17 Gunung di Nusa Tenggara Timur

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kepulauan Nusa Tenggara yang dahulu diberi nama Kepulauan Sunda Kecil terdiri dari tiga provinsi, yakni Bali, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Timur adalah bagian timur dari Kepulauan Nusa Tenggara dan Nusa Tenggara Barat adalah di sisi baratnya.

Berbatasan dengan Nusa Tenggara Barat di sebelah barat, lalu Pulau Sulawesi dan Laut Flores di sebelah utara, Australia dan Samudra Hindia di sebelah selatan, dan Laut Banda, Maluku, serta Timor Leste di sebelah timur, Nusa Tenggara Timur adalah provinsi yang kaya akan keindahan alam.

Namun, tak banyak pula yang tahu bahwa provinsi ini memiliki banyak gunung (khususnya gunung api) sebagai berikut.

1. Gunung Batutara

Gunung Batutara dapat ditemukan di Laut Flores dan berjarak sekitar 70 kilometer di sisi utara Pulau Lembata. Gunung stratovulkano yang tercatat mengalami letusan pertama pada tahun 1847 dan 1852 ini ada di Pulau Komba dan membuka akses bagi para wisatawan yang ingin dan suka mendaki.

Memiliki tinggi 748 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung ini terletak pada 7° 47′ 27″ Lintang Selatan dan 123° 35′ 5″ Bujur Timur. Gunung berbentuk kerucut dengan keberadaan kawah pada puncaknya ini tidak berpenghuni dan sempat dianggap misterius.

Setelah terakhir kali meletus pada tahun 1952, 2006 adalah tahun di mana gunung ini meletus kembali yang bahkan kini disebut-sebut sebagai gunung yang unik dan semburan lava aktifnya menjadi sebuah atraksi istimewa di Pulau Komba.

2. Gunung Ebulobo

Gunung Ebulobo adalah gunung setinggi 2.124 meter yang memiliki sebutan lain, yakni Puncak Nage Keo atau Emburombu. Gunung stratovulkano yang letusan pertamanya terjadi pada tahun 1830 ini dapat dijumpai di Kabupaten Nagekeo di Pulau Flores.

Terletak pada 8° 49′ 1″ Lintang Selatan dan 121° 11′ 25″ Bujur Timur, Gunung Ebulobo beriklim sabana tropis dan basah. Berbentuk simetris dengan bentuk datar pada bagian atas kubah lavanya, Gunung Ebulobo semula membuka akses bagi para warga setempat maupun wisatawan namun kemudian ditutup pada masa pandemi Covid-19.

3. Gunung Egon

Nusa Tenggara Timur kaya akan gunung api, salah satunya adalah Gunung Egon yang berada di Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Sikka. Perjalanan dari Maumere dapat menempuh perjalanan selama 1 jam untuk mencapai Gunung Egon.

Gunung bertipe strato dengan lanskap mirip perbukitan ini rupanya dianggap keramat oleh warga lokal yang tinggal di dekat sana. Memiliki ketinggian 1.703 mdpl, Gunung Egon pernah mengalami letusan terhebatnya pada tahun 1925.

Terletak pada 8° 40′ 31″ Lintang Selatan dan 122° 27′ 14″ Bujur Timur, Gunung Egon di bagian kakinya menawarkan air panas segar. Namun karena masih berstatus aktif, gunung beriklim sabana tropis dan basah ini tidak dapat dikunjungi sewaktu-waktu secara aman.

4. Gunung Fatuleu

Walau disebut “gunung”, pada dasarnya Gunung Fatuleu yang kaya akan keindahan alam dan terletak di Kupang (ibukota Nusa Tenggara Timur) ini adalah bukit. Penampakan warna hijau segar pada batuan setinggi 1.111 mdpl ini menjadi kebanggaan warga Kupang.

Salah satu fakta unik dari gunung yang berada di Desa Nunsaen, Kecamatan Fatuleu tengah ini adalah bahwa pembentukannya terjadi dari bongkahan batu hitam. Fakta lainnya adalah bahwa gunung ini memiliki sisi misteri yang warga lokal telah percayai sejak lama, yakni adanya batu penunggu di tempat ini.

