Daftar isi
Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang penuh cinta dan saling mengasihi. Terciptanya keluarga harmonis bisa diawali dari komunikasi antara anggota keluarga. Komunikasi menjadi kunci utama agar anggota keluarga saling mengerti dan memahami. Salah satu cara membangun komunikasi adalah melakukan sosialisasi.
Dengan adanya sosialisasi, setiap anggota keluarga mengenal peran dan tugasnya dalam sebuah keluarga sehingga minim terjadinya konflik. Selama ini, peran dan tugas dalam keluarga hanya sebatas pada kepala keluarga yakni ibu dan ayah saja.
Padahal, anak juga memiliki peranan penting dalam keluarga. Oleh karena itu, seorang anak perlu diajarkan untuk mengenal perannya lewat sosialisasi. Sosialisasi keluarga juga memiliki banyak peranan lainnya.
Berikut fungsi sosialisasi dalam keluarga.
1. Membangun Kedekatan Anggota Keluarga
Sosialisasi keluarga memiliki fungsi untuk membangun kedekatan di antara anggota keluarga. Dengan begitu akan tercipta keluarga yang harmonis dengan memiliki kekeluargaan yang erat. Namun, sayangnya tidak banyak orang yang menyadari pentingnya hubungan keluarga.
Kesibukan di luar rumah membuat keakraban anggota keluarga di rumah berkurang. Anak hanya dekat dengan ibunya saja karena banyak menghabiskan waktu bersamanya. Adapula anak yang tidak dekat dengan siapa-siapa, karena keluarga intinya sibuk melakukan aktivitas di luar.
Akibatnya, anak akan mencari kesibukan di luar dan kurang dekat dengan anggota keluarga. Namun, tak jarang ada anak yang justru lebih dekat dengan pihak nenek dan kakeknya. Mereka sengaja dititipkan karena kedua orang tuanya sibuk melakukan aktivitas di luar.
Akibatnya, orang tua dan anak tidak memiliki hubungan yang akrab selayaknya anak dan orang tua. Dengan adanya sosialisasi, membantu mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua. Anak-anak yang terbiasa menghabiskan waktu dengan orang tua, akan merasa disayang dan dihargai keberadaanya.
Mereka merasa dianggap sebagai seorang anak yang memang diharapkan bukan hanya sebatas dilahirkan. Sosialisasi juga membantu anak agar merasa terikat dengan orang tua. Anak-anak akan sering mengandalkan orang tuanya dalam berbagai hal. Hal ini dikarenakan merasa merasa dekat dan menganggap orang tuanya merupakan tempat untuk bercerita.
2. Membentuk Keluarga Harmonis
Fungsi selanjutnya dari adanya sosialisasi dalam keluarga adalah untuk membentuk keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis merupakan impian bagi semua orang. Namun, membentuk keluarga yang harmonis terkadang hanya sebatas angan-angan.
Banyak orang justru melakukan hal-hal yang berpotensi menjauhkan keluarga dari kata yang harmonis. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Banyak keluarga yang tinggal bersama namun tidak hidup bersama.
Setiap pekerjaan dikerjakan masing-masing, tidak ada komunikasi antar anggota keluarga. Kesibukan di luar berhasil menyita perhatian dan menjauhkan kerukunan di antara keluarga. Tidak hanya itu, banyak juga orang yang saat datang ke rumah hanya sebatas istirahat.
Rumah yang menjadi tempat tinggal justru hanya sebatas tempat singgah. Adanya sosialisasi membuat keluarga bisa hidup rukun. Sosialisasi membuat anggota keluarga melakukan interaksi. Dengan adanya interaksi dapat membantu mendekatkan hubungan di antara anggota keluarga. Dengan begitu, setiap anggota keluarga akan merasa saling memiliki sehingga tercipta keluarga yang harmonis.
Salah satu dari 5 kebutuhan dasar manusia adalah merasa dihargai. Dengan adanya sosialisasi dalam keluarga, membuat setiap anggota keluarga merasa dihargai sehingga kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi.
