Hemometer: Jenis, Prinsip Kerja, Fungsi dan Cara Menggunakannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Hemometer

hemometer

Hemometer adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah. Dalam dunia medis, pengukuran kadar hemoglobin merupakan hal yang penting untuk menentukan kondisi kesehatan pasien, terutama dalam diagnosis anemia.

Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian, fungsi, dan cara kerja hemometer serta pentingnya pengukuran kadar hemoglobin dalam dunia medis.

Jenis Hemometer

Hemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah. Ada beberapa jenis hemometer yang biasa digunakan dalam laboratorium medis, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hemometer Sahli

Hemometer Sahli merupakan jenis hemometer yang paling sederhana dan murah. Hemometer ini terdiri dari tabung kaca berisi larutan DCI (dilute hydrochloric acid) dan larutan hemoglobinometer (sulfanilic acid dan natrium bikarbonat).

Cara penggunaannya adalah dengan meneteskan larutan DCI dan larutan darah pada tabung, kemudian diaduk hingga terjadi reaksi dan hasil pengukuran dilihat dari skala pada tabung kaca.

2. Hemometer Talquist

Hemometer Talquist menggunakan prinsip pengukuran berdasarkan perbedaan warna antara darah dan larutan standar yang terdiri dari asam pikrat.

Cara penggunaannya adalah dengan meneteskan larutan darah dan larutan asam pikrat pada tabung kaca yang telah dilengkapi dengan skala pengukuran. Kemudian hasil pengukuran dilihat dari perbedaan warna antara larutan darah dan larutan asam pikrat pada skala.

3. Hemometer Cyanmethemoglobin (HbCM)

Hemometer jenis ini menggunakan metode cyanmethemoglobin untuk mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah. Metode ini dilakukan dengan mengoksidasi hemoglobin dalam sampel darah dengan larutan kalium ferrisianida kemudian diubah menjadi methemoglobin dengan penambahan larutan kalium sianida.

Kemudian, larutan sianida ditambahkan kembali dengan larutan sulfanilic acid dan natrium bikarbonat. Hasil pengukuran didapatkan dengan cara mengukur absorbansi larutan pada panjang gelombang tertentu menggunakan spektrofotometer.

4. Hemometer Photometer

Hemometer jenis ini menggunakan teknologi fotometri untuk mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah. Hemometer ini dilengkapi dengan sistem elektronik dan photodiode yang dapat membaca cahaya yang dipancarkan oleh sampel darah.

Hasil pengukuran didapatkan dengan cara membandingkan intensitas cahaya yang dipancarkan oleh sampel darah dengan intensitas cahaya yang telah ditetapkan pada sistem elektronik.

Setiap jenis hemometer memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam pemilihan jenis hemometer harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti akurasi pengukuran, kecepatan, dan biaya. Namun, penggunaan hemometer sangat penting dalam diagnosis dan pengobatan pasien, terutama dalam penanganan kasus anemia.

Bagian Hemometer

bagian hemometer 1
bagian hemometer

Hemometer merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah. Hemometer terdiri dari beberapa bagian yang memiliki peran penting dalam pengukuran kadar hemoglobin, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Tabung Pengukur

Tabung pengukur merupakan bagian utama hemometer yang digunakan untuk menampung sampel darah dan larutan pengukur. Tabung pengukur umumnya terbuat dari kaca dan dilengkapi dengan skala pengukuran yang terukir pada permukaannya. Skala pengukuran pada tabung pengukur umumnya terdiri dari angka-angka yang merepresentasikan kadar hemoglobin dalam gram per desiliter (g/dL).

2. Larutan Pengukur

Larutan pengukur merupakan cairan yang digunakan untuk mengoksidasi hemoglobin dalam sampel darah sehingga dapat diukur. Jenis larutan pengukur yang digunakan pada hemometer berbeda-beda tergantung pada jenis hemometer yang digunakan. Beberapa jenis larutan pengukur yang umum digunakan pada hemometer antara lain adalah DCI (dilute hydrochloric acid), sulfanilic acid, dan natrium bikarbonat.

3. Pipet atau Kapiler

Pipet atau kapiler digunakan untuk menambahkan sampel darah ke dalam tabung pengukur. Pipet atau kapiler umumnya terbuat dari bahan kaca atau plastik dan memiliki ukuran yang kecil sehingga memudahkan pengambilan sampel darah. Pipet atau kapiler juga dilengkapi dengan skala pengukur yang terukir pada permukaannya untuk memudahkan pengukuran jumlah sampel yang diperlukan.

