Bahasa Jepang

Mengenal Hiragana, Katakana dan Kanji

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Di Indonesia, kita mengenal satu jenis sistem penulisan, yaitu huruf latin. Terdapat 26 huruf latin yang kita gunakan sehari-hari.

Berbeda dengan Jepang. Jepang mengenal tiga jenis sistem penulisan. Hiragana, katakana, dan kanji.

1. Hiragana

Hiragana adalah salah satu cara penulisan bahasa Jepang. Satu karakter hiragana mewakili satu suku kata. 

Terdapat 46 karakter hiragana, ditambah beberapa bentuk perubahannya. Hiragana digunakan untuk kata-kata yang berasal dari bahasa Jepang. 

Hiragana adalah jenis penulisan yang umumnya dipelajari paling awal bagi seseorang yang baru belajar penulisan Jepang.

Suatu suku kata hampir selalu mewakili bunyi yang sama, seperti halnya bahasa Indonesia. Misalnya, “i” akan selalu dibaca “i”, “tu” akan selalu dibaca “tu”. 

Namun, terdapat beberapa perubahan bunyi. Antara lain:

  • “Ha” () sering kali dibaca “wa”. Katakter ini digunakan sebagai partikel dalam membentuk kalimat. Konnichiwa pun dibentuk dari susunan karakter こんばんは, bukan こんばんわ. Cara membedakan kapan “” dibaca “ha”, kapan dibaca “wa” adalah dengan berlatih kosa kata.
  • “Wo” () dapat juga dibaca “o”. Misalnya, ketika digunakan sebagai partikel pada kalimat perintah.

Hiragana perlu dipelajari untuk bahasa Jepang tingkat dasar. Hiragana dapat membantu saat kita tidak tahu cara membaca suatu kanji.

Terkadang, hiragana dituliskan bersama dengan karakter kanji. Misalnya, dituliskan kecil di bagian atas kanji.

Penulisan semacam itu juga membantu pembaca menemukan konteks. Suatu kanji dapat memiliki beberapa bunyi dan arti.

Pencantuman hiragana di sisinya dapat membantu pembaca memahami bacaan.

Banyak metode untuk menghafal hiragana. Salah satu yang mungkin efektif adalah dengan menggunakannya setiap hari.

Menghafal hiragana juga dapat dilakukan dengan mempelajari karakter-karakter yang memiliki bentuk mirip terlebih dahulu.

Contoh: A (ぁ) dan o (お). No (の) dan me (め).

2. Katakana

Katakana adalah sistem penulisan Jepang yang mewakili kata-kata serapan dari bahasa asing.

Jepang menyerap banyak kata dari bahasa asing. Sistem penulisan ini menjadi pengingat bahwa kata tersebut berasal dari bahasa asing. 

Katakana memiliki bentuk yang lebih sederhana daripada hiragana. 

Sama seperti hiragana, setiap karakter katakana mewakili 1 suku kata. Cara pelafalannya pun selalu tetap. 

Walaupun kata dengan katakana merupakan bahasa serapan, sebaiknya pelafalan yang digunakan adalah pelafalan bahasa Jepang.

Contoh:

  • ハンバーガー sebaiknya tidak dibaca hamburger, melainkan seperti karakter-karakter penyusunnya, yaitu “hanbaagaa“. Dengan “n” yang menyerupai “m”. 

3. Kanji

Kanji adalah sistem penulisan bahasa Jepang yang diserap dari karakter China. Sistem ini adalah sistem penulisan Jepang yang tertua.

Kanji dapat membantu menentukan konteks bacaan.

Contoh:

  • あめ dibaca “ame”.
  • Kata tersebut memiliki 2 arti, yaitu “hujan” atau “kembang gula”.
  • Jika kanji yang digunakan maka artinya “hujan”.
  • Jika kanji yang digunakan maka artinya “kembang gula”.

Berbeda dengan katakana dan hiragana yang mempunyai pelafalan tetap, satu karakter kanji dapat memiliki cara baca berbeda.

Dikenal 2 cara membaca kanji:

  • Kun-yomi: cara membaca Jepang.
  • On-yomi: cara membaca China.

Kun-yumi dapat berdiri sendiri. On-yumi merupakan komponen dari suatu kata.

Contoh:

  • Kanji untuk kata “orang” adalah 人.
  • Jika 人 berdiri sebagai kata sendiri, dibaca dengan kun-yomi: “hito”. 
  • Misalnya あの人 dibaca “ano hito” (orang itu). “Ano” dan “hito” masing-masing merupakan kata tersendiri.
  • Jika disandingkan sebagai komponen, dibaca dengan on-yomi: jin. 
  • Misalnya アメリカ人 dibaca “Amerika-jin” (orang Amerika). “Amerika-jin” adalah satu kesatuan kata, seperti kata “American” dalam bahasa Inggris.