Daftar isi
- 1. Bentuk Atap Rumah Gadang Seperti Kapal
- 2. Ukiran Dinding Rumah Gadang Memiliki Filosofi
- 3. Pilar Rumah Gadang Menghalau Binatang Buas
- 4. Jumlah Ruangan Rumah Gadang Sejumlah Penghuni Wanita
- 5. Makna Tangga Pintu Masuk Rumah Gadang
- 6. Bentuk Rumah Gadang Anti Gempa
- 7. Rumah Gadang Hanya ditinggali oleh Wanita
- 8. Tidak Menggunakan Paku
- 9. Rumah Gadang Berlokasi di Wilayah Sakral
- 10. Rumah Gadang Tahan Terhadap Rayap
Rumah Gadang merupakan salah satu rumah adat Indonesia dari Minangkabau, Sumatera Barat. Rumah adat itu begitu terkenal hingga ke mancanegara.
Bahkan kita bisa melihat bentuk rumah ini di luar Minangkabau. Bentuk rumah ini sering digunakan oleh pemilik warung makan padang yang tersebar di seluruh negeri.
Rumah Gadang mempunyai beberapa nama lain seperti Rumah Godang dan Rumah Bagonjan. Rumah adat kebanggaan Indonesia ini tidak hanya megah dan indah, Rumah adat Minang ini memiliki banyak fakta menarik diantaranya adalah:
1. Bentuk Atap Rumah Gadang Seperti Kapal
Bentuk atap dari rumah gadang ini memang unik dan menjadi ciri khas sendiri. Bentuknya melengkung ke atas seperti tanduk kerbau dan bertumpuk. Atap bernama “gonjong” ini sering dikaitkan dengan bentuk kapal.
Bahan atap rumah gadang ini terbuat dari ijuk yang sama dengan rumah adat di Papua. Diketahui atap ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pagaruyuang. Atap ini pun tidak serta merta hanya mementingkan keindahan saja melainkan mempunyai makna.
Makna dari atap ini adalah menunjukkan status sosial dari tuan rumah tersebut. Sedangkan bentuk ujung melengkung ke atas diibaratkan sebagai harapan untuk menuju ke Tuhan.
Konon katanya asal usul bentuk melengkung yang mirip tanduk kerbau tersebut adalah bentuk kemenangan atau symbol kejayaan masyarakat Minangkabau pada perlombaan adu kerbau dengan seorang raja dari Jawa.
Namun ada beberapa juga yang mengatakan bahwa bentuk rumah Gadang yang mirip dengan bentuk kapal berkaitan dengan sang nenek moyang. Nenek moyang suku Minangkabau dahulu kala kerap menggunakan kapal sebagai alat transportasi mereka.
Mereka berlayar untuk meyebrangi Hulu Batang Kampar setelah sampai kedaratan mereka mengangkat kapal ke daratan. Kapal-kapal tersebut kemudian ditopang oleh kayu dan diberi atap yang terbuat dari layar kapal yang dibentangkan dan diikat dengan tali. Mereka akan tinggal di kapal tersebut untuk sementara waktu.
2. Ukiran Dinding Rumah Gadang Memiliki Filosofi
Dinding dari rumah gadang terbuat dari anyaman bambu tradisional pada bagian belakang dan menggunakan papan pada bagian depan. Dinding rumah gadang juga dihiasi dengan ukiran-ukiran serta warna-warna yang cantik.
Ukiran-ukiran tersebut dibuat berdasarkan filosofi adat basandi syarak, yaitu
- Ukue Jo Jangka yang mempunyai makna mengukur dengan menggunakan jangka. Maksudnya adalah kita harus senantiasa memeperhitungkan baik dan buruk ketika mengambil keputusan.
- Aloe Jo Patuik yang bermakna memperhatikan alurnya dan kepatutannya. Maknanya adalah kita harus mematui peraturan dan norma yang berlaku di masyarakat.
- Raso Jo Pariso yang maknanya memperhatikan rasa dan alam sekitar sebagai rujukannya. Maksudnya adalah suku Minang harus selalu membenahi diri dan belajar dari alam sekitar dalam menjalani hidupnya.
3. Pilar Rumah Gadang Menghalau Binatang Buas
Rumah Gadang memilki pilar-pilar sebagai penopang. Pilar-pilar ini biasanya memiliki warna yang beragam. Pilar atau tiang tersebut tersusun menjadi lima baris yang berjejer memanjang sepanjang rumah.