4. Pemutar atau Pengocok

Pemutar atau pengocok digunakan untuk mencampur sampel darah dengan larutan pengukur dalam tabung pengukur. Pemutar atau pengocok umumnya berbentuk bulat atau oval dan terbuat dari bahan kaca atau plastik. Pemutar atau pengocok biasanya dipegang dengan tangan dan di putar dengan cepat hingga sampel darah dan larutan pengukur tercampur secara merata.

5. Lampu atau Spektrofotometer

Lampu atau spektrofotometer digunakan untuk membaca hasil pengukuran kadar hemoglobin pada tabung pengukur. Lampu atau spektrofotometer umumnya menggunakan cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya tungsten atau LED untuk membaca hasil pengukuran pada tabung pengukur.

Lampu atau spektrofotometer juga dapat dilengkapi dengan sistem elektronik dan photodiode untuk membaca hasil pengukuran secara otomatis. Setiap bagian pada hemometer memiliki peran yang sangat penting dalam proses pengukuran kadar hemoglobin dalam sampel darah.

Oleh karena itu, dalam penggunaan hemometer, perlu diperhatikan kondisi dan kebersihan setiap bagian pada hemometer agar dapat menghasilkan hasil pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.

Prinsip Hemometer

Hemometer adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah. Prinsip kerja hemometer didasarkan pada kemampuan hemoglobin dalam menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu setelah dioksidasi menjadi metemoglobin oleh larutan pengukur. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai prinsip kerja hemometer:

1. Oksidasi Hemoglobin

Prinsip kerja hemometer dimulai dengan mengoksidasi hemoglobin dalam sampel darah menggunakan larutan pengoksidasi, seperti DCI (dilute hydrochloric acid), sulfanilic acid, atau natrium bikarbonat. Saat hemoglobin dioksidasi, ia akan berubah menjadi metemoglobin yang memiliki sifat menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.

2. Penyerapan Cahaya

Setelah sampel darah dioksidasi, larutan pengukur yang mengandung sampel darah dan larutan pengoksidasi diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer atau dibandingkan dengan skala warna standar yang telah ditentukan.

Saat cahaya melewati larutan pengukur, cahaya akan diserap oleh metemoglobin, yang menyebabkan absorbansi larutan pengukur menjadi lebih tinggi. Semakin tinggi kadar hemoglobin dalam sampel darah, semakin tinggi nilai absorbansi atau kepekatan larutan pengukur.

3. Pembacaan Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran pada hemometer biasanya diukur dalam satuan gram per desiliter (g/dL). Nilai normal kadar hemoglobin pada manusia bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan individu. Namun, nilai normal umumnya berkisar antara 12-18 g/dL pada wanita dewasa dan 13-18 g/dL pada pria dewasa.

Dalam penggunaan hemometer, penting untuk memperhatikan kondisi dan kebersihan setiap bagian pada hemometer agar dapat menghasilkan hasil pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya. Selain itu, perlu juga dilakukan kalibrasi teratur pada hemometer untuk memastikan akurasi pengukuran dan mencegah kesalahan pengukuran.

Dengan prinsip kerja yang sederhana namun efektif, hemometer telah menjadi alat yang sangat penting dalam pengukuran kadar hemoglobin dalam sampel darah, dan digunakan secara luas di laboratorium medis dan klinik.

Fungsi Hemometer

Hemometer adalah alat laboratorium yang berfungsi untuk mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah. Hemoglobin merupakan protein yang terdapat pada sel darah merah (eritrosit) dan berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Berikut adalah beberapa fungsi hemometer dalam bidang medis:

1. Diagnosis Anemia

Anemia adalah kondisi medis yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin. Hemometer digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah, sehingga dapat digunakan untuk mendiagnosis apakah seseorang menderita anemia atau tidak.

Pada orang dewasa, kadar hemoglobin normal berkisar antara 12-18 g/dL. Jika kadar hemoglobin seseorang di bawah nilai normal tersebut, maka kemungkinan besar ia menderita anemia.

