Daftar isi
Dahulu kala, puisi sangatlah kaku dan terikat aturan. Namun pada tahun 1933, puisi mulai mengalami perubahan, memasuki era Pujangga Baru. Di mana puisi baru terbentuk dan menggantikan gaya puisi lama.
Selanjutnya, pada tahun 1945, puisi era Punjangga Baru pun luruh. Lalu hadirlah puisi yang lebih baru lagi, puisi yang lebih bebas. Gaya puisi ini diperkenalkan oleh seorang penyair paling terkemuka zaman itu—bahkan hingga kini, Chairil Anwar.
Memasuki tahun 1973, gaya puisi lain lahir kembali. Puisi yang tak hanya kian bebas, tetapi juga unik dan terkesan nyeleneh. Dimana puisi ini tak terikat bentuk atau rima, seolah tidak ingin terkekang bentuk konvensional. Dan gaya puisi inilah yang disebut gaya puisi kontemporer.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri, kontemporer berarti: pada waktu yang sama, semasa, sewaktu, pada masa kini, dewasa. Sehingga dapat disimpulkan bila puisi kontemporer adalah puisi yaang diciptakan pada masa kini, yang bertujuan untuk menyampaikan gagasan. Dan di bawah ini adalah beberapa macam puisi kontemporer.
1. Puisi Idiom Baru
Puisi kontemporer ini merupakan puisi yang mengenakan idiom baru, yang jarang digunakan, pada larik-lariknya. Hal ini membawa nyawa baru pada keseluruhan isi puisi tersebut.
Dan untuk kalian yang tidak tahu apa itu idiom, idiom merupakan konstruksi atau gabungan kata yang membentuk arti baru, yang mana bila kata penyusun idiom itu dipisah akan memiliki arti yang sama sekali lain.
Contoh:
Tapi
aku bawakan bunga padamu
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
tapi
Kau bilang masih aku bawakan resah padamu
tapi
kau bilang hanya aku bawakan darahku padamu
tapi
kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku
padamu
tapi
kau bilang meski
aku bawakan dukaku
padamu
tapi
kau bilang tapi
aku bawakan mayatku
padamu
tapi
kau bilang hampir
aku bawakan arwahku
tapi
kau bilang kalau
tanpa apa aku datang
padamu.
2. Puisi Konkret
Puisi konkret merupakan salah satu puisi paling unik. Hal ini karena puisi konkret lebih mementingkan bentuk tipografinya daripada isi puisi itu sendiri.
Penyusunan kata dalam puisi konkret dibuat sedemikian rupa hingga membentuk suatu pola tertentu. Segitiga, linggkaran, serta bentuk ulir misalnya.
Contoh:
3. Puisi Mantra
Sudah terlihat dari namanya, puisi yang pertama kali diperkenalkan oleh Sutardji Calzoum Bachri ini memanglah berkaitan dengan salah satu puisi lama, yakni mantra.
Umumnya, puisi jenis ini digunakan untuk menghubungkan dengan dunia mistri, memberikan efek tertentu juga kemanjuran.
Contoh:
Shang Hai
Karya: Sutardji Calzoum Bachriping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring.
4. Puisi Mbeling
Dalam bahasa Jawa, “mbeling” berarti “nakal” atau “sulit diatur”. Dan itu sudah menunjukkan puisi macam apa puisi mbeling ini.
Jika puisi biasanya puisi terikat oleh ketentuan-ketentuan yang ada, tak begitu dengan puisi mbeling. Puisi ini betul-betul bebas. Ia juga bersifat humor serta mengandung sindiran atau kritik terhadap puisi jenis lainnya.
Tak hanya untuk menyindir puisi jenis lain, puisi mbeling juga seringkali digunakan untuk menyindir atau mengkritik situasi saat ini, terutama situasi mengenai politik dan ekonomi.
Contoh:
Sebuah Perintah
Serbuuu….
Karya: Hardo Waluyo
Serbuuu….
Kota itu
Dengan batu
Sampai jadi abu
Binasakan
semua
Kecuali
Mertuaku
Yang dungu
Dan lucu.
5. Puisi Mini Kata
Seperti namanya, puisi mini kata adalah puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah kecil, atau dapat dibilang minim.
Meski begitu, puisi jenis ini dilengkapi dengan simbol-simbol berupa huruf, tanda baca, garis, atau simbol lain untuk melengkapi dan memberikan keterangan atau penegasan lebih pada puisi.
Contoh:
Communication Gap
Ya
Karya : Remy Sylado
TUHAN
Tuhan Tuhan Tuhan
Tuhan
Tu
Han
Tu
Han
Tu
Hantu
Hantu Hantu
Hantu Hantu Hantu
HANTU
Ay
6. Puisi Multi Lingual
Jika ada puisi yang menggabungkan lebih dari satu bahasa dalam puisi, entah bahasa asing atau bahasa daerah, puisi itu termasuk dalam puisi kontemporer bergenre multi lingual.
Contoh:
Dua Jembatan : Mirabeau & Asemka
Karya : Remy Sylado
Mengapa orang mau mendengar Apollonaire
Yang berkisah tentang kebohongan dunia
-Et Sous le pount Mirabeau coule la Seine
-Et nouns amours
-?
Mengapa tak mau dengan Remifasolasido
Yang berkisah tentang kejujuran dunia
-Ning ngisore kreteg Asemka iku
-Akeh umbele Cino
-?
7. Puisi Supra Kata
Satu lagi puisi yang diciptakan untuk menghidupkan suasana magis, puisi supra kata. Ajaibnya, puisi ini membalikkan diksi-diksi dalam puisi agar menjadi kosakata baru. Hal itu dilakukan untuk menonjolkan aspek bunyi dan ritme yang akan terdengar ganjil.
Contoh:
Puisi Jaman Bahari Garisa
Ya meraja jaramaya
Karya: Sides Sudyarto DS
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya
8. Puisi Tanpa Kata
Barangkali puisi tanpa kata adalah puisi paling aneh di antara yang aneh. Pasalnya, betul-betul seperti namanya, puisi kontemporer jenis ini sama sekali tak mengunakan kata. Ia hanya menggunakan garis, tanda baca, huruf dan simbol lainnya.
Contoh:
Pupus
Karya : Abdul Malik
“ “
? ?
?
X