Sejarah

Homo Soloensis: Sejarah – Ciri dan Peninggalannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Banyak sekalli jenis manusia purba yang ditemukan di dunia ini, diantaranya juga ada yang ditemukan di Indonesia. Ini terbukti bahwa sudah ada manusia yang hidup sejak lama sebelum manusia modern saat ini, kita menyebutnya sebagai nenek moyang kita.

Seperti manusia purba jenis Homo Soloensis ini ditemukan di daerah Solo dan disebut sebagai manusia dari Solo. Banyak jenis manusia purba yang ditemukan di daerah sekitaran Solo tepatnya di sekitar sungai Bengawan Solo, dan salah satunya yaitu Homo Soloensis.

Apa itu Homo Soloensis?

Homo Soloensis merupakan salah satu jenis manusia purba yang termasuk ke dalam genus homo dan mrupakan spesies dari homo erectus. Manusia purba jenis ini sudah hidup di jaman Paleolitikum.

Di Indonesia cukup banyak ditemukan fosil fosil dari manusia purba jenis Homo Soloensis ini. Homo soloensis merupakan subspesies dari manusia purba homonid yang berasal dari kota Solo, Jawa Tengah. Dari hal tersebut, maka manusia purba jenis ini juga sering disebut sebagai manusia dari Solo atau Solo Man.

Sejarah Homo Soloensis

Fosil dari manusia purba jenis Homo Soloensis ini ditemukan pertama kali oleh pakar purbakala yang berasal dari Belanda yaitu G.H.R Von Koenigswald, Ter Haar dan Oppenoorth pada tahun 1931 hingga 1933.

Lokasi ditemukan Homo Soloensis ini yaitu di desa Ngandong, Sangiran. Hasil riset dari Von Koenigswald di daerah Sangiran tidak hanya terdapat fosil dari homo soloensis saja, melainka terdapat beberapa jenis spesies lainnya.

Fosil dan artefak yang ditemukan tersebut menandai memang ada kehidupan manusia purba di sekitara sungai Bengawan Solo. Homo Soloensis ditemukan di lapisan bagian ats dari Pelistosen.

Pada saat menemukan fosil dari manusia purba jenis Homo Soloensis, von koenigswal juga menemukan 11 fosil lainnya yang wujudnya yaitu tengkorak. Kerangkanya sebagian sudah hancur namun masih ada beerapa bagian yang bisa untuk diteliti.

Von koenigswal berpendapat bahwa manusia purba jenis Homo Soloensis ini berada pada tingkatan yang lebih tinggi dan sudah berkembang baik akal pikirnya jika dibandingkan dengan manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus.

Dilihat dari karakteristik fosil yang ditemukan, para ahli berpendapat bahwa manusia purba jenis Homo Soloensis ini sudah hidup sejak 900 – 300 ribu tahun yang lalu. Usia kerangka yang diteliti oleh para ahli diperkirakan sudah berusia 143.000 – 550.000 tahun.

Ciri-ciri Homo Soloensis

  • Memiliki volume otak yaitu antara 1000 – 1200 cc.
  • Otak kecil dari Homo Soloensis memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan otak kecil dari Pithecanthropus Erectus.
  • Bentuk muka dari Homo Soloensis tidak menonjol ke depan.
  • Memiliki badan yang bisa berdiri tegak dan bisa berjalan lebih sempurna daripada manusia purba jenis lainnya.
  • Memiliki berat badan sekitar 30 – 150 kg.
  • Tonjolan pada kening Homo Soloensis agak terputus di tengah.
  • Bentuk fisik dari Homo Soloensis hampir menyerupai manusia saat ini.
  • Memiliki tinggi badan sekitar 130 – 210 cm.
  • Homo Soloensis hidup sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu.
  • Otot pada tengkuknya mulai mengalami penyusutan.

Kepercayaan Homo Soloensis

Manusia purba jenis Homo Soloensis memiliki kepercayaan yang mengatur kehidupan mereka. Mereka percaya bahwa ada seseorang yang lebih besar di dunia ini daripada diri mereka sendiri yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Sebelumnya, Homo Soloensis merupakan pengikut dari monoteisme kuno yaitu kepercayaan kepada para dewa. Dan lambat laun seiring dengan perkembangan waktu mereka beralih ke Tuhan yang menciptakan semua yang ada di alam dunia ini.

Hal ini bisa dibuktikan ada bentuk lukisan di gua gua yang tersembunyi, teras Punden, batu berdiri, kuil dan lain sebagainya.

Cara Bertahan Hidup Homo Soloensis

Cara bertahan hidup dari manusia purba jenis Homo Soloensis ini juga tidak lepas dari mengandalkan hasil alam yang ada di sekitar mereka. Mereka tinggal di sekitaran sungai juga karena sungai memberikan suplai air dan binatang untuk bahan makanan mereka.

Homo Soloensis ini sudah lebih maju dibandingkan dengan manusia purba jenis lainnya. Homo Soloensis sudah bisa mengola makanan melalui cara pertanian yang masih sangat sederhana.

Pola Hidup Homo Soloensis

Pola hidup dari manusia purba jenis Homo Soloensis sudah tidak berpindah pindah atau nomaden lagi. Hal ini dikarenakan mereka sudah menetap tinggal di suatu wilayah yang dirasa sudah sangat cocok dengan mereka.

Kehidupan yang sudah mulai menetap dapat dibuktikan dari bentuk Kjokkenmondinger atau abris sous roche yaitu bukit bukit hidup manusia yang sudah mulai menetap. Manusia purba jenis Homo Soloensis ini tinggal di sekitaran sungai, ini juga ditandai dengan penemuan fosil yang tidak jauh sari sungai.

Peninggalan Kebudayaan Homo Soloensis

Kapak Genggam

Kapak genggam merupakan alat yang digunakan untuk memotong, menggali ubi, memotong hewan, mencetak bahan habis pakai dan juga menguliti hewan. Cara menggunakan kapak genggam ini cukup digenggam pada gagang dari kapak tersebut.

Kapak Perimbas

Kapak perimabas ini bisa ditemukan di daerah Gomobong, Sukabumi, Lahat dan Goa Choukoutien. Kapak perimbas merupakan peralatan yang digunakan untuk menimbas kayu, memahat tulang dan digunakan untuk senjata dalam berburu.

Alat Serpih

Alat serpih merupakan peralatan perkakas yang terbuat dari bahan pecahan batu batu kecil. Alat serpih biasanya diguakan untuk alat penusuk, pisau dan pemotong daging hewan.

Perkakas dari Tulang

Alat perkakas ini dapat kita temukan di wilayah Ngandong yang dekat dengan Ngawi, Jawa Timur. Alat perkakas ini biasanya digunakan untuk alat menusuk, mengorek dan bisa digunakan sebagai mata tombak.