Terletak pada 9° 57′ 12″ Lintang Selatan dan 123° 51′ 44″ Bujur Timur, Gunung Fatuleu berjarak 60 kilometer dari kota Kupang. Gunung ini menjadi kawasan wisata yang menyediakan berbagai kelengkapan hiburan, seperti pendakian hingga area perkemahan dan panjat tebing.

5. Gunung Ile Ape

Gunung Ile Ape atau juga dikenal dengan sebutan Gunung Lewotolok juga merupakan gunung stratovulkano di Nusa Tenggara Timur. Dengan ketinggian 1.423 mdpl, Gunung Ile Ape memiliki puncak dengan kawah besar di mana lubang kawahnya berstatus aktif dan mengeluarkan uap solfatara.

Terletak di sisi utara Pulau Lembata di Kabupaten Lembata, gunung yang tidak terlalu tinggi ini meletus pertama kali pada tahun 1660. Nama “ile ape” sendiri bermakna gunung api, sedangkan istilah “ile lewo tolok” memiliki arti gunung kampung/negeri runtuh”.

Gunung yang terletak pada 8° 16′ 26″ Lintang Selatan dan 123° 30′ 28″ Bujur Timur ini sempat kembali meletus di tahun 1819 dan 1849, kemudian disusul dengan letusan hebat pada tahun 1852. Disebut dengan letusan hebat karena letusan ini cukup besar sampai merusak wilayah di sekitar gunung ini hingga menyebabkan pembentukan kawah baru.

Status letusan terakhir itu pun dinyatakan masih berlanjut karena letusan-letusan lanjutan masih berpotensi besar. Meski aktif dan masyarakat setempat maupun wisatawan diimbau untuk membatasi aktivitas di radius 4 kilometer dari gunung ini.

6. Gunung Ile Werung

Gunung Ile Werung atau Iliwerung adalah salah satu gunung api di Nusa Tenggara Timur dengan ketinggian 1.018 mdpl. Gunung yang terletak pada 8° 31′ 56″ Lintang Selatan dan 123° 34′ 29″ Bujur Timur ini sempat meletus beberapa kali di tahun berbeda-beda, yakni 1870, 1910, 1928, 1948, 1949, 1950, 1951, 1999, dan letusan terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 2013.

Berada di sisi selatan Pulau Lembata di Kabupaten Lembata, Gunung Ile Werung setinggi 1.018 mdpl ini diketahui pula merupakan hasil bentukan dari letusan Gunung Ile Adowajo. Pada tahun 1870, di kawasan yang sama di NTT ini terdapat Gunung Ile Adowajo yang mengalami letusan hebat.

Sisa reruntuhan dari sebagian sisi gunung tersebut kemudian membentuk kubah yang kita kini kenal sebagai Gunung Ile Werung. Pada November 2021 silam pun terdapat laporan adanya erupsi Gunung Ile Werung yang menjadi penyebab kenaikan air muka laut.

7. Gunung Ili Boleng

Gunung api tipe A lainnya di Nusa Tenggara Timur adalah Gunung Ili Boleng. Gunung setinggi 1.659 mdpl yang terletak pada 8° 20′ 34″ Lintang Selatan dan 123° 15′ 10″ Bujur Timur ini menyajikan keindahan alam walau tidak begitu populer dibandingkan gunung lain di Nusa Tenggara Timur.

Terletak di sisi tenggara Pulau Adonara di daerah Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Gunung Ili Boleng dibuka bagi siapa saja yang ingin melakukan pendakian. Gunung dengan puncak kecil dan lereng curam ini memiliki riwayat letusan terakhir pada tahun 1888 ini masih berstatus aktif hingga sekarang.

8. Gunung Inerie

Gunung Inerie adalah tipe gunung stratovulkano atau gunung berapi tinggi dengan bentuk kerucut serupa piramida. Gunung yang membuka akses untuk pendakian ini tidak memiliki jalur atau medan yang mulus untuk dilalui.

Gunung kebanggaan warga Kabupaten Ngada yang terletak di Desa Inerie di Nusa Tenggara Timur ini terletak pada 8° 53′ 51″ Lintang Selatan dan 120° 55′ 29″ Bujur Timur. Gunung Inerie sebagai gunung paling tinggi di Pulau Flores memiliki akses menuju puncak yang penuh dengan bebatuan cadas serta kerikil.