2. Monitoring Kondisi Medis

Hemometer juga dapat digunakan untuk memonitor kondisi medis seseorang, seperti pasien yang menderita penyakit jantung, ginjal, atau kanker. Kadar hemoglobin dapat berubah pada beberapa kondisi medis, sehingga pemantauan kadar hemoglobin dapat membantu dokter dalam merencanakan pengobatan yang tepat dan memonitor efektivitas pengobatan tersebut.

3. Evaluasi Kesehatan Ibu Hamil

Hemometer juga sangat penting dalam memantau kesehatan ibu hamil. Kekurangan hemoglobin atau anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko kehamilan yang tidak sehat, seperti kelahiran prematur atau bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Oleh karena itu, hemometer sering digunakan untuk memantau kadar hemoglobin pada ibu hamil dan memberikan perawatan medis yang tepat jika diperlukan.

4. Pemeriksaan Rutin Kesehatan

Hemometer juga dapat digunakan sebagai pemeriksaan rutin kesehatan, terutama bagi pasien yang memiliki risiko tinggi terkena anemia atau kondisi medis lainnya yang mempengaruhi kadar hemoglobin. Dengan mengukur kadar hemoglobin secara teratur, pasien dan dokter dapat memantau kesehatan dan mengambil tindakan pencegahan atau perawatan jika diperlukan.

Dengan berbagai fungsi pentingnya dalam bidang medis, hemometer telah menjadi alat yang sangat dibutuhkan di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit, laboratorium, klinik, dan pusat kesehatan masyarakat.

Cara Penggunaan Hemometer

Berikut adalah cara penggunaan hemometer dalam mengukur kadar hemoglobin dalam sampel darah:

1. Persiapkan Alat dan Bahan

Pastikan hemometer dan semua bahan yang diperlukan telah disiapkan sebelum penggunaan. Hemometer terdiri dari beberapa komponen, seperti tabung pengukur, larutan reagen, pipet, dan kertas saring. Pastikan semua komponen telah dibersihkan dan siap digunakan.

2. Persiapkan Sampel Darah

Sampel darah yang akan diukur kadar hemoglobin harus bersih dan bebas dari zat-zat yang dapat mengganggu hasil pengukuran, seperti kotoran atau deterjen. Kumpulkan sampel darah dengan menggunakan jarum suntik atau lancet pada bagian jari tangan atau bagian luar telinga. Pastikan jumlah sampel darah yang diperlukan telah terkumpul dengan cukup.

3. Tambahkan Reagen

Tambahkan reagen yang telah disediakan ke dalam tabung pengukur. Jumlah reagen yang ditambahkan harus sesuai dengan instruksi penggunaan pada kemasan reagen.

4. Tambahkan Sampel Darah

Gunakan pipet yang telah disediakan untuk menambahkan sampel darah ke dalam tabung pengukur yang sudah berisi reagen. Pastikan jumlah sampel darah yang ditambahkan sesuai dengan instruksi pada kemasan reagen.

5. Campurkan Larutan

Setelah sampel darah ditambahkan, kocok tabung pengukur secara perlahan-lahan untuk mencampurkan larutan. Pastikan larutan sudah tercampur sempurna agar hasil pengukuran akurat.

6. Baca Hasil Pengukuran

Setelah larutan tercampur sempurna, letakkan tabung pengukur pada permukaan datar. Baca hasil pengukuran dengan membandingkan warna larutan dengan kertas saring yang disediakan. Warna larutan akan berubah menjadi biru atau hijau, tergantung pada kadar hemoglobin dalam sampel darah.

7. Interpretasi Hasil

Interpretasi hasil pengukuran dapat dilakukan dengan membandingkan warna larutan dengan skala warna yang disediakan pada kemasan reagen. Hasil pengukuran yang akurat dapat digunakan untuk mendiagnosis anemia atau memantau kondisi medis.

Penggunaan hemometer harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan instruksi yang telah disediakan pada kemasan alat. Pastikan alat dan bahan yang digunakan telah bersih dan siap digunakan, serta jumlah sampel darah yang ditambahkan sesuai dengan instruksi pada kemasan reagen. Hasil pengukuran yang akurat dapat membantu dalam mendiagnosis anemia atau memantau kondisi medis seseorang.

