Daftar isi
Gereja biasa dikenal sebagai suatu tempat untuk orang Kristen beribadah. Namun, gereja bukan sekedar hanya sebuah gedung. Gereja adalah sebuah persekutuan bagi umat percaya.
Sebagai sebuah persekutuan, setiap gereja akan memiliki suatu tata ibadah tertentu, suatu keyakinan tertentu yang diyakini bersama yang kemudian dapat membedakan gereja yang satu dengan gereja lainnya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memasukkan kata denominasi sebagai kategori Kristen dengan definisi kelompok keagamaan yang dapat diidentifikasi di bawah satu nama, struktur, dan doktrin.
Definisi ini menjelaskan bagaimana denominasi memberikan keragaman pada gereja-gereja di Indonesia berdasarkan nama, struktur, dan doktrin.
Saat ini, ada beberapa denominasi yang dikenal di Indonesia, yaitu Lutheran, Calvinis, Anabaptis, Metodis, dan Anglikan.
Denominasi gereja Kristen Protestan di Indonesia yang pertama adalah Gereja Lutheran. Sesuai namanya, denominasi Lutheran memiliki dasar yang sesuai ajaran Martin Luther. Martin Luther adalah seorang tokoh reformasi gereja abad ke-16.
Ajaran Lutheran teringkas dalam tiga sola, yaitu sola fide yang berarti “hanya iman”, sola gratia yang berarti “hanya anugerah”, dan sola scriptura yang berarti “hanya Kitab Suci”.
Melalui ketiga sola ini, Martin Luther menegaskan ajaran bahwa manusia hanya bisa mendapatkan keselamatan karena iman pada anugerah Allah melalui Yesus seperti yang dikatakan Kitab Suci.
Gereja Lutheran hanya mengakui adanya dua sakramen, yaitu Sakramen Baptis dan Perjamuan Kudus.
Baptisan dipercaya sebagai karya Allah dan sesuai dengan perkataan Yesus. Selain itu, roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus dipercaya sebagai tubuh dan darah Kristus. Kristus sendiri yang memerintahkan umat-Nya untuk melakukan Perjamuan Kudus.
Gereja Lutheran tidak mengakui sakramen lainnya yaitu peneguhan, pengakuan dosa, penahbisan imam, pengurapan, dan perkawinan yang diyakini oleh gereja Katolik pada masa itu hingga saat ini.
Selain itu, seiring dengan perjalanan gerakan reformasinya, Martin Luther meyakini bahwa peran pemerintah dibutuhkan dalam keberjalanan gereja.
Ia menggunakan teori dua kerajaan yang menjelaskan hubungan gereja dengan negara.
Ajaran-ajaran Lutheran pun sesuai dengan watak oikumene yang memiliki insiatif untuk keesaan di dunia.
Gereja-gereja Lutheran umumnya menjadi anggota LWF (Lutheran World Federation). Setidaknya ada delapan gereja Lutheran di Indonesia yaitu:
Gereja-gereja Lutheran di atas juga tergabung dalam PGI (Persekutuan Gereja-gereja Indonesia) yang mendukung watak oikumene.
Gereja-gereja Lutheran pun umumnya menggunakan Pengakuan Iman Rasuli sebagai pola pengakuan iman.
Selain itu, dalam tata ibadahnya, selalu ada penekanan pengakuan dosa dan pengampunan.
Gereja Lutheran juga memiliki tata ibadah yang teratur dan sama setiap minggunya.
Denominasi gereja Kristen Protestan di Indonesia selanjutnya adalah Gereja Calvinis.
Seperti Lutheran, denominasi Calvinis pun berasal dari nama seorang tokoh reformasi, Johannes Calvin.
Denominasi Calvinis hampir setua denominasi Lutheran dengan penganut kedua terbesar di dunia setelah Lutheran.
Calvin sendiri menulis buku Institutio Christianae Religionis yang berisi uraian pokok-pokok iman Kristen.
Isi buku ini kemudian menjadi pegangan untuk ajaran gereja Calvinis.
Calvin juga membentuk Peraturan-peraturan Gerejawi yang menjadi penerapan dari ajarannya.
Inti dari ajaran Calvinis adalah yakin akan kedaulatan dan kemuliaan Allah. Calvin melandaskan keyakinan ini atas dasar Alkitab sehingga ia pun setuju dengan prinsip sola scriptura milik Martin Luther.
Gereja-gereja Calvinis juga menerapkan prinsip oikumene dalam kehidupan bergerejanya. Ada banyak tokoh oikumene yang muncul dari kalangan gereja Calvinis.
Sebagian besar ajaran Calvin mirip dengan ajaran Luther seperti keyakinan pada sola gratia dan sola fide.
Namun, Luther lebih menekankan pada pembenaran, sedangkan Calvin lebih fokus pada pengudusan sebagai buah dari pembenaran.
Calvin percaya bahwa hukum Taurat bukan hanya untuk menyatakan kehendak Allah dan menyadarkan manusia tentang dosa, seperti yang diyakini Luther.
Ia berpendapat bahwa hukum Taurat juga membantu manusia memiliki hidup yang baru setelah pengudusan.
Sebagai tambahan, Calvin juga percaya bahwa keselamatan hanya Allah berikan pada orang-orang terpilih dan tidak tersedia untuk semua orang.
