Daftar isi
Gaya bahasa atau majas ini biasanya lebih dikenal dengan ungkapan dari seorang pengarang dalam mewujudkan sebuah karya sastranya dengan menggunakan bahasa yang menjadi ciri khas agar karya sastra yang disampaikan lebih menarik.
Menurut Laksana dalam penelitian Eliana Dewi (2019), mengungkapkan bahwa gaya bahasa pertautan merupakan gaya bahasa yang menggunakan istilah teracu dan mengacu.
Teracu merupakan apa yang diacu oleh seorang pengacu, sedangkan mengacu merupakan suatu ungkapan yang dipakai dalam proses pengacuan atau berhubungan dan bertautan dengan sesuatu yang disampaikan.
Dalam penelitian Eliana Dewi (2019), Tarigan menyebutkan ada tiga belas jenis gaya bahasa pertautan, yaitu sebagai berikut.
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu barang bagi sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengannya.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. Gaya bahasa ini terbagi menjadi dua yaitu gaya bahasa sinekdoke pras prototo dan Gaya bahasa sinekdoke totem proparte.
Gaya bahasa sinekdoke pras prototo yang digunakan untuk menyatakan keseluruhan objek tetapi hanya menyebutkan sebagian dari objek tersebut.
Contoh :
Gaya bahasa sinekdoke totem proparte merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan bagian dari suatu objek dengan menyebutkan keseluruhan bagian atau objek lain yang mempunyai makna luas.
Contoh :
Alusi merupakan gaya bahasa yang menunjukkan secara tidak langsung se suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap pengacuan itu.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa dengan ungkapan lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dianggap kasar atau tidak menyenangkan.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dikaitkan dengan sifat tertentu sehingga nama tersebut dipakai untuk menyatakan sifat.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa dengan penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang berupa pernyataan yang digunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam sebuah pemakaian kata-kata atau frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang di dalamnya dilakukan penanggalan atau penghilang kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan kata dan istilah secara sintaksis bersamaan yang memiliki satu atau beberapa ciri-ciri semantik secara umum, di antaranya paling sedikit satu ciri diulang-ulang dengan perubahan yang bersifat kuantitatif.
Contoh :
Kami berjuang dengan tekad, tekad harus maju dalam kehidupan, kehidupan yang layak dan baik, baik secara jasmani dan rohani, jasmani dan rohani yang diridoi oleh Tuhan Maha Pengasih.
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang berupa acuan padat serta mampat di mana beberapa fakta, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh :
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari gaya bahasa asindeton.
Contoh :