Daftar isi
Umar bin Khattab, salah satu sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga, menorehkan jejak kepemimpinan dan kearifan yang tak terlupakan. Dalam deretan fakta-fakta mengenai Umar bin Khattab, terungkap kebesaran hati dan kontribusinya bagi Islam. Berikut adalah sorotan rapi mengenai sosok Umar bin Khattab:
Nabi Muhammad SAW pernah bermimpi berada di Surga dan melihat seorang wanita berwudhu di dekat sebuah istana. Ketika ditanya, istana tersebut adalah milik Umar bin Khattab. Umar, dengan rendah hati, menangis dan membantah kecemburuan, menunjukkan kebesaran hati beliau. Pemimpin yang adil, tegas, dan penuh kebijaksanaan, Umar bin Khattab diakui sebagai salah satu “Penduduk Surga yang Melangkah di Bumi.
Umar bin Khattab dikenal sebagai manusia yang begitu ditakuti oleh setan. Setan menghindari pertemuannya, mengambil jalur lain jika bertemu dengan Umar. Keimanan dan ketakwaannya membuatnya menjadi rahmat yang menakutkan bagi setan.
Banyak diceritakan tentang kisah jin dan setan yang merasa takut pada Umar bin Khattab, hal ini diteruskan langsung oleh Rasulullah SAW melalui perkataan Aisyah Ra. Rasulullah SAW menyampaikan, “Sesungguhnya setan melarikan diri ketakutan saat berjumpa dengan Umar,” sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir.
Tak hanya itu, dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW juga pernah menyatakan, “Wahai Ibnu al-Khattab, demi Allah, yang menjaga nyawaku, sesungguhnya setan tidak akan menyongsongmu ketika engkau berjalan di suatu jalan, melainkan dia akan mencari jalur lain yang tidak engkau tempuh.”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa kepada Allah, memohon kemuliaan Islam melalui salah satu dari dua orang yang Allah cintai, yakni Abu Jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattab. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai sosok yang lebih dicintai.
Kisah ini terjadi pada saat Umar bin Khattab belum menjadi seorang Muslim. Rasulullah SAW berdoa, mengharapkan agar Allah membuka hati dan memberikan petunjuk kepada Umar untuk memilih jalan kebenaran. Doa Rasulullah menjadi kunci kejadian bersejarah ketika Umar bin Khattab akhirnya mengalami hidayah dan memeluk agama Islam.
Umar bin Khattab, sahabat pilihan Rasulullah yang memiliki visi besar untuk menyatukan wahyu Allah SWT dalam sebuah kitab. Inovasi brilian Umar ini membuka pintu bagi muslim masa kini untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan kekonsistenan masa Rasulullah SAW.
Dalam awal perkembangan Islam, penyusunan ayat-ayat Al-Qur’an dimulai di masa Rasulullah. Meski tanpa pembukuan resmi, para sahabat sudah memahami tata letak ayat. Hafalan yang kuat dan jumlah penghafal yang melimpah membuat buku tidak menjadi kebutuhan mendesak.
Namun, Umar melihat risiko besar jika Al-Qur’an tidak segera dikumpulkan dalam sebuah kitab. Usulnya awalnya ditolak oleh Abu Bakar, sahabat penuh taat pada ajaran Rasulullah. Namun, dengan izin Allah, hati Abu Bakar terbuka dan dia menyetujui usul tersebut.
Tugas penyusunan jatuh ke pundak Zaid bin Tsabit, sahabat yang terampil dalam qira’at, hafalan, penulisan, dan pemahaman Al-Qur’an. Awalnya enggan, Zaid menyadari betapa beratnya tugas ini, seperti memindahkan bukit. Namun, setelah pertimbangan panjang, dia bersedia.
Zaid memulai misinya dengan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tersebar di pelepah kurma dan menghimpun hafalan dari para penghafal Al-Qur’an. Gagasan Umar, yang sempat tertolak, ternyata membawa dampak luar biasa pada dunia pendidikan.
Usulan brilian Umar bin Khattab membuka pintu untuk generasi mendatang, memastikan warisan suci Al-Qur’an terjaga dan terus dipelajari. Langkah besar ini tak hanya menyatukan ayat-ayat Ilahi, tetapi juga mewariskan pengetahuan dan kearifan Islam kepada umat.
Umar bin Khattab, pribadi yang kokoh dan tegas, meraih pencerahan luar biasa yang membawanya kepada pintu Islam. Kejadian ini terjadi setelah momen emosional di mana saudaranya dan istrinya membaca Al-Qur’an.
Sebelumnya, Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang tegas dan tidak mudah terpengaruh. Namun, takdir berbicara saat Al-Qur’an memasuki rumahnya melalui suara merdu saudaranya dan istrinya yang sedang membacanya. Kata-kata Ilahi yang terpampang jelas dalam Al-Qur’an meresapi hati Umar.
Dalam momen pencerahan tersebut, hati Umar terbuka lebar dan kebenaran Islam menjelma di hadapannya. Saat itu, Umar menyadari keindahan dan kedalaman ajaran Islam, yang dipaparkan begitu apik dalam Al-Qur’an. Langsung terbersit dalam benaknya keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang agama baru yang disampaikan dalam kitab suci tersebut.