Nilai Rujukan Hemometer

Nilai rujukan hemometer atau nilai normal hemoglobin pada manusia dapat berbeda-beda tergantung pada usia, jenis kelamin, dan kondisi medis seseorang. Berikut adalah beberapa nilai rujukan hemoglobin pada manusia:

Anak-anak

  • Bayi baru lahir: 13,5 – 24,5 g/dL
  • Anak usia 1 bulan – 1 tahun: 9,5 – 13 g/dL
  • Anak usia 1 – 5 tahun: 11 – 12,5 g/dL
  • Anak usia 6 – 11 tahun: 11,5 – 15,5 g/dL
  • Anak usia 12 – 14 tahun: 12 – 16 g/dL

Dewasa

  • Wanita usia reproduktif (usia 15 – 49 tahun): 12 – 16 g/dL
  • Wanita di atas usia 50 tahun: 11,7 – 15,5 g/dL
  • Pria usia di atas 18 tahun: 13,5 – 17,5 g/dL
  • Orang yang tinggal di dataran tinggi: 12,5 – 14 g/dL

Nilai rujukan hemoglobin ini dapat bervariasi tergantung pada laboratorium atau fasilitas kesehatan yang melakukan pengukuran. Selain itu, kondisi medis tertentu seperti kehamilan, infeksi, atau penyakit kronis seperti diabetes atau gagal jantung juga dapat mempengaruhi nilai rujukan hemoglobin.

Penting untuk diingat bahwa nilai rujukan hemoglobin hanya sebagai acuan, dan hasil pengukuran harus diinterpretasikan oleh tenaga medis yang berkompeten. Jika seseorang memiliki kadar hemoglobin yang lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai rujukan, maka dokter dapat menentukan pengobatan yang tepat untuk kondisi medis tersebut.

Cara Pemeliharaan Hemometer

Untuk menjaga agar hemometer tetap akurat dan berfungsi dengan baik, diperlukan pemeliharaan secara teratur. Berikut ini adalah beberapa cara pemeliharaan hemometer yang bisa dilakukan:

1. Membersihkan Bagian-bagian Hemometer

Setelah digunakan, hemometer harus dibersihkan dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi dan kerusakan. Bagian-bagian hemometer yang perlu dibersihkan meliputi kuvet, pipet, dan bola pengaduk. Gunakan alkohol 70% atau bahan pembersih lain yang direkomendasikan oleh produsen.

2. Menjaga Suhu dan Kelembapan

Hemometer harus disimpan pada suhu dan kelembapan yang tepat untuk mencegah kerusakan pada komponen elektronik dan lensa. Hindari penyimpanan pada suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, serta jangan menyimpan hemometer di tempat yang lembap.

3. Mengganti Baterai Secara Berkala

Jika hemometer menggunakan baterai, pastikan untuk menggantinya secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik. Jangan biarkan baterai habis dan jangan membiarkan baterai dalam hemometer jika tidak akan digunakan dalam waktu yang lama.

4. Mengkalibrasi Hemometer

Hemometer perlu dikalibrasi secara teratur untuk memastikan bahwa hasil pengukuran akurat. Kalibrasi dapat dilakukan dengan menggunakan larutan standar atau dengan menggunakan alat kalibrasi yang disediakan oleh produsen.

5. Memeriksa Tanggal Kadaluwarsa Reagen

Reagen yang digunakan pada hemometer memiliki tanggal kadaluwarsa, pastikan untuk memeriksanya sebelum digunakan. Jangan menggunakan reagen yang sudah kadaluwarsa karena dapat menyebabkan hasil pengukuran yang tidak akurat.

Dengan melakukan pemeliharaan secara teratur, hemometer dapat tetap akurat dan berfungsi dengan baik untuk jangka waktu yang lama. Jangan lupa untuk mengikuti instruksi produsen dan konsultasikan dengan tenaga medis atau teknisi laboratorium jika terjadi masalah pada hemometer.

Dalam dunia laboratorium, hemometer menjadi salah satu alat yang penting dalam melakukan pengukuran kadar hemoglobin dalam darah. Dengan mengetahui prinsip, fungsi, cara penggunaan, nilai rujukan, dan cara pemeliharaannya, diharapkan penggunaan hemometer dapat dilakukan dengan tepat dan menghasilkan hasil pengukuran yang akurat.

Oleh karena itu, penting untuk selalu melakukan pemeliharaan teratur dan mengikuti instruksi produsen agar hemometer dapat tetap berfungsi dengan baik dan memberikan hasil pengukuran yang dapat diandalkan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn