sebagai Tanah Bidadari. Hal itu dikarenakan ada sumber yang konon sering dikunjungi oleh para bidadari. Bahkan apabila ada orang yang meminum air sumber dan membasuh wajah di sana akan terasa awet muda.
Air suci tersebut bernama Air Suci Tirta Amerta. Sumber yang mengalirkan air suci telah membuat para petapa sangat kuat untuk bertahan meditasi di dalam Candi Sumberawan sehingga menjadikan air tersebut air Amerta atau air keabadian. Selain itu, jika didasarkan pada penelitian laboratorim, air sumber tersebut memang sangat jernih dan bisa diminum secara langsung.
Bahkan sumber ini dipercaya sering diperebutkan oleh para dewa dan raksasa karena dengan air ini dapat memberikan kesaktian. Hingga kini, air sumber ini tidak hanya dapat digunakan untuk upacara peringatan waisaj saja, melainkan juga bisa dimanfaatkan untuk upacara pembaptisan bagi para agama penganut agama Kristen Protestan.
Para ahli purbakala telah memperkirakan bahwa Candi Sumberawan dahulunya adalah bernama “Kasurangganan”. Nama Kasurangganan tersebut merupakan sebuah nama yang terkenal di dalam Kitab Negarakertagama. Candi ini pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi. Ketika itu, raja sedang melakukan perjalanan keliling daerah.
Dari bentuk-bentuk yang tertulis pada bagian batur dan stupa/dagoba bisa diperkirakan bahwasanya bangunan candi ini telah dibangun pada abad ke-14 hingga abad ke-15 Masehi yakni pada periode Majapahit. Bentuk stupa yang ada di Candi Sumberawan telah menunjukkan bahwa latar belakang keagamaan saat itu memiliki sifat Buddhisme.
Berdasarkan penelitian, Candi Sumberawan ini pertamakali ditemukan pada tahun 1904. Kemudian diadakan kunjungan oleh peneliti dari Dinas Purbakala di tahun 1935. Selain itu, candi ini juga dilakukan pemugaran pada bagian kaki candinya sementara sisa bangunan lainnya direkonstruksi secara darurat. Pemugaran tersebut dilakukan pada masa pemerintahan Belanda yakni pada tahun 1937. Candi berupa stupa yang berbentuk bujur sangkar tanpa relief ini berselasar pada keempat kaki candi. Hal itu dengan membuat bantalan Padma yang memiliki jumlah delapan bantalan.
Candi yang berdiri kokoh di lereng Gunung Arjuno ini telah mempunyai atmosfer yang memberikan ketenangan di mana cocok untuk melakukan meditasi. Ketenangan tersebut juga datang dari panorama di sekitar candi yang sangat alami dan keasriannya tersendiri.
Berikut ini beberapa fungsi dibangunnya Candi Sumberawan:
Dari sejarah, ciri dan fungsinya yang telah dijelaskan di atas, kita dapat menemukan fakta-fakta unik dari Candi Sumberawan. Adapun beberapa fakta tersebut diantaranya yaitu:
Hingga kini, kondisi Candi Sumberawan masih tetap terawat dan terpelihara dengan baik. Bahkan sudah terlihat sangat indah dengan adanya pohon-pohon pinus yang ridang di sekitar lokasi candi tersebut. Hal itu tentunya akan membuat siapa saja yang berkunjung ke sana terasa nyaman dan sejuk. Sehingga menjadikan candi ini sebagai kawasan wisata fun education bagi para wisatawan lokal maupun dari luar daerah.