Dengan penuh keyakinan dan ketenangan, Umar bin Khattab memutuskan untuk memeluk Islam. Keputusannya tersebut menjadi momen bersejarah dalam perjalanan hidupnya dan membuktikan bahwa cahaya petunjuk Allah bisa menyinari hati yang penuh kegelapan.
Perjalanan Umar bin Khattab yang mengarah kepada Islam adalah cermin dari kekuatan Al-Qur’an dalam membawa hidayah kepada setiap jiwa yang terbuka. Langkah besar Umar bin Khattab ini menjadi inspirasi bagi banyak orang, menggambarkan bahwa kebenaran selalu bersinar di tengah kegelapan, siap menerangi hati-hati yang terpilih.
Pembangunan Baitul Mal dan masjid-masjid tertua memiliki peran penting dalam sejarah Islam, terutama di masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Salah satu kontribusi utama Umar bin Khattab adalah mendirikan Baitul Mal, yang sebelumnya berada di Masjid Nabawi.
Selain itu, beliau memperbesar dan membangun beberapa masjid terkenal, termasuk Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Umar bin Khattab memainkan peran sentral dalam merancang dan mengorganisir Baitul Mal secara terstruktur.
Ia mengumpulkan semua sumber daya keuangan umat Islam di satu tempat agar dapat dikelola dan didistribusikan secara efisien. Baitul Mal di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab berfungsi sebagai pusat pengumpulan dan distribusi zakat serta sadaqah.
Umar memastikan bahwa dana ini digunakan untuk membantu fakir miskin, yatim piatu, dan orang-orang yang membutuhkan. Baitul Mal juga digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang bermanfaat bagi masyarakat. Ini mencakup pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya.
Selain itu untuk masjid, Umar bin Khattab berkomitmen untuk memelihara dan memperluas Masjidil Haram di Mekkah. Pemeliharaan ini termasuk perbaikan dan perluasan bangunan di sekitar Ka’bah. Masjid Quba, yang merupakan masjid tertua di dunia Islam, juga mengalami perbaikan dan perluasan pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab.
Penaklukan Persia Salah satu pencapaian besar di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab adalah penaklukan Persia. Pasukan Islam yang dipimpin oleh sahabat seperti Khalid bin Walid berhasil menaklukkan wilayah Persia yang luas. Penaklukan ini membuka jalan bagi masuknya Islam ke wilayah tersebut.
Penaklukan di Byzantium Wilayah Byzantium juga menjadi sasaran penaklukan. Pasukan Islam berhasil merebut sejumlah wilayah Byzantium, membawa pengaruh Islam ke daerah-daerah tersebut. Untuk Penaklukan di Mesir, Umar bin Khattab mengirim pasukan untuk menaklukkan Mesir, yang pada akhirnya berhasil direbut oleh pasukan Islam di bawah Amr bin Al-As. Penaklukan Mesir menjadi langkah penting dalam ekspansi kekuasaan Islam.
Umar bin Khattab mengajukan gagasan penetapan tahun Hijriyah. Saat itu, Umar mempertimbangkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah sebagai titik awal kalender Hijriyah. Setelah konsultasi dan musyawarah dengan para sahabat, terutama Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Abbas, Umar bin Khattab menetapkan tahun hijrah sebagai awal kalender Islam.
Pemilihan tahun hijrah ini tidak hanya sebagai peristiwa sejarah, tetapi juga melibatkan pertimbangan praktis untuk kepentingan umat Islam. Penetapan tahun Hijriyah oleh Umar bin Khattab membawa keberhasilan dalam menyatukan umat Islam dengan sistem penanggalan yang lebih sesuai dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Umar bin Khattab sering disebut dengan panggilan “Amirul Mukminin,” yang berarti “Pemimpin Orang-orang Mukmin.” Ini adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada para khalifah atau pemimpin Muslim pada masa itu. Gelar ini mencerminkan pengakuan atas otoritas dan kepemimpinan mereka di kalangan umat Islam. Jadi, panggilan akrabnya adalah “Amirul Mukminin Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab dibenci dan dihujat oleh Kaum Syiah karena dianggap merebut tampuk pemerintahan dari tangan Ali bin Abi Thalib. Meskipun Ali setuju dengan kepemimpinan Umar, sebagian Kaum Syiah memandang negatif.
Terdapat perbedaan pendapat dan interpretasi ajaran Islam di antara berbagai kelompok, termasuk kaum Syiah dan Sunni. Konflik muncul karena perbedaan interpretasi terkait kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Beberapa kelompok yang mengidentifikasi diri sebagai Syiah memiliki pandangan kritis terhadap pemerintahan dan pemilihan khalifah, termasuk Umar bin Khattab.
Saat wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, menciptakan warisan senilai triliunan rupiah. Keberhasilan pertanian beliau memberikan penghasilan yang signifikan, menunjukkan kesejahteraan finansialnya.
Umar bin Khattab, sosok yang dipenuhi kearifan, keberanian, dan ketakwaan, membuktikan bahwa kepemimpinan yang kuat dapat menciptakan perubahan berarti dalam sejarah. Dengan warisan luar biasa, Umar bin Khattab tetap menjadi inspirasi bagi umat Islam hingga saat ini.