Selain itu, denominasi Calvinis, seperti juga denominasi Lutheran tidak menganggap penting arti kebanyakan simbol dan benda, misalnya arti pohon Natal dan hiasannya. Hal-hal tersebut tidak diharuskan ada dalam ibadah.
Gereja-gereja Calvinis tergabung dalam World Alliance of Reformed Churches (WARC).
Di Indonesia sendiri tidak ada gereja yang menggunakan nama Calvinis, tetapi ada banyak gereja yang mengaku dipengaruhi ajaran Calvnis. Gereja-gereja tersebut adalah:
Gereja-gereja di atas biasa disebut memiliki aliran “arus utama” yang memang sesuai Calvinis. Namun, gereja beraliran injili di Indonesia seperti GRII (Gereja Reformed Injili Indonesia) pun mengaku juga sebagai Calvinis.
Gereja-gereja Calvinis mengikuti tata ibadah yang sudah ditetapkan oleh Calvin.
Selain itu, sesuai dengan yang ditekankan Calvin, gereja Calvinis memiliki keteraturan jabatan di dalam struktur organisasinya.
Sebagai ciri khas gereja Calvinis, gereja ini memiliki tata ibadah yang teratur.
Ada makna dalam setiap unsur ibadahnya yaitu doa, nyanyian, pemberitaan Firman, dan pelayanan lainnya. Di samping itu, kebanyakan gereja Calvinis menyanyikan pujian Mazmur.
Denominasi anabaptis adalah denominasi yang memiliki banyak aliran, seperti mennonit.
Pada denominasi anabaptis, akal budi menjadi bagian yang penting dalam memahami ajaran gereja.
Gereja anabaptis adalah gereja yang mendukung sepenuhnya baptisan anak sebagai tanda perjanjian untuk seluruh keluarga, bukan hanya orang tua.
Namun, gereja Anabaptis berpendapat bahwa gereja haruslah bersifat sukarela.
Gereja Anabaptis mengacukan ajarannya pada dokumen “Pengakuan Iman Scleitheim”.
Mereka menyatakan tujuh pokok pandangan yaitu baptisan, pengucilan, perjamuan kudus, pemisahan dari dunia kegelapan dan kekejian, kepemimpinan di dalam gereja, larangan menggunakan pedang, dan larangan bersumpah.
Salah satu contoh gereja Anabaptis adalah GITJ (Gereja Injili di Tanah Jawa) yang beraliran Mennonit.
Gereja-gereja beraliran Mennonit lainnya tergabung dalam Persatuan Gereja-gereja Kristen Muria Indonesia (PGKMII).
Denominasi metodis merupakan hasil perkembangan gereja Anglikan. Denominasi metodis mengikuti ajaran teologi yang dikembangkan oleh John Wesley.
Denominasi metodis memiliki pemikiran yang berbeda dengan Calvinis dalam hal menerima keselamatan.
Mereka percaya bahwa keselamatan adalah hak semua orang dan manusia dapat menerima ataupun menolak keselamatan tersebut.
Di Indonesia, gereja Metodis tidaklah terlalu besar. Gereja metodis terbesar di Indonesia adalah GMI (Gereja Methodist Indonesia). Selain itu, ada Gereja Wesley Indonesia dan Gereja Kristus.
Denominasi Anglikan belum banyak hadir di Indonesia. Gereja Anglikan memiliki struktur yang sama dengan Gereja Kristen Romawi dengan mengembangkan beberapa hal yang khas bagi gerejanya.
Namun, dalam sejarahnya, kekhasan gereja Anglikan banyak bergantung pada kondisi politik di masanya sehingga sering terjadi perubahan.
Gereja Anglikan sering disebut sebagai Gereja Katolik yang otonom dan bebas dari Roma.
Gereja Anglikan pun menjadi condong ke Kristen Protestan karena pada masa pemerintahan Raja Henry VIII, gereja ini mengangkat seorang rohaniwan yang lebih cenderung ke Protestan sebagai uskup.
Gereja Anglikan sendiri menggunakan dokumen “Tiga Puluh Sembilan Pasal tentang Agama” sebagai pedoman ajarannya.
Pada dokumen ini, pengaruh Calvinis sangat terasa. Gereja Anglikan juga menggunakan “Buku Doa Umum” sebagai panduannya.
Bagi gereja Anglikan, otoritas gereja dipegang oleh gabungan Alkitab, tradisi, dan akal budi. Lalu, sama seperti gereja Katolik, pada pelayanan baptisan, jemaat akan diberikan nama baptis.
Namun, meskipun memiliki banyak kesamaan dengan gereja Katolik, gereja Anglikan hanya meyakini dua sakramen yaitu baptisan dan Perjamuan Kudus.
Gereja Anglikan di Indonesia sendiri berasal dari warga Kristen asal Inggris yang kebanyakan jemaat Anglikan meski tidak semua. Sehingga awalnya gereja-gereja ini tidaklah murni Anglikan.
Pada awalnya hanya terdapat dua gereja Anglikan di Indonesia yaitu di Jalan Arif Rahman Hakim, Jakarta Pusat dan Jalan Diponegoro, Surabaya.
Gereja-gereja Anglikan ini memiliki ibadah yang berpusat pada Perjamuan Kudus.
Tidak masalah jika tidak ada khotbah dan nyanyian, asal ada pembacaan Alkitab dan Perjamuan Kudus.
Jemaat yang dapat menerima Perjamuan Kudus hanyalah jemaat yang telah menerima baptisan terlebih dahulu.