Daftar isi
Kain tradisional sangat terkenal sekali di Indonesia, keberadaannya sudah ada sejak lama dan masih terjaga hingga saat ini. Di setiap daerah hampir semua memiliki kain tradisionalnya sendiri sendiri dan tentunya dengan keunikannya sendiri.
Seperti di desa Tenganan yang berada di Bali juga memiliki kain tradisional yang dijaga keberadaannya hingga saat ini yaitu kain tenun gringsing. Kain tenun ini dianggap memiliki keunikan tersendiri dibandingkan kain tradisional lainnya.
Hal tersebut dikarenakan pada kain tenun gringsing menggunakan teknik double ikat yang hanya digunakan oleh kain tenun gringsing saja dan tidak ditemukan di kain tradisional lainnya yang berada di Indonesia. Teknik double ikat tersebut hanya terdapat di India dan Jepang saja.
Kain gringsing berasal dari kata “gring” yang memiliki arti sakit dan “sing” yang memiliki arti tidak. Jadi apabila digabungkan menjadi satu, gringsing memiliki arti yaitu tidak sakit atau terhindar dari rasa sakit.
Kain gringsing merupakan kain tenun tradisional khas yang berasal dari daerah Bali, tepatnya daerah Tenganan. Kain gringsing mengandung arti sebagai penolak bala yaitu untuk mengusir penyakit yang sifatnya rohani maupun jasmani.
Masyarakat sekitar mempercayai bahwa kain gringsing ini memiliki kekuatan magis yang dipercaya dapat melindungi penggunanya dari berbagai musibah terutama sakit.
Berdasarkan mitos yang berkembang di masyarakat Bali, kain gringsing ini merupakan kain tenun yang awalnya dikagumi oleh Dewa Indra terhadap keindahan dari langit pada malam hari. Dewa Indra memaparkan keindahan langit yang dilihatnya melalui motif tenunan.
Yang mengajarkan para wanita Bali untuk bisa menguasi teknik menenun kain gringsing ini adalah Dewa Indra yang mengabadikan dan melukiskan keindahan dari bintang, bulan dan matahari pada hamparan langit.
Masyarakat Tenganan yang merupakan penganut dari Dewa Indra diyakini adalah imigran dari India kuno. Para imigran tersebut membawa teknik dobel ikat melalui pelayaran dan mengembangkan teknik tersebut di Tenganan.
Ada kemungkinan lain yang menyebabkan lahirnya kain gringsing yaitu para imigran menguraikan kutipan dari beberapa jenis tenun patola untuk dikembangkan di Indonesia. Kain tenun gringsing ini mampu untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan untuk menangkal pengaruh buruk.
Kain gringsing hingga saat ini terjaga sekali keberadaannya dan masih digunakan pada setiap upacara adat atau upacara keagamaan yang dilaksanakan masyarakat sekitar. Kain gringsing dibuat menggunakan teknik dobel ikat yang tidak dimiliki oleh kain tenun manapun yang ada di Indonesia.
Proses pewarnaan dari kain gringsing juga sangat rumit dan membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk melalui 3 kali proses pewarnaan. Proses pewarnaannya juga menggunakan pewarna alami. Dalam membuat kain gringsing membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun.
Kain Gringsing Motif Lubeng
Motifnya dinamakan lubeng yang berisi kalajengking dengan panjang 3 bunga yang berbentuk kalajengking. Ada beberapa macam dari kain gringsing bermotif lubeng ini diantaranya yaitu:
Kain gringsing dengan motif ini digunakan untuk busana adat dan juga untuk upacara keagamaan.
Kain Gringsing Motif Sanan Empeg
Masyarakat Bali yang berada di desa Tenganan menggunakan kain gringsing dengan motif ini biasanya untuk upacara adat dan keagamaan yaitu untuk pelengkap dari sesajian. Sedangkan untuk masyarakat Bali yang berada di luar desa Tenganan, kain gringsing dengan motif ini digunakan untuk penutup kepala dalam pelaksanaan upacara potong gigi.
Ciri dari kain gringsing bermotif sanan empeg ini ada 3 bentuk kotak kotak yang memiliki warna merah dan hitam.