Mereka merasa disayangi, karena diberikan kasih sayang dan cinta. Kasih sayang dan cinta adalah hak yang harus didapatkan oleh seorang anak dari orang tuanya. Anak-anak berhak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya secara utuh.
Namun, sayangnya tidak semua orang tua mampu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Selama ini orang tua menganggap bahwa anak cukup diberikan harta. Padahal, harta yang paling berharga adalah keluarga.
Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua dapat membuat anak merasa dihargai keberadaanya. Banyak anak yang merasa tidak dihargai dan diharapkan. Mereka dilahirkan hanya sebatas memenuhi sisi biologis dari kedua orang tuanya. Oleh karena itu, banyak orang tua yang tidak paham akan kewajibannya sebagai orang tua.
Tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar manusia, sosialisasi juga membantu memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya, seperti orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan anaknya dalam hal pendidikan. Anak-anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dari orang tuanya. Anak-anak berhak diberikan kehidupan yang layak sebagaimana janji orang tua sebelum anak dilahirkan.
4. Mengajarkan Norma yang Berlaku
Sosialisasi dalam keluarga memiliki fungsi untuk mengajarkan peraturan yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, banyak aturan yang berlaku dan harus dipatuhi. Aturan-aturan tersebut harus dikenalkan sejak dini.
Apa saja yang dilarang dalam kehidupan masyarakat. Pihak yang berkewajiban untuk mengajarkan dan mengenalkan norma adalah keluarga. Sebagai agen pertama sosialisasi, keluarga memiliki kewajiban untuk mengajarkan norma.
Mulai dari norma yang berlaku dalam lingkup keluarga, masyarakat hingga negara. Misalnya anak-anak sejak kecil diajarkan untuk makan dengan menggunakan tangan kanan. Anak-anak diajarkan tidak boleh memukul dan menyakiti orang lain. Anak-anak diajarkan untuk mengasihi sesama dan menebarkan kasih sayang.
Dengan dikenalkan norma sejak kecil anak akan terbiasa menjalani dan menaati peraturan. Anak-anak tidak mudah mengabaikan peraturan yang berlaku sehingga terbentuk sikap disiplin sejak dini. Sikap disiplin yang dibiaskan sejak kecil akan terbawa hingga dewasa sehingga saat berhadapan dengan peraturan yang lebih luas, mereka tetap akan mematuhinya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak diajarkan dan dikenalkan dengan norma sejak dini. Anak-anak akan menjadi sosok yang bebas dan tidak peduli pada peraturan yang berlaku. Mereka cenderung menganggap peraturan hanya sebatas hal-hal yang formal dan tidak harus ditaati.
Akibatnya budaya-budaya ini menjadi suatu kebiasaan yang menjamur di masyarakat. Banyak orang yang tidak peduli dengan peraturan yang berlaku.
5. Mengenalkan Nilai Agama
Nilai agama adalah hal mendasar yang wajib diketahui oleh seorang anak. Oleh karena itu, nilai ini harus dikenalkan sejak dini. Dengan adanya sosialisasi dalam keluarga menjadi media bagi pengenalan nilai agama pada anak.
Anak-anak cenderung mudah diberi pemahaman saat masih kecil. Hal ini dikarenakan saat anak berusia 0-5 tahun, mereka memasuki wilayah golden age. Momen golden age ini perlu dimanfaatkan dengan baik. Caranya dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan yang dapat menjadi bekal baginya mengarungi kehidupan seperti nilai agama.
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa mengajarkan nilai agama merupakan kewajiban para pemuka agama atau ustaz. Padahal, orang tua yang memiliki kewajiban untuk mengenalkan dan mengajarkan hal itu ketika anak masih kecil.
Anak-anak yang diajarkan nilai agama saat masih kecil akan menjadi anak-anak yang paling tidak mengetahui hal-hal yang baik dan benar menurut agama. Meskipun, nantinya banyak faktor yang mengakibatkan seorang anak ini berubah.
