Daftar isi
Suku bangsa adalah kelompok masyarakat yang berasal dari suatu daerah yang sama dan umumnya memiliki berbagai kesamaan. Kesamaan-kesamaan tersebut hanya dimiliki kelompok tersebut dan tentu berbeda dengan tempat lainnya. Hal itu lah yang disebutkan sebagai budaya dan kemudian menjadikannya identitas masyarakat itu sendiri.
Bentuk budaya sangat beragam bisa berupa makanan khas, rumah adat, trai tradisional, senjata adat, lagu daerah, dan juga pakaian adat. Pada pembahasan kali ini kita akan mengulas tentang apa saja pakaian adat yang dimiliki oleh masyarakat di Papua.
Dari sekian banyaknya jenis pakaian tradisional Papua, nama koteka tentu tidak asing lagi. Pakaian ini khusus digunakan oleh para pria saja dan cara penggunaannya hanya pada alat kemaluannya saja. Koteka digunakan oleh kaum pria yang hidup di Pegunungan Tengah yakni meliputi wilayah Jayawijaya, Puncak Jaya, Yalimo, Dogiyai, Deyai, Nabire, Intan Jaya, Paniai dan Mimika.
Nama lain dari koteka adalah holim yang diambil dari bahasa Pianai yang artinya pakaian. Bahan yang digunakan untuk membuat koteka adalah labu cina atau kalabasah yang telah dikeluarkan isi dan dikeringkan. Jenis koteka bergantung pada ukurannya yakni pendek digunakan untuk bekerja dan panjang dipakai pada upacara atau ritual. Selain sebagai pakaian koteka juga bisa digunakan untuk menyimpan uang.
Jika pawa laki-laki Papua mengenakan koteka maka yang perempuan mengenakan baju kurung. Pakaian adat ini terbuat dari kain beludru untuk bagian atasannya. Sedangkan untuk bagian bawahan menggunakan rok rumbai.
Pakaian adat ini umum dikenakan oleh orang-orang di Manokwari. Ketika mengenakan baju kurung biasanya dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris seperti rumbai-rumbai bulu yang dipasangkan di pinggang, tepi leher dan juga bagian lengan. Aksesoris lainnya adalah kalung dan gelang yang terbuat dari biji-bijian.
Pakaian Sali adalah pakaian adat yang digunakan oleh masyarakat Papua yang masih muda atau belum berkeluarga. Dibandingkan dengan pakaian adat Papua lainnya yang cenderung terbuka pakaian ini lebih tertutup.
Ciri khas orang-orang Papua adalah memanfaatkan alam sekitar untuk kebutuhan mereka begitu juga dengan pakaian Sali yang terbuat dari kulit pohon.
Karena terbuat dari kulit pohon maka warnanya pun coklat alami. Namun seiring perkembangan zaman kini pakaian sali pun memiliki warna yang lebih bervariasi. Cara mengenakan pakaian sali adalah dengan melilitkan pakaian ke tubuh sebanyak dua kali untuk bagian dalam dan bagian luar. Untuk bagian dalam dibuat lebih panjang dari pada bagian luar.
Jika Sali adalah pakaian yang diperuntukkan orang-orang Papua yang belum berkeluarga, pakaian adat Yokal dibuat untuk mereka yang sudah berkeluarga. Pakaian sali hanya boleh dikenakan oleh mereka yang masih gadis begitu juga pakaian yokal hanya diperbolehkan untuk yang sudah menikah saja.
Fungsi dari pakaian ini adalah untuk menutupi bagian atas. Perbedaan antara yokal dengan sali dapat dilihat dari warnanya. Warna sali adalah coklat kayu alami sedangkan yokal coklat kemerahan. Baju sali biasanya digunakan oleh orang Papua Barat dan yang ada di pedalaman. Dari baju ini terlihat kedekatan antara masyarakat di Papua dengan alam sekitarnya.
Rok rumbai adalah pakaian adat Papua yang digunakan sebagai bawahan. Tentunya rok ini berfungsi untuk melindungi dan menutupi bagian bawah tubuh. Meskipun rok rumbah lebih sering digunakan oleh perempuan namun kaum laki-laki juga diperbolehkan untuk menggunakan pakaian ini.
