Daftar isi
- 1. Lokasi di antara Dua Provinsi
- 2. Gunung Paling Muda di Selatan Jawa
- 3. Lebih dari 80 Kali Letusan
- 4. Gunung Merapi sebagai Taman Nasional
- 5. Ada Wedhus Gembel
- 6. Nama Gunung Berasal dari Bahasa Sansekerta
- 7. Sempat Menjadi Penyebab Hilangnya Candi Sambisari
- 8. Gunung dengan Banyak Mitos
- 9. Menjadi Patokan Arah
- 10. Ada Stasiun Pemantauan
Gunung Merapi adalah salah satu gunung paling terkenal dan paling aktif di Jawa yang tidak hanya menarik dari segi riwayat letusan atau erupsinya. Asal nama gunung ini, lokasi, hingga mitos-mitos yang beredar dan hingga kini dipercayai oleh masyarakat setempat juga tergolong unik.
Berikut di bawah ini adalah fakta-fakta menarik Gunung Merapi yang berpotensi kebencanaan tinggi walau dibuka sebagai tempat wisata dan tercatat sering erupsi, bahkan setiap 2-5 tahun sekali.
1. Lokasi di antara Dua Provinsi
Banyak orang hanya tahu bahwa lokasi Gunung Merapi ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Padahal, lokasi sebenarnya dari gunung tanpa vegetasi karena aktivitas tingginya ini adalah ada di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta dan dalam administrasi tercatat ada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Letak gunung yang disakralkan dan bahkan mempunyai seorang juru kunci ini tepatnya ada di empat kabupaten, selain Kabupaten Sleman, Gunung Merapi juga berbatasan dengan Kabupaten Klaten (tenggara), Kabupaten Boyolali (timur dan utara), serta Kabupaten Magelang (barat).
Dari jajaran gunung api di Jawa Tengah, posisi Gunung Merapi ada di selatan dengan urutan utara ke selatan ada Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, lalu baru Gunung Merapi. Oleh karena hal ini juga, rute pendakian Gunung Merapi termasuk mudah karena umum dan memiliki banyak sisi untuk ditempuh.
2. Gunung Paling Muda di Selatan Jawa
Gunung Merapi sebagai gunung paling muda dari seluruh gunung berapi di selatan Jawa adalah fakta yang tidak banyak diketahui. Terbentuk sekitar 400.000 tahun yang lalu di masa pleistosen, gunung kerucut ini adalah hasil dari letusan vulkanik berkelanjutan.
Gunung Merapi juga disebut sebagai gunung paling muda dari gunung-gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran karena bahkan letusan besar pertamanya terjadi di tahun 1006 Masehi. Dari hasil letusan hebat tersebut, 1.000 orang menjadi korban meninggal dunia.
Letusan pada tahun 1006 Masehi memang menjadi yang paling besar, namun letusan di tahun 1930 memakan lebih banyak korban, yakni sebanyak 1.300 jiwa tewas dan desa-desa di sekitar gunung ini terkena dampak dari banjir aliran lava. Sementara itu, letusan tahun 1994, 2006, dan 2010 walau tidak sampai menewaskan terlalu banyak orang, terdapat ribuan warga sekitar yang harus mengungsi.
3. Lebih dari 80 Kali Letusan
Sudah terjadi lebih dari 80 kali letusan Gunung Merapi sejak tahun 1768 dan letusan hebat tak luput dari kejadian-kejadian tersebut. Letusan yang terbilang besar memiliki sifat eksplosif dan awan panas menyebar lebih jauh dengan dampak mencapai 15 kilometer.
Letusan atau erupsi pada abad ke-19 adalah letusan besar dan hebat pada masanya, sebab jangkauan awan panas dari letusan tersebut bisa sampai 20 kilometer dari puncak. Sementara itu, letusan-letusan di abad ke-20 jauh lebih sering namun tak sebesar, sehebat, dan seberbahaya letusan di abad ke-19.
4. Gunung Merapi sebagai Taman Nasional
Kawasan ini pada tahun 2004 telah ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan sebagai taman nasional. Selain dari penetapan ini, usai letusan besar pada tahun 2006, pemerintah juga membangun Pusat Museum Merapi.
Walau sempat mendapatkan tentangan dari Forum Lingkungan Hidup Indonesia di pengadilan mengenai keputusan penetapan taman nasional karena pemerintah kurang melakukan konsultasi dengan warga lokal, kawasan gunung api aktif yang letaknya di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta seluas 6.410 hektar ini tetap akhirnya dijadikan taman nasional.
Sementara itu, museum yang telah dibangun bisa dijumpai di Jalan Kaliurang Km. 25,7, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Di museum ini terdapat replika letusan Merapi Pasca 2010 dan masih banyak pengetahuan lainnya yang bisa diperoleh para pelajar Indonesia yang datang berkunjung ke museum ini.