Terletak di Kecamatan Aimere, letusan terakhir Gunung Inerie adalah pada tahun 1970. Meski sudah lama dari terakhir erupsi dan mudah diakses oleh pendaki, status gunung ini masih tergolong aktif. Berlokasi sekitar 15 kilometer dari Bajawa, Gunung Inerie walau berstatus gunung berapi aktif tetap menjadi kawasan wisata.

9. Gunung Inielika

Gunung Inielika atau juga disebut Ine Lika adalah gunung berapi lainnya yang ada di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Memiliki ketinggian 1.559 mdpl, gunung ini pernah membuat masyarakat sekitarnya mengungsi akibat letusan yang cukup besar pada tahun 2001.

Terdapat 6 desa di dekat Gunung Inielika yang terkena dampak letusan sehingga harus ke pengungsian. Gunung yang terletak pada 8° 43′ 9″ Lintang Selatan dan 120° 58′ 27″ Bujur Timur ini masih di bawah pemantauan. Meski telah cukup lama dari terakhir kali erupsi, para warga lokal maupun wisatawan tidak dianjurkan mendekati dan beraktivitas di area gunung ini, khususnya bagian kawah.

10. Gunung Iya

Gunung berapi bernama Iya yang jarang terdengar ini masih menjadi bagian dari Nusa Tenggara Timur karena berada di sebelah selatan Pulau Flores dan Kabupaten Ende. Gunung Iya berada pada 8° 52′ 59″ Lintang Selatan dan 121° 37′ 59″ Bujur Timur. Berbentuk kerucut, Gunung Iya memang tidak begitu tinggi bila dibandingkan dengan gunung-gunung lainnya, sebab ketinggiannya hanya sekitar 2.090 kaki atau 637 meter.

11. Gunung Kelimutu

Salah satu gunung paling terkenal di Nusa Tenggara Timur adalah Gunung Kelimutu yang berlokasi di Pulau Flores. Gunung berapi yang bisa dijumpai di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende Lio ini diketahui memiliki tiga danau dengan luas kurang lebih 1.051.000 meter persegi.

Memiliki tinggi 1.639 mdpl, Gunung Kelimutu berasal dari dua kata, yakni “keli” dan “mutu”. “Keli” artinya “gunung” dan “mutu” adalah “mendidih”; ditambah dengan Danau Tiga Warna-nya yang bisa selalu berubah walau warna dasarnya adalah merah, putih dan biru menjadikan gunung ini semakin menarik.

Gunung Kelimutu berada pada 8° 45′ 58″ Lintang Selatan dan 121° 48′ 50″ Bujur Timur dan ketiga danau yang terletak di area yang sama ini dapat berubah warna pada waktu tertentu. Meletus terakhir kali pada tahun 1968, gunung ini masih berstatus gunung berapi aktif namun juga dibuka sebagai tempat wisata.

12. Gunung Lewotobi Laki-laki

Gunung Lewotobi sebagai gunung berapi kembar artinya memiliki dua sisi, yang satu dinamakan Gunung Lewotobi Laki-laki dan sisi lainnya adalah Gunung Lewotobi Perempuan. Lokasi Gunung Lewotobi Laki-laki adalah di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Barat dengan ketinggian 1.584 mdpl, lebih rendah daripada Gunung Lewotobi Perempuan.

Terbentuk lebih akhir daripada Gunung Lewotobi Perempuan, erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki menurut pengamatan sejak tahun 1675 terjadi paling kuat. Menurut laporan pengamatan kala itu, erupsi tersebut mencapai skala VEI 3 (volcanic explosivity index).

Gunung Lewotobi Laki-laki terletak pada 8° 32′ 18″ Lintang Selatan dan 122° 46′ 0″ Bujur Timur dengan total jumlah erupsinya adalah 22 kali sampai dengan yang terakhir kali, yakni tahun 2014.

13. Gunung Lereboleng

Gunung Lereboleng merupakan gunung berapi lainnya yang dimiliki provinsi Nusa Tenggara Timur. Letak Gunung setinggi 1.095 mdpl ini adalah di Kabupaten Flores Timur dan masyarakat setempat memiliki beberapa sebutan lain untuk gunung ini.