Namun, ketika anak dibekali fondasi yang kuat, ia akan menjadi tameng dari berbagai faktor perubahan. Nilai agama akan menjadi penangkal bagi hal-hal yang berdampak buruk bagi kehidupan seorang anak. Namun, sayangnya banyak orang tua yang tidak paham akan pentingnya mengajarkan nilai agama.
Selama ini, banyak anggapan bahwa pengetahuan umum merupakan hal yang wajib dikuasai oleh anak. Mereka menganggap bahwa nilai agama merupakan pilihan kedua yang tidak begitu penting diajarkan pada anak. Akibatnya, banyak anak yang buta akan nilai agama.
6. Meningkatkan Komunikasi Antar Anggota
Komunikasi merupakan kunci langgengnya sebuah hubungan termasuk hubungan keluarga. Adanya sosialisasi dalam keluarga menjadi jembatan bagi komunikasi di antara anggota keluarga. Komunikasi sangat penting dilakukan baik pada ayah dengan ibu, orang tua dengan anak maupun anak dengan anak.
Banyak permasalahan yang muncul karena kurangnya komunikasi. Kurangnya komunikasi membuat kesalahpahaman di antara keluarga. Akibatnya, hubungan antar anggota keluarga menjadi renggang. Miskomunikasi paling banyak terjadi pada orang tua dengan anak.
Orang tua terkadang memiliki pemahaman superior karena merasa dirinya adalah sosok yang wajib dipatuhi. Semua hal yang diucapkannya harus dipatuhi oleh sang anak. Sementara itu, anak memiliki pemahaman yang modern dan berbenturan dengan orang tua.
Perbedaan generasi ini mengakibatkan bedanya pemahaman. Perbedaan pemahaman akan mengakibatkan konflik antara anak dan orang tua. Meskipun pada dasarnya setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya.
Namun, terkadang orang tua tidak menyampaikan hal tersebut dengan baik sehingga anak tidak dapat memahaminya. Oleh karena itu, komunikasi sangat dibutuhkan di antara keluarga. Adanya sosialisasi dalam keluarga membantu meningkatkan komunikasi di antara keluarga. Hal ini dikarenakan sosialisasi membantu orang tua berinteraksi dengan anak.
Dengan begitu akan terbangun komunikasi di antara mereka. Komunikasi keluarga yang dianggap kurang selama ini terjadi pada ayah dan anak. Ayah sering kali tidak memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi dengan anak.
7. Meningkatkan Semangat Hidup
Rumah merupakan surga bagi setiap anggota keluarga. Namun, sayangnya tidak semua orang merasakan rumah seperti sebuah surga. Rumah diibaratkan seperti surga karena di dalamnya terdapat kasih sayang dan cinta yang berlimpah.
Baik dari orang tua maupun anak. Namun, sayangnya tidak semua keluarga berlimpah kasih sayang dan cinta. Banyak anak-anak yang merasa kehilangan kasih sayang dari rumah. Mereka menganggap rumah seperti halnya sebuah neraka karena di dalamnya hanya terdapat perdebatan dan perselisihan.
Anak-anak dihadapkan dengan makian dan teriakan. Akibatnya, mereka merasa tidak aman saat berada di rumah. Banyak kasus anak yang justru memilih mengakhiri hidup karena tidak menemukan ketenangan di rumah.
Dengan adanya sosialisasi membantu meningkatkan adanya komunikasi antara orang tua dengan anak. Anak-anak memiliki kesempatan untuk mengeluarkan keluh kesahnya selama ini kepada orang tua. Orang tua mampu memberikan solusi dari setiap permasalahan yang terjadi pada anak.
Anak-anak akan merasa dihargai karena diberikan kasih sayang yang berlimpah. Dengan begitu, anak-anak akan memiliki semangat untuk terus melanjutkan hidup. Adanya kasih sayang dan cinta yang berlimpah membuat anak merasa nyaman untuk tinggal di rumah.
Hal ini dikarenakan rumah telah menjadi surga bagi dirinya. Ketika ada masalah, mereka tidak akan lari ke tempat lain. Mereka mempunyai tempat untuk mencari solusi dari permasalahannya.