5. Ada Wedhus Gembel
Istilah wedhus gembel berasal dari bahasa Jawa dan hanya untuk Gunung Merapi, walaupun sebenarnya wedhus gembel adalah nama khusus untuk penyebutan awan panas. Awan panas sendiri selalu keluar dari gunung api aktif, namun hanya awan panas Gunung Merapi yang disebut berbeda.
Wedhus gembel sendiri adalah bahasa Jawa yang bila diartikan benar-benar ke bahasa Indonesia adalah “kambing berbulu lebat”. Perumpamaan bentuk awan panas yang menyerupai bulu lebat kambing inilah yang kemudian membuat masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta menyebut wedhus gembel.
6. Nama Gunung Berasal dari Bahasa Sansekerta
Nama Merapi berasal dari kombinasi bahasa Sansekerta (Meru yang artinya “gunung”) dan bahasa Jawa (Api yang artinya “api”). Gunung setinggi 2.910 meter di atas permukaan laut yang meletus terakhir kali pada tahun 2020 ini otomatis memiliki arti nama “Gunung Api” bila Meru dan Api disatukan menjadi Merapi.
7. Sempat Menjadi Penyebab Hilangnya Candi Sambisari
Pada tahun 1006 Masehi, Gunung Merapi yang meletus menjadi penyebab Candi Sambisari sempat menghilang. Letusan dahsyat Gunung Merapi rupanya berdampak terlalu serius pada Candi Sambisari dan candi-candi lain yang berada tak jauh dari gunung ini.
8. Gunung dengan Banyak Mitos
Banyaknya mitos serta kepercayaan yang beredar sejak dulu dan masih diyakini oleh masyarakat sekitar turun-temurun. Salah satu mitos tersebut adalah bahwa di dalam Gunung Merapi ada salah satu istana (dalam Keraton Jawa) yang digunakan penguasa kerajaan roh.
Empu Permadi dan Empu Rama adalah pemerintah di istana tersebut di mana kepercayaan ini sudah melekat di desa-desa sekitar Merapi. Konon diyakini bahwa istana ini menjadi tempat tinggal bagi arwah para leluhur yang dulunya orang-orang shaleh dan telahmeninggal selain dari penguasa roh tersebut.
Arwah-arwah lelulur tersebut tinggal di keraton menjadi abdi dalem dan biasanya hadir di dalam mimpi setiap keturunannya sebagai pemberi peringatan atau ramalan. Selain itu, istana tersebut adalah pendamping spiritual Kesultanan Yogyakarta, hadir secara lengkap dengan pangeran, kendaraan, jalan, hewan peliharaan, hingga para pasukan tentara.
Mitos lainnya yang diketahui dari Gunung Merapi adalah adanya penghuni makhluk-makhluk halus lainnya dan kepercayaan ini pun sudah lama dipegang oleh warga setempat. Gunung keramat ini juga diketahui memiliki sosok Nyai Gadung Melati sebagai penjaga hewan ternak di kerajaan gaib tadi.
9. Menjadi Patokan Arah
Gunung Merapi dijadikan warga lokal sebagai patokan arah utara. Ketika dalam kondisi aman dan normal dan dalam cuaca cerah, maka biasanya puncak Gunung Merapi mudah terlihat karena gunung ini menjulang tinggi.
Hal tersebut dijadikan sebagai sebuah keuntungan bagi orang-orang yang tersesat dan ingin mengetahui di sebelah mana arah utara. Bila bertanya arah utara kepada warga Yogyakarta khususnya, maka seseorang akan diberi petunjuk berupa pemandangan Gunung Merapi sebagai patokan arah utara.
10. Ada Stasiun Pemantauan
Stasiun pemantauan Gunung Merapi sudah ada dan prosesnya dilakukan sejak tahun 1924, terutama untuk pemantauan seismik. Pemasangan sebuah kamera dilakukan di Observatorium Ngepos yang jaraknya 12 km dari Gunung Merapi dan pemantauan terhadap perpindahan kubah sampai kurang lebih 0,2 meter dapat terus berjalan.
Peralatan-peralatan yang mendukung di stasiun pemantauan Plawangan, Selo (ada di antara Merapi dan Merbabu), dan Babadan (ada di barat laut) pun sudah melalui proses pembaruan agar semakin optimal dalam penggunaannya. Sebab pada letusan di tahun 1930, sejumlah pos pemantauan sempat mengalami kerusakan dan kehancuran.
Proyek Degassing Karbon Dalam Bumi memiliki peran sebagai pemantau Gunung Merapi dan sejumlah gunung aktif lainnya di Pulau Jawa. Jenis pemantauan melingkupi pengamatan terhadap pergerakan tanah, gempa bumi, kimia air, gas vulkanik, analisa satelit jarak jauh, dan kimia batuan.