Gunung yang juga tergolong sebagai gunung tipe A di Indonesia ini memiliki nama lain, seperti Gunung Ili Burak, Gunung Leworoh, Gunung Lewono, Gunung Lewero, atau Gunung Leweno. Sejak tahun 1600 Masehi, letusan sudah terjadi berulang kali pada gunung ini dan saat ini statusnya adalah Level I atau Normal.

Walau area ini terbuka bagi orang-orang yang ingin berkunjung ke pos pengamatan agar dapat melihat kondisi kawah gunung. Gunung yang puncaknya bisa dicapai dari pos pengamatan selama 1,5 jam ini direkomendasikan untuk tidak dijadikan tempat beraktivitas terlalu lama agar gas beracunnya tidak membahayakan.

14. Gunung Lewotobi Perempuan

Gunung Lewotobi Perempuan adalah “pasangan” dari Gunung Lewotobi Laki-laki dan memang dari segi lokasi letak keduanya tampak berdampingan. Gunung Lewotobi adalah gunung berapi kembar, maka satu dinamakan Gunung Laki-laki dan lainnya disebut sebagai Gunung Perempuan.

Gunung dengan tinggi 1.703 mdpl ini berada di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dan kini memiliki status stabil pada Level I atau Normal. Gunung Lewotobi Perempuan yang terletak pada 8° 33′ 1″ Lintang Selatan dan 122° 46′ 40″ Bujur Timur ini terbentuk lebih dulu di bawah lereng sisi tenggara dari Gunung Lewotobi Laki-laki.

Gunung yang lebih tua dari Gunung Lewotobi Laki-laki ini memiliki jumlah total erupsi sebanyak 2 kali (tahun 1921 dan 1935). Di wilayah gunung ini memiliki lembah sungai dengan medan dan puncak yang tampak lebih kasar. Area Gunung Lewotobi Perempuan juga tidak dibuka untuk umum, khususnya aktivitas perkemahan.

15. Gunung Ranakah

Gunung Ranakah atau Gunung Ranaka atau juga disebut dengan Gunung Anak Ranakah adalah gunung berapi lainnya yang bisa dijumpai di Nusa Tenggara Timur. Memiliki ketinggian 2.169 mdpl, gunung ini terbentuk pada tahun 1987 dengan letusan pertamanya di tahun yang sama sampai Januari 1988.

Terlepas dari status aktifnya, gunung yang terletak di Kabupaten Manggarai ini memiliki bentuk kerucut. Lokasinya pun berdekatan dengan pemukiman penduduk dan bahkan tak jauh dari gunung ini pun terdapat lahan pertanian di bagian lereng bawah sehingga masyarakat setempat tetap produktif.

Berada di Pulau Flores, Gunung Ranakah mengalami erupsi terakhirnya pada tahun 1991. Gunung ini juga terletak pada 8° 38′ 0″ Lintang Selatan dan 120° 31′ 57″ Bujur Timur.

16. Gunung Rokatenda

Gunung Rokatenda adalah gunung berapi yang ada di sisi utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Namun untuk lokasi persis dari gunung yang pernah meletus paling hebat pada tahun 1928 ini adalah di Pulau Palu’e. Gunung setinggi 875 meter ini juga berstatus strato dan merupakan gunung paling tinggi yang ada di Pulau Palu’e.

Gunung Rokatenda berada pada 8° 19′ 42″ Lintang Selatan dan 121° 42′ 42″ Bujur Timur dengan sejarah letusan terhebat di tahun 1928 dan menewaskan 266 jiwa. Letusan tersebut memicu gempa vulkanik dan tsunami, namun letusan keduanya tercatat aman, yakni di tahun 1985.

17. Gunung Sirung

Gunung Sirung merupakan gunung berapi yang ada di sisi timur provinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi tepatnya dari gunung yang meletus pertama kali pada tahun 1904 ini adalah di Pulau Pantar, yakni sebuah pulau yang menjadi bagian dari Kepulauan Alor.

Gunung setinggi 862 mdpl dan terletak pada 8° 29′ 41″ Lintang Selatan dan 124° 7′ 42″ Bujur Timur ini bagian lerengnya bisa dicapai dari sebuah desa di Kampung Kakamauta, Desa Mauta yang berada di Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor.

fbWhatsappTwitterLinkedIn