Tiang-tiang itu berdiri di atas batu datar yang kuat dan juga lebar. Tinggi pilarnya yaitu mencapai dua meter dengan diameter 40 cm sampai 60 cm. Hal ini membuat rumah Gadang kuat terhadap gempa bumi. Hal ini juga berfungsi untuk melindungi penghuni rumah dari serangan binatang buas
Pilar-pilar inilah yang akan membagi rumah Gadang menjadi bagian-bagian ruangan yang disebut lanjar.
4. Jumlah Ruangan Rumah Gadang Sejumlah Penghuni Wanita
Ruangan pada rumah Gadang disebut dengan lanjar. Rumah Gadang yang memiliki dua lanjar dan dua gonjong (tanduk) disebut “lipek pandan”, Rumah Gadang dengan tiga lanjar dan empat gonjong disebut dengan “balah bubuang”, sedangkan Rumah Gadang yang memiliki empat lanjar dinamakan “gajah maharam” atau “gajah terbenam”.
Khusus lanjar bagian belakang difungsikan sebagai kamar tidur. Uniknya jumlah kamar harus menyesuaikan jumlah wanita pada rumah tersebut. Wanita yang sudah menikah harus mempunyai kamar sendiri. Sedangkan wanita yang belum menikah akan disatukan dalam satu kamar yang terletak di ujung rumah.
Para wanita usia lanjut dan anak-anak akan tidur di kamar yang dekat dengan dapur. Sedangkan lanjar lainnya digunakan sebagai area umum untuk mengadakan upacara.
Biasanya lanjar bagian depan digunakan untuk menyimpan padi atau disebut dengan Rangkiang dan ruang lainnya digunakan sebagai “Anjuang” yaitu tempat untuk menobatkan kepala adat atau pengantin.
5. Makna Tangga Pintu Masuk Rumah Gadang
Setiap ornamen dan detil pada rumah Gadang memiliki makna dan filosofinya sendiri. Bahkan posisi tangga rumah khas Minangkabau ini memiliki makna.
Setiap rumah Gadang hanya memiliki satu tangga yaitu di depan rumah. Artinya sangat berkaitan dengan nilai-nilai agama Islam yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
6. Bentuk Rumah Gadang Anti Gempa
Bentuk rumah gadang mirip dengan rumah hunian di Jawa Barat yaitu segi empat yang tidak simetris, sedikit keluar, dan tidak tegal lurus. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar.
Selain karena ditopang oleh pilar-pilar kuat yang bertumpu pada batu, bentuk rumah gadang yang demikian juga membantu memperkokoh bangunan agar tidak hancur ketika terjadi gempa.
Bangunan rumah ini juga tinggi seperti rumah panggung, hal ini menghindarkan penghuni rumah dari gangguan binatang liar.
7. Rumah Gadang Hanya ditinggali oleh Wanita
Dalam kesehariannya rumah gadang berfungsi sebagai tempat tinggal dan kegiatan sehari-hari. Namun para lelaki tidaklah tinggal di rumah Gadang.
Dari sisi adat rumah ini digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara ritual adat seperti acara berkumpul dengan suku-suku lainnya, pernikahan, uapacara turun mandi, upacara pengangkatan datuk, serta upacara kematian.
8. Tidak Menggunakan Paku
Jika biasanya dalam membuat rumah kita menggunakan paku untuk merekatkan kayu satu dengan lainnya maka tidak dengan rumah Gadang. Rumah Gadang tidak menggunakan paku melainkan menggunakan pancang.
Pancang tersebut terbuat dari kayu juga. Pancang ini yang membuat rumah menjadi lentur sehingga jika terjadi gempa rumah ini hanya akan berayun dan hanya sedikit retak.
9. Rumah Gadang Berlokasi di Wilayah Sakral
Jika kamu beranggapan bahwa semua suku Minangkabau mempunyai rumah Gadang maka anggapan itu salah. Karena rumah Gadang tidak bisa dibangun di semua tempat.
Masyarakat hanya boleh membangun rumah adat Gadang di wilayah sakral yaitu wilayah Nagari. Wilayah Nagari adalah sistem pemerintahan di Minangkabau yang setara dengan desa. Selain tempat ini rumah adat Gadang tidak boleh berdiri.
10. Rumah Gadang Tahan Terhadap Rayap
Selain tahan terhadap gempa, rumah ini juga tahan terhadap rayap. Rahasianya terletak pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan. Untuk membuat rumah ini masyarakat menggunakan kayu juha yang direndam terlebih dahulu selama beberapa waktu. Rayap sangat tidak menyukai kayu yang sudah direndam air.