Daftar isi
Gaya bahasa atau majas ini biasanya lebih dikenal dengan ungkapan dari seorang pengarang dalam mewujudkan sebuah karya sastranya dengan menggunakan bahasa yang menjadi ciri khas agar karya sastra yang disampaikan lebih menarik.
Pengertian Gaya Bahasa Pertautan
Menurut Laksana dalam penelitian Eliana Dewi (2019), mengungkapkan bahwa gaya bahasa pertautan merupakan gaya bahasa yang menggunakan istilah teracu dan mengacu.
Teracu merupakan apa yang diacu oleh seorang pengacu, sedangkan mengacu merupakan suatu ungkapan yang dipakai dalam proses pengacuan atau berhubungan dan bertautan dengan sesuatu yang disampaikan.
Jenis Gaya Bahasa Pertautan Beserta Contohnya
Dalam penelitian Eliana Dewi (2019), Tarigan menyebutkan ada tiga belas jenis gaya bahasa pertautan, yaitu sebagai berikut.
1. Metonimia
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu barang bagi sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengannya.
Contoh :
- Saya tidak dapat membaca dengan jelas kini karena kontak lensa saya jatuh dan pecah.
- Dalam pertandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu sedangkan teman saya perak.
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. Gaya bahasa ini terbagi menjadi dua yaitu gaya bahasa sinekdoke pras prototo dan Gaya bahasa sinekdoke totem proparte.
Gaya bahasa sinekdoke pras prototo yang digunakan untuk menyatakan keseluruhan objek tetapi hanya menyebutkan sebagian dari objek tersebut.
Contoh :
- Seekor ayam yang masuk ke dalam rumah sudah membuat ibu sangat kewalahan
Gaya bahasa sinekdoke totem proparte merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan bagian dari suatu objek dengan menyebutkan keseluruhan bagian atau objek lain yang mempunyai makna luas.
Contoh :
- Indonesia meraih emas dalam olimpiade matematika tahun 2016.
2. Alusi
Alusi merupakan gaya bahasa yang menunjukkan secara tidak langsung se suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap pengacuan itu.
Contoh :
- Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan.
- Tugu ini mengenangkan kembali peristiwa Bandung Selatan.
3. Eufemisme
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa dengan ungkapan lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dianggap kasar atau tidak menyenangkan.
Contoh :
- Tunaaksara pengganti buta huruf
- Tunakarya pengganti tidak mempunyai pekerjaan
- Tunawicara pengganti tidak dapat bicara (bisu)
4. Eponim
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dikaitkan dengan sifat tertentu sehingga nama tersebut dipakai untuk menyatakan sifat.
Contoh :
- Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyongsong mentari bersinar (lonceng pagi artinya ayam jantan).
- Putri malam menyebut kedatangan para remaja yang sedang di mabuk asmara (putri malam artinya bulan).
5. Antonomasia
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa dengan penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri.
Contoh :
- Rakyat mengharapkan agar Yang Mulia dapat menghadiri upacara itu.
- Pangeran mendatangi surat penghargaan itu.
- Pendeta mengukuhkan perkawinan anak kami di gereja Bethel.
6. Erotesis
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang berupa pernyataan yang digunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh :
- Apakah sudah wajar bila kesalahan atau kegagalan itu ditimpakan seluruhnya kepada para guru?
- Para gurukah yang harus menanggung akibat semua kegagalan dan kemrosotan pendidikan di Tanah Air Tercinta ini?
7. Paralelisme
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam sebuah pemakaian kata-kata atau frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Contoh :
- Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama secara hukum.
- Bukan saja para guru yang bertanggung jawab atas pendidikan para siswa, tetapi juga harus ditunjang oleh para orang tua dengan cara mengawasi pelajaran anak-anak di rumah.
8. Ellipsis
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang di dalamnya dilakukan penanggalan atau penghilang kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa.
Contoh :
- Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. (penghilang predikat pergi, berangkat)
- Pulangnya membawa banyak barang berharga serta perabot rumah tangga. (penghilang subjek mereka, dia, saya, kami, dan lain-lain)
9. Gradasi
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan kata dan istilah secara sintaksis bersamaan yang memiliki satu atau beberapa ciri-ciri semantik secara umum, di antaranya paling sedikit satu ciri diulang-ulang dengan perubahan yang bersifat kuantitatif.
Contoh :
Kami berjuang dengan tekad, tekad harus maju dalam kehidupan, kehidupan yang layak dan baik, baik secara jasmani dan rohani, jasmani dan rohani yang diridoi oleh Tuhan Maha Pengasih.
10. Asindeton
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang berupa acuan padat serta mampat di mana beberapa fakta, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh :
- Ayah, ibu, anak, merupakan satu inti keluarga.
- Hasil utama Tanah Karo adalah jeruk, nanas, kentang, kol, tomat, bawang, sayur putih, jagung, padi.
11. Polisindeton
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari gaya bahasa asindeton.
Contoh :
- Polisi menangkap pak Ogah beserta istrinya beserta anak-anaknya beserta pembantunya dan membawanya ke penjara.
- Harga padi dan jagung dan sayur mayur sangat menggembirakan para petani tahun ini.