Bahan yang digunakan untuk membuat rok ini adalah daun pohon sagu yang dikeringkan. Setelah kering kemudian disusun satu persatu hingga membentuk rok.
Terdapat tradisi unik ketika mengenakan rok rumbai yakni apabila laki-laki mengenakan koteka maka yang perempuan akan mengenakan rok rumbah tanpa menggunakan atasan. Apabila pria mengenakan rok rumbai maka mereka tidak mengenakan atasan seperti para wanita.
Di antara pakaian adat Papua lainnya baju kain rumput adalah yang sudah lebih modern. Meski sudah tersentuh modernisasi namun baju ini tetap mendapatkan sentuhan alam. Karena baju kain rumput menggunakan pucuk daun sagu sebagai bahan baku pakaian.
Sebelum dijahit menjadi pakaian, daun sagu dikeringkan terlebih dahulu agar tidak mudah rusak. Setelah kering barula dianyam dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu.
Untuk menyatukan daun satu dengan daun yang lainnya menggunakan rumput yang fungsinya seperti benang. Setelah tersusun baju kain rumput di pilin dan dikeringkan kembali. Baik perempuan maupun laki-laki diperbolehkan untuk mengenakan pakaian ini.
Jika kita perhatikan tubuh masyarakat Papua dihiasi oleh berbagai macam tato. Ternyata salah satu fungsi tato tersebut adalah untuk menutupi tubuh yang tidak menggunakan pakaian. Biasanya terdapat di bagain atas tubuh.
Diperkirakan masyarakat Papua sudah mengenal tato sejak 3000 tahun yang lalu. Mereka membuat tato dengan menggunakan arang yang dicampur dengan getah. Untuk mengukur tato biasanya menggunakan duri pohon sagu atau siapu. Tato biasanya terletak di tubuh bagian pipi, dadan, kelopak mata, betis, dan pinggul.
Biasa masyarakat Papua akan membuat tato di tubuh mereka menjelang pernikahannya. Motif yang digunakan pun berbagai macam seperti ornamen, binatang, ataupun simbol-simbol suku. Tato ini juga digunakan baik perempuan maupun laki-laki namun di Waropen lebih banyak dilakukan oleh wanita.
Ketika melihat orang-orang Papua mengenakan pakaian adat mereka biasa tak tertinggal hiasan di atas kepala mereka yang mirip seperti mahkota.
Aksesoris tersebut terbuat dari bulu binatang dan kulit kayu yang kering. Bulu yang digunakan adalah bulu kasuari dan bulu kambing atau buku kelinci yang ditempelkan pada mahkota bagain atas.
Mahkota ini memiliki arti penting bagi masyarakat Papua. Bagi mereka ini adalah simbol kehormatan sehingga letaknya pun di atas kepala. Tak selalu pakai bulu binatang, mahkota ini juga tekadang menggunakan rumput ilalang.
Batik juga bisa temuka di wilayah Papua dan tentu saja berbeda dengan yang ada di Jawa dan wilayah Indonesia lainnya. Batik khas Papua yang memiliki ciri khas perpaduan corak asimetris khas kelompok nya masing-masing.
Batik Papua biasanya memiliki corak dan warna yang mencolok dan menonjolkan alam Papua. Masyarakat Papua mengenakan batik tidak hanya pada acara tertentu saja melainkan dalam keseharian mereka. Kain yang digunakan sebagai bahan dasar batik Papua berbagai macam seperti kain katu, kain sutra dan juga kain santung.
Tak hanya bagian kepala, leher ataupun lengan saja yang mendapat aksesoris. Masyarakat Papua juga kerap menambahkan aksesoris pada hidung mereka. Aksesoris tersebut umumnya terbuat dari gigi hewan yakni babi. Namun aksesoris ini hanya digunakan oleh mereka yang merupakan anggota perang atau seorang prajurit.
Sama seperti aksesoris pada poin sebelumnya koyonoo juga terbuat dari gigi binatang yakni gigi anjing. Namun gigi tersebut tidak diletakkan pada hidung melainkan dijadikan kalung. Kalung ini memiliki nilai jual sesuai dengan kondisinya apabila gigi masih alami yakni tanpa cat dan masih utuh maka harganya semakin mahal. Bahkan koyonoo juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran denda di beberapa suku.