Kain Gringsing Motif Cemplong
Kain gringsing bermotif cemplong ini terdiri dari bunga bunga besar diantara bunga bunga kecil. Kain gringsing bermotif cemplong ini biasanya digunakan untuk busana adat dan upacara keagamaan. Ada beberapa jenis dari kain gringsing bermotif cemplong, yaitu:
Kain Gringsing Motif Cecempakan
Kain gringsing bermotif cecempakan ini memiliki bentuk bunga cempaka. Biasanya kain gringsing motif ini digunakan untuk upacara adat dan digunakan untuk busana adat. Ada beberapa jenis dari kain gringsing motif cecempakan diantaranya yaitu:
Kain Gringsing Motif Isi
Kain gringsing isi memiliki motif yang penuh dan tidak ada bagian dari kain gringsing yang kosong. Kain gringsing isi biasanya digunakan pada saat upacara saja.
Kain Gringsing Motif Batun Tuung
Kain gringsing batun tuung memiliki motif yang penuh dengan biji biji terong serta ukurannya yang tidak begitu besar. Biasanya kain gringsing batun tuung digunakan oleh wanita sebagai selendang.
Sedangkan untuk laki laki digunakan sebagai ikat pinggang.
Kain Gringsing Motif Wayang
Pada kain gringsing wayang ini memiliki 2 motif yaitu gringsing wayang kebo dan gringsing wayang putri. Kedua motif tersebut memiliki fungsi yang sama digunakan untuk selendang.
Yang membedakan dari 2 jenis diatas adalah motifnya, jika pada gringsing wayang kebo teledunya bergandengan, maka pada gringsing wayang putri terlepas.
Pada umumnya, kain gringsing memiliki 3 warna dasar yaitu kuning, hitam dan merah yang biasanya disebut “tridatu”. Pewarnaan pada kain gringsing dilakukan secara tradisional dan menggunakan hasil yang ada di alam.
Berikut warna dari kain gringsing, bahan dasarnya serta makna dari warna tersebut yaitu:
Pada umumnya cara perawatan dari kain tenun satu dengan tenun lainnya hampir sama, termasuk dalam merawat kain gringsing. Beberapa cara merawat kain tenun gringsing yaitu:
Mencuci kain tenun gringsing tidak boleh dilakukan terlalu sering seperti mencuci baju, kemeja dan celana. Tidak sembarangan dalam mencuci kain tenun pada umumnya, termasuk kain tenun gringsing.
Dikarenakan jika sembarangan dalam mencuci kain tenun, maka struktur benang pada kain tenun tersebut bisa rusak. Cara mencucinya yaitu menggunakan sabun cuci, namun yang memiliki formula lembut dan khusus digunakan untuk mencuci kain tenun.
Menggunakan air biasa saja, tidak usah panas atau hangat dan harus dicuci secara manual yaitu menggunakan tangan, tidak boleh menggunakan mesin cuci. Cukup direndam kemudian dicelup celupkan saja hingga seluruh kain tenun basah.
Setelah dicuci, langkah selanjutnya kain dijemur. Untuk menghilangkan air dari kain tenun, cukup mengurut dari bagian atas ke bawah dan dikibas kibaskan. Kain tenun juga tidak diperbolehkan terkena sinar matahari secara langsung, dikarenakan sinar matahari langsung akan merusak warna pada kaint tenun.
Pastinya sesudah dicuci dan dijemur kain tenun akan kusut, maka diperbolehkan untuk disetrika. Cara menyetrikanya yaitu dari dalam kain, jika ingin dari luar harus menggunakan lapisan kain diatasnya terlebih dahulu, tidak bisa langsung.
Dengan cara tersebut, kain tenun gringsing akan terjaga warnanya agar tetap utuh dan tidak pudar. Perhatikan juga suhu pada saat menyetrika kain tenun, jangan terlalu panas suhunya.
Menyimpang kain tenun tradisional harus menggunakan hanger dan digantungkan. Agar kain tenun yang disimpan tidak lembab, harus rajin mengeluarkan kain tenun untuk dijemur secara berkala.
Sedangkan untuk menghindari bau apek akibat terlalu lama disimpan, bisa menggunakan pengharum pakaian, kapur barus atau biji merica dan cengkeh yang dimasukkan ke dalam plastik.